25.2 C
Jakarta
Monday, November 25, 2024

PT Krakatau Steel Benahi Sektor Hulu, Kurangi Impor Bijih Besi

PROKALTENG.CO- Ketergantungan impor bijih besi menjadi perhatian serius kalangan DPR RI. Salah satuhya datang dari Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi Golkar H Mukhtarudin. Pasalnya, daya serap pabrik baja milik PT Krakatau Steel (Persero) terhadap produk bijih besi (iron ore) dinilai masih kecil, sehingga masih ketergantungan Impor dari negara luar.

Anggota Komisi VII DPR RI Mukhtarudin mengaku persoalan impor bijih besi tersebut, karena PT Krakatau Steel (KS) belum mampu menyediakan bahan baku baja di dalam negeri. Grade bijih besi Indonesia juga tidak semua cocok dengan tungku atau kebutuhan industri hulu baja.

Itu mengharuskan dilakukan blending atas bijih besi. Hal inilah yang membuat PT Krakatau Steel mengimpor seluruh kebutuhan bahan baku iron ore pellet. "Jadi, KS harus membenahi sektor hulu ya, ketersediaan (iron ore) penting untuk industri baja nasional kita," ujar Mukhtarudin, Senin, (27/9).

Baca Juga :  Apresiasi SPKLU Kapuas, Mukhtarudin Dorong Pengembangan Kendaraan Listrik

Mukhtarudin mengatakan, cakupan Industri baja sangat luas, meliputi rentang nilai yang panjang dari hulu sampai hilir. Hulunya dimulai dari proses hasiltambang berupa pasir besi menjadi bijih besi (iron ore) dan dilanjutkan menjadi pellet yang merupakan bahan baku untuk pembuatan besi baja.

Selanjutnya, diproses lagi pada tanur baja untuk menghasilkan produk baja antara yang menghasilkan bahan baku bagi industri hilirnya sebagai produk akhir (end product). "Sekali lagi, sektor hulu sangat penting, supaya tidak bergantung dengan India, Australia dan Brazil. Sebab sampai saat ini, KS masih sangat besar impor bijih besi dari tiga negara tersebut," ucapnya

Menurutnya, sampai saat ini impor baja sebesar 66 persen yang terjadi pada Januari- Agustus 2021. Nilai tersebut meningkat dibanding periode yang sama tahun 2020. Sementara impor slab, billet, dan bloom nasional mencapai 3 juta ton yang diimpor oleh PT Krakakatau Steel dengan nilai miliaran dollar per tahunnya. Slab, billet, dan bloom merupakan bahan baku utama industri baja dan semuanya belum dapat diproduksi di dalam negeri.

Baca Juga :  Pentingnya Edukasi Energi, Mukhtarudin Gelar Seminar Umum Diseminasi di Sampit

Bukan hanya itu, KS juga tidak mampu menghasilkan produk-produk baja engineering steel yang dibutuhkan sebagai bahan baku produk-produk bernilai tambah tinggi seperti otomotif dan permesinan.

Politisi Golkar Dapil Kalimantan Tengah menegaskan, industri-industri tersebut tidak akan berkembang secara maksimal selama bahan baku bajanya tidak dapat dipasok dari dalam negeri. "Oleh karena itu saya mendorong agar pabrik PT Krakatau Steel harus bisa memproduksi baja yang kualitas tinggi (advanced), selain mendukung industri otomotif dan mesin, produk baja lokal kita juga bisa bersaing di pasar global," pungkasnya.

PROKALTENG.CO- Ketergantungan impor bijih besi menjadi perhatian serius kalangan DPR RI. Salah satuhya datang dari Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi Golkar H Mukhtarudin. Pasalnya, daya serap pabrik baja milik PT Krakatau Steel (Persero) terhadap produk bijih besi (iron ore) dinilai masih kecil, sehingga masih ketergantungan Impor dari negara luar.

Anggota Komisi VII DPR RI Mukhtarudin mengaku persoalan impor bijih besi tersebut, karena PT Krakatau Steel (KS) belum mampu menyediakan bahan baku baja di dalam negeri. Grade bijih besi Indonesia juga tidak semua cocok dengan tungku atau kebutuhan industri hulu baja.

Itu mengharuskan dilakukan blending atas bijih besi. Hal inilah yang membuat PT Krakatau Steel mengimpor seluruh kebutuhan bahan baku iron ore pellet. "Jadi, KS harus membenahi sektor hulu ya, ketersediaan (iron ore) penting untuk industri baja nasional kita," ujar Mukhtarudin, Senin, (27/9).

Baca Juga :  Apresiasi SPKLU Kapuas, Mukhtarudin Dorong Pengembangan Kendaraan Listrik

Mukhtarudin mengatakan, cakupan Industri baja sangat luas, meliputi rentang nilai yang panjang dari hulu sampai hilir. Hulunya dimulai dari proses hasiltambang berupa pasir besi menjadi bijih besi (iron ore) dan dilanjutkan menjadi pellet yang merupakan bahan baku untuk pembuatan besi baja.

Selanjutnya, diproses lagi pada tanur baja untuk menghasilkan produk baja antara yang menghasilkan bahan baku bagi industri hilirnya sebagai produk akhir (end product). "Sekali lagi, sektor hulu sangat penting, supaya tidak bergantung dengan India, Australia dan Brazil. Sebab sampai saat ini, KS masih sangat besar impor bijih besi dari tiga negara tersebut," ucapnya

Menurutnya, sampai saat ini impor baja sebesar 66 persen yang terjadi pada Januari- Agustus 2021. Nilai tersebut meningkat dibanding periode yang sama tahun 2020. Sementara impor slab, billet, dan bloom nasional mencapai 3 juta ton yang diimpor oleh PT Krakakatau Steel dengan nilai miliaran dollar per tahunnya. Slab, billet, dan bloom merupakan bahan baku utama industri baja dan semuanya belum dapat diproduksi di dalam negeri.

Baca Juga :  Pentingnya Edukasi Energi, Mukhtarudin Gelar Seminar Umum Diseminasi di Sampit

Bukan hanya itu, KS juga tidak mampu menghasilkan produk-produk baja engineering steel yang dibutuhkan sebagai bahan baku produk-produk bernilai tambah tinggi seperti otomotif dan permesinan.

Politisi Golkar Dapil Kalimantan Tengah menegaskan, industri-industri tersebut tidak akan berkembang secara maksimal selama bahan baku bajanya tidak dapat dipasok dari dalam negeri. "Oleh karena itu saya mendorong agar pabrik PT Krakatau Steel harus bisa memproduksi baja yang kualitas tinggi (advanced), selain mendukung industri otomotif dan mesin, produk baja lokal kita juga bisa bersaing di pasar global," pungkasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru