26.7 C
Jakarta
Saturday, September 21, 2024

Wow! Indonesia Masuk 10 Besar Negara Pengutang Terbesar di Dunia

JAKARTA, KALTENGPOS.CO – Bank Dunia merilis laporan International
Debt Statistics (IDS) 2021 atau Statistik Utang Internasional. Dalam laporan
itu, Indonesia masuk ke dalam daftar 10 negara berpendapatan kecil-menengah
dengan utang luar negeri terbesar di dunia mencapai USD402,08 miliar atau
sekitar Rp5.940 triliun (kurs Rp 14.775) di 2019.

Dikutip dari laporan Bank Dunia,
Rabu (14/10/2020), Indonesia menempati posisi ke-7 dari daftar 10 negara
berpendapatan kecil-menengah dengan utang luar negeri terbesar di dunia.

Posisi pertama ditempati Cina
yang memiliki utang sebesar USD2,1 triliun, Brasil USD569,39 miliar, India
USD560,03 miliar, Rusia USD490,72 miliar, Meksiko USD469,72 miliar, dan Turki
USD440,78 miliar.

Sementara negara yang menempati
posisi di bawah Indonesia, yaitu Argentina dengan utang sebesar USD279,3
miliar, Afrika Selatan USD188,1 miliar, dan Thailand USD180,23 miliar. Posisi
utang luar negeri yang dicatat Bank Dunia dalam IDS 2021 itu ialah sampai tahun
2019.

Dalam catatan Bank Dunia, posisi
utang luar negeri Indonesia pada tahun 2019 mencapai USd402,08 miliar atau
sekitar Rp 5.940 triliun (kurs Rp 14.775). Angka tersebut naik tipis (5,9%)
dari posisi utang luar negeri di tahun 2018 yakni USD 379,58 miliar atau
sekitar Rp 5.608 triliun dengan nominal nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat (AS) yang sama.

Namun, apabila dibandingkan
posisi utang luar negeri Indonesia tahun 2019 dibandingkan dengan 10 tahun
sebelumnya yakni 2009 ada peningkatan hingga 124%. Adapun posisi utang luar
negeri Indonesia pada tahun 2009 sebesar USD179,40 miliar atau sekitar Rp 2.605
triliun (dengan kurs saat ini).

Baca Juga :  Hotman Paris Tantang Menaker Ida Fauziyah: Saya Tunggu Jawaban Ibu!

Bank Dunia mencatat, rasio utang
luar negeri Indonesia tahun 2019 terhadap ekspor ialah 194%. Sementara, rasio
utang terhadap gross national income (GNI) atau pendapatan nasional bruto
sebesar 37%. Rasio utang luar negeri Indonesia terhadap pendapatan nasional
bruto dari tahun ke tahun memang berada di sekitaran level tersebut, yakni 2009
34%, 2015 37%, 2016 35%, 2017 36%, dan 2018 37%.

Dari total itu, utang luar negeri
Indonesia tahun 2019 lebih didominasi oleh utang jangka panjang yakni mencapai
USD 354,54 miliar atau sekitar Rp 5.238 triliun. Sementara, utang luar negeri
jangka pendek hanya sebesar USD44,79 miliar atau sekitar Rp 661 triliun.

Dilihat dari kategori
krediturnya, utang luar negeri 2019 terbesar berasal dari sektor swasta yakni
sebesar USD181,25 miliar atau sekitar Rp 2.678 triliun, sementara dari
penerbitan surat utang sebesar USD173,22 miliar atau sekitar Rp 2.559 triliun.

Secara keseluruhan, Bank Dunia
Mencatat total utang luar negeri dari negara-negara tersebut kecuali Cina
mencapai USD 3,6 triliun atau sekitar Rp 53.184 triliun, atau naik 4,6%
dibandingkan tahun 2018.

Akumulasi utang negara-negara
tersebut, di luar Cina, menyumbang hampir 60% dari total utang luar negeri
seluruh negara berpenghasilan rendah-menengah kecuali Cina. Utang luar negeri
Cina menyumbang 26% dari total utang luar negeri negara-negara berpenghasilan
rendah-menengah.

Sementara itu, IDS jua merilis
total utang luar negeri negara-negara termiskin di dunia naik 9,5 persen ke
rekor tertingginya di posisi USD744 miliar pada 2019.

Baca Juga :  Sering Bikin Onar, Dua Napi dari Jatim Dipindah ke Nusakambangan

“Sebelum pandemi covid-19,naiknya
tingkat utang publik sudah memprihatinkan, terutama di banyak negara termiskin
di dunia,” kata pemberi pinjaman multilateral dalam sebuah pernyataan selama
pertemuan tahunan Kelompok Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF),
dikutip dariXinhua.

Bank Dunia mencatat, negara G20
mendukung Debt Service Suspension Initiative (DSSI) atau penundaan utang pada
April tahun ini untuk membantu 73 negara termiskin mengelola dampak pandemi
hingga memungkinkan mereka untuk menangguhkan pembayaran utang bilateral resmi
hingga akhir 2020.

Presiden Grup Bank Dunia, David
Malpass sebelumnya mendesak negara-negara G20 untuk memperpanjang kerangka
waktu DSSI hingga akhir 2021 dan berkomitmen untuk memberikan inisiatif seluas
mungkin.

Laporan IDS terbaru menunjukkan
bahwa total utang luar negeri negara-negara yang memenuhi syarat untuk program
keringanan utang G20 naik ke rekor tahun lalu.

Hal ini menyoroti kebutuhan
mendesak bagi kreditur dan peminjam untuk berkolaborasi guna mencegah
meningkatnya risiko krisis utang negara yang dipicu oleh pandemi covid-19.

Laju akumulasi utang untuk
negara-negara ini hampir dua kali lipat dari tingkat negara berpenghasilan rendah
dan menengah lainnya pada 2019.

“Sangat penting bagi para
pemimpin negara termiskin untuk berbicara dan berbicara tentang perlunya beban
utang yang lebih ringan dari negara-negara kreditur,” kata Malpass dalam akun Twitter
pada Senin.

JAKARTA, KALTENGPOS.CO – Bank Dunia merilis laporan International
Debt Statistics (IDS) 2021 atau Statistik Utang Internasional. Dalam laporan
itu, Indonesia masuk ke dalam daftar 10 negara berpendapatan kecil-menengah
dengan utang luar negeri terbesar di dunia mencapai USD402,08 miliar atau
sekitar Rp5.940 triliun (kurs Rp 14.775) di 2019.

Dikutip dari laporan Bank Dunia,
Rabu (14/10/2020), Indonesia menempati posisi ke-7 dari daftar 10 negara
berpendapatan kecil-menengah dengan utang luar negeri terbesar di dunia.

Posisi pertama ditempati Cina
yang memiliki utang sebesar USD2,1 triliun, Brasil USD569,39 miliar, India
USD560,03 miliar, Rusia USD490,72 miliar, Meksiko USD469,72 miliar, dan Turki
USD440,78 miliar.

Sementara negara yang menempati
posisi di bawah Indonesia, yaitu Argentina dengan utang sebesar USD279,3
miliar, Afrika Selatan USD188,1 miliar, dan Thailand USD180,23 miliar. Posisi
utang luar negeri yang dicatat Bank Dunia dalam IDS 2021 itu ialah sampai tahun
2019.

Dalam catatan Bank Dunia, posisi
utang luar negeri Indonesia pada tahun 2019 mencapai USd402,08 miliar atau
sekitar Rp 5.940 triliun (kurs Rp 14.775). Angka tersebut naik tipis (5,9%)
dari posisi utang luar negeri di tahun 2018 yakni USD 379,58 miliar atau
sekitar Rp 5.608 triliun dengan nominal nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat (AS) yang sama.

Namun, apabila dibandingkan
posisi utang luar negeri Indonesia tahun 2019 dibandingkan dengan 10 tahun
sebelumnya yakni 2009 ada peningkatan hingga 124%. Adapun posisi utang luar
negeri Indonesia pada tahun 2009 sebesar USD179,40 miliar atau sekitar Rp 2.605
triliun (dengan kurs saat ini).

Baca Juga :  Hotman Paris Tantang Menaker Ida Fauziyah: Saya Tunggu Jawaban Ibu!

Bank Dunia mencatat, rasio utang
luar negeri Indonesia tahun 2019 terhadap ekspor ialah 194%. Sementara, rasio
utang terhadap gross national income (GNI) atau pendapatan nasional bruto
sebesar 37%. Rasio utang luar negeri Indonesia terhadap pendapatan nasional
bruto dari tahun ke tahun memang berada di sekitaran level tersebut, yakni 2009
34%, 2015 37%, 2016 35%, 2017 36%, dan 2018 37%.

Dari total itu, utang luar negeri
Indonesia tahun 2019 lebih didominasi oleh utang jangka panjang yakni mencapai
USD 354,54 miliar atau sekitar Rp 5.238 triliun. Sementara, utang luar negeri
jangka pendek hanya sebesar USD44,79 miliar atau sekitar Rp 661 triliun.

Dilihat dari kategori
krediturnya, utang luar negeri 2019 terbesar berasal dari sektor swasta yakni
sebesar USD181,25 miliar atau sekitar Rp 2.678 triliun, sementara dari
penerbitan surat utang sebesar USD173,22 miliar atau sekitar Rp 2.559 triliun.

Secara keseluruhan, Bank Dunia
Mencatat total utang luar negeri dari negara-negara tersebut kecuali Cina
mencapai USD 3,6 triliun atau sekitar Rp 53.184 triliun, atau naik 4,6%
dibandingkan tahun 2018.

Akumulasi utang negara-negara
tersebut, di luar Cina, menyumbang hampir 60% dari total utang luar negeri
seluruh negara berpenghasilan rendah-menengah kecuali Cina. Utang luar negeri
Cina menyumbang 26% dari total utang luar negeri negara-negara berpenghasilan
rendah-menengah.

Sementara itu, IDS jua merilis
total utang luar negeri negara-negara termiskin di dunia naik 9,5 persen ke
rekor tertingginya di posisi USD744 miliar pada 2019.

Baca Juga :  Sering Bikin Onar, Dua Napi dari Jatim Dipindah ke Nusakambangan

“Sebelum pandemi covid-19,naiknya
tingkat utang publik sudah memprihatinkan, terutama di banyak negara termiskin
di dunia,” kata pemberi pinjaman multilateral dalam sebuah pernyataan selama
pertemuan tahunan Kelompok Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF),
dikutip dariXinhua.

Bank Dunia mencatat, negara G20
mendukung Debt Service Suspension Initiative (DSSI) atau penundaan utang pada
April tahun ini untuk membantu 73 negara termiskin mengelola dampak pandemi
hingga memungkinkan mereka untuk menangguhkan pembayaran utang bilateral resmi
hingga akhir 2020.

Presiden Grup Bank Dunia, David
Malpass sebelumnya mendesak negara-negara G20 untuk memperpanjang kerangka
waktu DSSI hingga akhir 2021 dan berkomitmen untuk memberikan inisiatif seluas
mungkin.

Laporan IDS terbaru menunjukkan
bahwa total utang luar negeri negara-negara yang memenuhi syarat untuk program
keringanan utang G20 naik ke rekor tahun lalu.

Hal ini menyoroti kebutuhan
mendesak bagi kreditur dan peminjam untuk berkolaborasi guna mencegah
meningkatnya risiko krisis utang negara yang dipicu oleh pandemi covid-19.

Laju akumulasi utang untuk
negara-negara ini hampir dua kali lipat dari tingkat negara berpenghasilan rendah
dan menengah lainnya pada 2019.

“Sangat penting bagi para
pemimpin negara termiskin untuk berbicara dan berbicara tentang perlunya beban
utang yang lebih ringan dari negara-negara kreditur,” kata Malpass dalam akun Twitter
pada Senin.

Terpopuler

Artikel Terbaru