29.1 C
Jakarta
Sunday, December 15, 2024

Algoritma Medsos Tanpa Etika Suburkan Ekstremis Online

PROKALTENG.CO – PM Selandia Baru, Jacinda Ardern menyebut jika
pemimpin dunia dan perusahaan teknologi informasi perlu fokus untuk memahami
algoritma media sosial, untuk memerangi ekstremis online.

Pernyataan ini disampaikan pada
forum pertemuan virtual Chrustchurch Call, yang digagas Ardern bersama Presiden
Prancis Emmanuel Macron tahun 2019 lalu.

“Algoritmanya bukan menjadi
masalah, tetapi penggunaanya secara etis atau tidak, itu yang bermasalah. Ini
menjadi fikus terbesar di komunitas di tahun depan di samping memperbesar
jaringan itu sendiri,” kata Ardern.

Ia melanjutkan jika perusahaan
teknologi informasi akan mengubah algoritma mereka untuk intervensi positif,
meski tak menjelaskan, bagaimana perubahan itu dilakukan.

Pertemuan ini sejak awal digagas
untuk melawan kebencian online yang menggerakkan kelompok supremasi kulit putih
membunuh sekitar 51 jemaah salat Jumat di Christchurch, Selandia Baru.

Baca Juga :  Beri Sinyal untuk India, Xi Jinping Serukan Perang Kapan Saja

Sejak itu, sedikitnya 50 negara,
organisasi internasional, dan perusahaan teknologi informasi mendukung
inisiatif tersebut, termasuk di antaranya Facebook, Google, Twitter, dan
Microsoft.

Amerika Serikat menjadi negara
yang paling baru bergabung, setelah Donald Trump menolak berpartisipasi.

Forum Internet Global untuk
Melawan Terorisme (GIFCT), didirikan oleh Facebook, Microsofta, Twitter, dan
Youtube juga bergabung dalam Christchurch Call. NGO ini menyebut telah merespon
sedikitnya 140 insiden sejak 2019.

PROKALTENG.CO – PM Selandia Baru, Jacinda Ardern menyebut jika
pemimpin dunia dan perusahaan teknologi informasi perlu fokus untuk memahami
algoritma media sosial, untuk memerangi ekstremis online.

Pernyataan ini disampaikan pada
forum pertemuan virtual Chrustchurch Call, yang digagas Ardern bersama Presiden
Prancis Emmanuel Macron tahun 2019 lalu.

“Algoritmanya bukan menjadi
masalah, tetapi penggunaanya secara etis atau tidak, itu yang bermasalah. Ini
menjadi fikus terbesar di komunitas di tahun depan di samping memperbesar
jaringan itu sendiri,” kata Ardern.

Ia melanjutkan jika perusahaan
teknologi informasi akan mengubah algoritma mereka untuk intervensi positif,
meski tak menjelaskan, bagaimana perubahan itu dilakukan.

Pertemuan ini sejak awal digagas
untuk melawan kebencian online yang menggerakkan kelompok supremasi kulit putih
membunuh sekitar 51 jemaah salat Jumat di Christchurch, Selandia Baru.

Baca Juga :  Beri Sinyal untuk India, Xi Jinping Serukan Perang Kapan Saja

Sejak itu, sedikitnya 50 negara,
organisasi internasional, dan perusahaan teknologi informasi mendukung
inisiatif tersebut, termasuk di antaranya Facebook, Google, Twitter, dan
Microsoft.

Amerika Serikat menjadi negara
yang paling baru bergabung, setelah Donald Trump menolak berpartisipasi.

Forum Internet Global untuk
Melawan Terorisme (GIFCT), didirikan oleh Facebook, Microsofta, Twitter, dan
Youtube juga bergabung dalam Christchurch Call. NGO ini menyebut telah merespon
sedikitnya 140 insiden sejak 2019.

Terpopuler

Artikel Terbaru