PROKALTENG.CO – Ancaman virus Corona varian Mu sudah di depan mata. Virus yang pertama kali ditemukan di Kolombia itu sudah menyebar di Jepang dan Hong Kong. Karena itu, Pemerintah diminta memperketat pengawasan, agar varian yang disebut kebal vaksin ini tidak memicu gelombang ketiga di Tanah Air.
Kekhawatiran terhadap ancaman varian Mu tidak berlebihan. Organisasi Kesehatan Dunia alias World Health Organization (WHO) sampai memberikan perhatian khusus pada varian bernama ilmiah B.1.621 ini. Soalnya, virus ini dinilai berpotensi jadi ancaman karena lebih kebal terhadap vaksin dan lebih infeksius dari virus Corona asal Wuhan, China.
Karena itu, WHO memasukkan Mu dalam kategori variant of interest (VoI), bersama dengan varian Alpha yang kini sudah menyebar lebih 170 negara.
“Varian Mu memiliki konstelasi mutasi yang menunjukkan sifat potensial kebal imun," tulis WHO di situsnya.
Menurut WHO, varian ini pertama kali terdeteksi di Kolombia pada awal 2021. Kini, varian tersebut sudah menyebar ke 40 negara di Amerika, Eropa, dan Asia. Di Asia, virus tersebut terdeteksi di Hong Kong dan Jepang.
WHO menjelaskan, data awal yang disajikan kepada Kelompok Kerja Evolusi Virus menunjukkan ada penurunan kapasitas netralisasi serum penyembuhan dan vaksin pada orang yang terkena varian ini. Sifat virus ini mirip dengan yang terlihat di varian Beta.
Kementerian Kesehatan Jepang menyebut, varian ini ditemukan pada dua turis yang baru datang dari luar negeri. Mereka adalah seorang wanita berusia 40-an yang tiba dari Uni Emirat Arab pada 26 Juni 2021, dan seorang wanita berusia 50-an yang tiba dari Inggris pada 5 Juli 2021. Keduanya tidak menunjukkan gejala apa pun saat kedatangan.
Menanggapi varian ini, Pemerintah tak mau kecolongan. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menerangkan, pemantauan terkait varian baru yang masuk ke Indonesia terus ditingkatkan dengan menambah jumlah sampel yang disequens setiap harinya. “Sejauh ini, varian baru Corona yang masuk Indonesia selain varian Delta adalah varian Beta, varian Alpha,” kata Nadia, kemarin.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mematikan, Satgas telah mendapatkan informasi mengenai varian ini. Makanya, pengawasan mobilitas terus dilakukan. “Pemerintah terus berusaha mengawasi mobilitas dalam dan luar negeri dengan penuh kehati-hatian,” ucapnya.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio W Kusumo menegaskan, untuk menutup peluang masuknya varian Mu, yang harus dilakukan ialah menekan replikasi atau infeksi virus dengan menghambat laju penularan. Caranya, menerapkan disiplin protokol kesehatan dengan ketat.
Sementara, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman memandang, potensi munculnya varian baru bisa terjadi menjelang akhir tahun nanti. Termasuk varian Mu. “Walaupun jumlahnya masih satu persen total varian yang mendominasi,” kata Dicky.
Menurut Dicky, varian Mu memiliki konstelasi mutasi yang menunjukkan sifat potensial lolos dari kekebalan. Mu setidaknya sama resistensinya dengan varian Beta terhadap kekebalan yang timbul dari vaksinasi. “Mu ini hampir mirip varian Delta dalam kemampuan penyebarannya. Dugaan lainnya, Mu lebih buruk,” ujarnya.
Karena itu, ia berpesan agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan. Sebab, kalau varian Mu masuk, dampaknya bisa sangat buruk. “Akibatnya, pandemi bisa lebih lama dan bisa melahirkan gelombang lebih besar. Gelombang tiga ancaman nyata yang besar pada akhir tahun,” pungkasnya.