SAMPIT,
PROKALTENG.CO– Warga Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin
Timur (Kotim) mengeluhkan gas elpiji 3 Kg yang saat ini susah didapat atau
langka. Jika ada, harganya mahal berkisar Rp35.000 hingga Rp45.000 per tabung.
Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Kotim Hj
Darmawati meminta pemerintah mengawasi secara ketat distribusi gas elpiji,
khususnya ukuran 3 kg yang banyak dibutuhkan masyarakat, dan dengan kelangkaan
gas melon itu diharapkan pemerintah setempat untuk bisa turun langsung ke
lapangan guna memantau harga di sejumlah agen ataupun pangkalan.
“Pemerintah Kabupaten harus cepat turun
tangan untuk mengatasi kelangkaan gas melon ini dan kalau bisa berikan teguran
keras atau sanksi kepada agen atau pangkalan yang bermain untuk menaikkan harga
di atas harga eceran tertinggi,” ujarnya saat di bincangi di ruang
kerjanya, Senin (22/3).
Darmawati mengatakan dirinya sering mendapat
keluhan ibu-ibu yang kesulitan mendapatkan elpiji 3 kg, padahal sangat
dibutuhkan untuk memasak. Sebagai seorang perempuan dan juga ibu rumah tangga,
dirinya paham betul pentingnya elpiji untuk kebutuhan dapur. Barang tersebut
sudah dapat dianggap sebagai kebutuhan pokok rutin yang harus dipenuhi.
“Saya sangat menyayang, distribusi elpiji
3 kg di Kabupaten Kotim ini dinilai belum merata dan belum lancar sesuai
harapan masyarakat. Padahal, elpiji 3 kg ini paling banyak digunakan masyarakat
setelah pemerintah mengarahkan masyarakat melalui program konversi dari minyak
tanah ke gas elpiji,” tuturnya.
Politikus Partai Golkar ini juga mengatakan
tidak jarang warga harus antre di pangkalan untuk mendapatkan gas elpiji 3 kg
tersebut. Tidak sedikit pula yang harus pulang dengan kecewa tidak sempat
mendapatkan elpiji karena sudah kehabisan.
“Harga juga bervariasi dan pasokan yang
belum sesuai harapan, cukup membebani masyarakat sehingga sering dikeluhkan.
Perlu upaya serius pemerintah untuk mengawasi ketat distribusi elpiji 3 kg agar
benar-benar sampai kepada masyarakat yang membutuhkan dan harganya tidak
terlalu tinggi,” ucap Darmawati.
Menurutnya tidak sulit jika memang pemerintah
serius menelusuri penyebab elpiji 3 kg sering sulit didapat dan harganya
tinggi. Tinggal keseriusan pemerintah dan semua pihak terkait untuk menyikapi
masalah ini dengan sungguh-sungguh. Kalau pihak Pertamina sudah mengklaim bahwa
pasokan mencukupi tapi ternyata di lapangan warga kesulitan mendapatkan elpiji
3 kg.
“Maka dari itu pemerintah daerah harus
menelusuri pendestribusiannya mengapa sampai terjadi seperti sehingga
dikeluhkan masyarakat. Baik harga yang tidak sesuai harga eceran tertinggi yang
membebani masyarakat,” sampai Darmawati.
Dirinya juga meminta pihak pemerintah daerah
dan Pertamina bahkan kepolisian diminta bersama-sama menyikapi serius masalah
ini, karena elpiji 3 kg sangat dibutuhkan masyarakat. Ini salah satu kebutuhan
yang berkaitan langsung dengan hajat hidup masyarakat luas.
“Saya juga minta kepada pihak aparat
kepolisian untuk menyelidiki langkanya dan mahalnya gas 3 kg ini, apabila
ada yang kedapatan menimbun gas tersebut maka berikan sanksi tegas agar bisa
menimbulkan efek jera, kalau perlu cabut izinnya,” tegasnya.