33.1 C
Jakarta
Saturday, November 23, 2024

Prasasti Kutukan di Tengah Kebun

PROKALTENG.CO-Di area
perumahan Bumi Wana Mukti, Kelurahan Sambiroto, Kecamatan Tembalang, Kota
Semarang, terdapat sebuah kebun rindang. Pepohonan jati menjulang tinggi.
Suasananya begitu sepi meski di siang hari. Sesekali, hanya terdengar suara
kicauan burung dan gesekan dedauan yang tertiup angin. Makam-makam Tionghoa,
yang oleh warga biasa disebut “bong”, pernah berdiri di sini. Di area dengan
medan menurun itu memang masih terdapat benda kuno seperti batu prasasti dengan
ukiran huruf Tionghoa.

Benda berbentuk
persegi panjang tersebut, berdiri kokoh di antara pepohonan. Jumlahnya dua.
Satu berukuran sekitar 40 x 70 cm, satu yang lain berukuran sekitar 20 x 30 cm.
Menurut penuturan warga setempat, Ngatim, tanah pekarangan tersebut memang
milik orang keturunan Tionghoa. Di sana juga terdapat sebuah rumah kecil yang
masih terawat. Ngatim diberi amanah membersihkannya.

Baca Juga :  Hikmahnya, Punya Waktu Berkualitas Bersama Keluarga

Beberapa tahun silam bong-bong di sana memang dibongkar.
Ngatim kurang paham, entah dipindah atau diapakan. Hanya saja, dua buah
prasasti dibiarkan bertahan. Benda tersebut sudah ada sejak ia belia. Inah,
warga Sambiroto RW 02 tersebut mengaku tak tahu menahu soal riwayat bong maupun
prasasti.

Terlebih, ketika kecil
orang tua Inah melarangnya bermain di sana. Pantangan tersebut kemudian ia
teruskan ke keturunannya. Irawan Raharjo, peneliti bongpay di Semarang
mengatakan, bongpay dan prasasti tersebut merupakan area makam 7 saudara
seperguruan.

“Tapi saya mau
menemukan 2 makam di area tersebut, yang 5 lagi belum ketemu,” jelasnya.

Keturunan dari orang
yang dimakamkan di tempat tersebut, menurut Irawan, saat ini masih ada dan
berdiam di Pecinan Semarang. Yang menarik adalah prasasti batu.

Baca Juga :  Ajak Guru di Mura Kampanyekan Prokes

“Prasasti itu berisi
kutukan,” tutur Irawan.

Menurutnya, Bahasa di
prasasti tersebut tergolong kuno dan halus. Salah satu kalimat berisi kutukan
bagi orang yang berani membongkar prasasti tersebut akan mendapatkan hal tidak
baik. Prasasti tersebut didirikan pada 1916. Salah satu nama yang tertera dalam
tulisan adalah Liem.

 

PROKALTENG.CO-Di area
perumahan Bumi Wana Mukti, Kelurahan Sambiroto, Kecamatan Tembalang, Kota
Semarang, terdapat sebuah kebun rindang. Pepohonan jati menjulang tinggi.
Suasananya begitu sepi meski di siang hari. Sesekali, hanya terdengar suara
kicauan burung dan gesekan dedauan yang tertiup angin. Makam-makam Tionghoa,
yang oleh warga biasa disebut “bong”, pernah berdiri di sini. Di area dengan
medan menurun itu memang masih terdapat benda kuno seperti batu prasasti dengan
ukiran huruf Tionghoa.

Benda berbentuk
persegi panjang tersebut, berdiri kokoh di antara pepohonan. Jumlahnya dua.
Satu berukuran sekitar 40 x 70 cm, satu yang lain berukuran sekitar 20 x 30 cm.
Menurut penuturan warga setempat, Ngatim, tanah pekarangan tersebut memang
milik orang keturunan Tionghoa. Di sana juga terdapat sebuah rumah kecil yang
masih terawat. Ngatim diberi amanah membersihkannya.

Baca Juga :  Hikmahnya, Punya Waktu Berkualitas Bersama Keluarga

Beberapa tahun silam bong-bong di sana memang dibongkar.
Ngatim kurang paham, entah dipindah atau diapakan. Hanya saja, dua buah
prasasti dibiarkan bertahan. Benda tersebut sudah ada sejak ia belia. Inah,
warga Sambiroto RW 02 tersebut mengaku tak tahu menahu soal riwayat bong maupun
prasasti.

Terlebih, ketika kecil
orang tua Inah melarangnya bermain di sana. Pantangan tersebut kemudian ia
teruskan ke keturunannya. Irawan Raharjo, peneliti bongpay di Semarang
mengatakan, bongpay dan prasasti tersebut merupakan area makam 7 saudara
seperguruan.

“Tapi saya mau
menemukan 2 makam di area tersebut, yang 5 lagi belum ketemu,” jelasnya.

Keturunan dari orang
yang dimakamkan di tempat tersebut, menurut Irawan, saat ini masih ada dan
berdiam di Pecinan Semarang. Yang menarik adalah prasasti batu.

Baca Juga :  Ajak Guru di Mura Kampanyekan Prokes

“Prasasti itu berisi
kutukan,” tutur Irawan.

Menurutnya, Bahasa di
prasasti tersebut tergolong kuno dan halus. Salah satu kalimat berisi kutukan
bagi orang yang berani membongkar prasasti tersebut akan mendapatkan hal tidak
baik. Prasasti tersebut didirikan pada 1916. Salah satu nama yang tertera dalam
tulisan adalah Liem.

 

Terpopuler

Artikel Terbaru