28.9 C
Jakarta
Friday, November 22, 2024

Gelar Pentas di Paris, Seniman Indonesia Minta Perang di Palestina Dihentikan

PROKALTENG.CO-Seniman Indonesia yang terhabung dalam Regina Art Monologue Project berhasil menggelar pementasan monolog di Paris, Prancis. Dalam pagelaran ini, mereka turut menyampaikan keprihatinan kepada perang di Palestina saat ini. Mereka menggaungkan agar perang segera dihentikan.

“Hentikan perang demi kemanusiaan, karena perang hanya menyebabkan penderitaan terutama bagi perempuan dan anak-anak,” kata Produser Reginer Art, Joane Win setelah menutup sesi pementasan, Jumat (10/11).

Perdamaian dan keamanan global dapat terwujud dengan komitmen serta kontribusi semua pihak. Oleh karena itu, rasa kemanusiaan harus berada di atas segalanya.

“Kami berharap pementasan di Berlin, Gothenburg, Oslo, Den Haag, dan Paris ini dapat menjadi salah satu kontribusi dari seniman Indonesia untuk membangun kesadaran bersama bahwa sebagai manusia yang berbudaya dan berakal budi, kita harus mengutamakan kemanusiaan diatas segalanya,” imbuh Joane.

Baca Juga :  Belum Beruntung! Indonesia Kalah Adu Penalti dari Vietnam

Pementasan dua monolog ini mengusung tema perjuangan yang sama yaitu mendapatkan keadilan, kemerdekaan dan penghargaan terhadap martabat manusia. Dalam situasi dunia saat ini, penonton diajak untuk menemukan kembali arti kehidupan dan perdamaian melalui karakter Lisa oleh Joane Win dalam monolog Cotton Candy dan Bung Karno oleh Wawan Sofwan di monolog Besok atau Tidak Sama Sekali.

legenda teater dari Bandung Jim Adhi Limas menilai positif pementasan ini. Sebagai orang yang lahir pada masa Hindia Belanda, pementasan ini mengingatkannya kepada masa penjajahan Jepang.

“Saat melihat Wawan Sofwan bermonolog saya sempat terharu karena seperti menyaksikan kembali Proklamasi Kemerdekaan oleh Bung Karno dan Bung Hatta,” kata Jim.

Baca Juga :  Eksplorasi Seni Lintas Disiplin dalam Pameran Seni Kolektif Continuum

Dalam kesempatan terpisah Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, lebih dari 60 persen korban kekerasan perang di Gaza adalah perempuan dan anak-anak. “Ini menunjukkan realitas dunia saat ini di mana perempuan selalu menjadi korban dalam setiap konflik kekerasan,” kata Retno.(jpc)

PROKALTENG.CO-Seniman Indonesia yang terhabung dalam Regina Art Monologue Project berhasil menggelar pementasan monolog di Paris, Prancis. Dalam pagelaran ini, mereka turut menyampaikan keprihatinan kepada perang di Palestina saat ini. Mereka menggaungkan agar perang segera dihentikan.

“Hentikan perang demi kemanusiaan, karena perang hanya menyebabkan penderitaan terutama bagi perempuan dan anak-anak,” kata Produser Reginer Art, Joane Win setelah menutup sesi pementasan, Jumat (10/11).

Perdamaian dan keamanan global dapat terwujud dengan komitmen serta kontribusi semua pihak. Oleh karena itu, rasa kemanusiaan harus berada di atas segalanya.

“Kami berharap pementasan di Berlin, Gothenburg, Oslo, Den Haag, dan Paris ini dapat menjadi salah satu kontribusi dari seniman Indonesia untuk membangun kesadaran bersama bahwa sebagai manusia yang berbudaya dan berakal budi, kita harus mengutamakan kemanusiaan diatas segalanya,” imbuh Joane.

Baca Juga :  Belum Beruntung! Indonesia Kalah Adu Penalti dari Vietnam

Pementasan dua monolog ini mengusung tema perjuangan yang sama yaitu mendapatkan keadilan, kemerdekaan dan penghargaan terhadap martabat manusia. Dalam situasi dunia saat ini, penonton diajak untuk menemukan kembali arti kehidupan dan perdamaian melalui karakter Lisa oleh Joane Win dalam monolog Cotton Candy dan Bung Karno oleh Wawan Sofwan di monolog Besok atau Tidak Sama Sekali.

legenda teater dari Bandung Jim Adhi Limas menilai positif pementasan ini. Sebagai orang yang lahir pada masa Hindia Belanda, pementasan ini mengingatkannya kepada masa penjajahan Jepang.

“Saat melihat Wawan Sofwan bermonolog saya sempat terharu karena seperti menyaksikan kembali Proklamasi Kemerdekaan oleh Bung Karno dan Bung Hatta,” kata Jim.

Baca Juga :  Eksplorasi Seni Lintas Disiplin dalam Pameran Seni Kolektif Continuum

Dalam kesempatan terpisah Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, lebih dari 60 persen korban kekerasan perang di Gaza adalah perempuan dan anak-anak. “Ini menunjukkan realitas dunia saat ini di mana perempuan selalu menjadi korban dalam setiap konflik kekerasan,” kata Retno.(jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru