26.2 C
Jakarta
Friday, December 27, 2024

Guyon Waton, Barisan Patah Hati yang Mampu Rebut Hati

Berkat
berbagai platform pemutar musik dan media sosial, anak-anak milenial dan
generasi Z familier dengan lagu-lagu pop atau dangdut berbahasa daerah. Salah
satu grup yang punya nama adalah Guyon Waton.

MESKI
mengusung nama Guyon (bercanda atau main-main), nyatanya keenam personel tak
main-main dalam berkarya. Berawal dari sekadar iseng-iseng meng-cover lagu pop
atau dangdut Jawa untuk ngegombal, kini Guyon Waton sudah punya sejumlah single
orisinal. ”Sekarang malah beberapa penyanyi idola kami yang meng-cover.
Misalnya, Mbak Via Vallen sama Nella Kharisma,” ujar sang vokalis Faisal Bagus
Ibrahim saat dihubungi Jawa Pos Sabtu siang (22/8).

Popularitas
Faisal dan kawan-kawan bahkan juga sampai ke kalangan pendengar terkini. Yakni,
anak-anak SMA hingga mahasiswa. Alias, generasi Z yang lahir sejak akhir 90-an
sampai awal 2000-an. Buktinya, beberapa kali Guyon Waton menjadi headliner di
pentas seni SMA. ”Lah wong yang ngerti kami itu justru murid-muridnya dulu
ketimbang gurune (gurunya, Red),” ujar Bagus, lantas terkekeh.

Guyon
Waton memang mengambil garis start yang tepat. Terbentuk pada 2015, mereka tak
sekadar nongkrong dan berdendang di sebuah warung bakso di Temon, Kulonprogo.
Supaya lebih kekinian dan ada arsipnya, enam sahabat yang juga bertetangga itu
mengunggah video cover singkat di YouTube dan Instagram. Apalagi, saat itu dua
platform tersebut sedang digemari pengguna milenial. Termasuk keenam personel
yang kini masih berusia di bawah 30 tahun.

Baca Juga :  Berusaha Kuat

Tak
disangka, cukup banyak generasi milenial dan Z yang menikmati lantunan tembang
pop dan dangdut Jawa Guyon Waton. Hal tersebut membuat keenam personel
berinisiatif mempunyai lagu sendiri. ”Tapi, kami nggak mau jauh-jauh dari lagu
patah hati yang sering kami cover,” ujar Ahmad Arifin, sang gitaris.

Selain
karena jenis lagu seperti itu lebih mudah diterima, lagu sedih dipilih karena
alasan pribadi para personel. Meski kini keenam personel sudah berpasangan (ada
yang menikah dan ada yang masih pacaran), mereka toh tak luput dari masalah
asmara. Yes, keenam personel merupakan barisan patah hati yang pernah mencecap
pahitnya menjadi Korban Janji, Sebatas Teman, dan Ajur Mumur.

Karena
sudah tahu pahitnya patah hati, Arifin mengungkapkan bahwa hampir semua lagu
yang dibawakan, baik cover maupun orisinil, merupakan curahan hati pengalaman
para personel. Mereka juga sesekali menyumbang ide dalam proses kreatif
pembuatan lagu. ”Kalau bikin lagu bahagia, kok angel (sulit) ya. Aku ora tahu
bahagia, hahaha,” seloroh gitaris 26 tahun itu.

Selain
lirik yang bisa menyentuh banyak orang, kekuatan Guyon Waton berada pada konsep
kawin genre. Di paro pertama atau awal lagu, akan disuguhi alunan musik pop
atau akustik, akar bermusik Guyon Waton kala menjadi musisi warung bakso.
Lantas, memasuki tengah lagu, gelombang dangdut mulai menyerbu. Semua berkat
hentakan gendang Andreas Wahyu dan backing vocal ”ha-e ha-e” dari sesama
personel.

Baca Juga :  Tujuh Tahun Menikah, Kini Mengandung Anak Pertama

Para
penonton menjadi sumber energi bagi Guyon Waton. Setiap kali manggung, ada saja
tingkah penonton yang bikin kangen. ”Nggak hanya njoget. Wong pernah ada yang
nangis kok dan akeh-akeh lanang sing nangis (kebanyakan laki-laki yang nangis,
Red),” kata Ferry Widyatmoko, gitaris kedua.

Selain
daya tarik audio berupa lagu, Guyon Waton secara penampilan ogah berdandan
berlebihan. Mereka cenderung tampil mengenakan jas, kemeja, jins, dan sepatu
sporty. Fresh dan youthful, sesuai dengan target pendengar mereka.

TENTANG
MEREKA

Kali
pertama mendapat tawaran manggung di kafe pada 2018 di Bantul berkat ajakan
seorang follower. ”Dibayar gorengan sama es teh, hahaha,” ujar Arifin.

Dalam
sebulan, sebelum pandemi, rata-rata punya 10 jadwal manggung.

Kini
punya satu studio di Kulonprogo untuk latihan.

Setelah
itu, honor jadi berkisar di angka Rp 5 juta. Angkanya terus naik dan sekarang
sudah dua digit setiap tampil. ”Detailnya tanya manajemen saja,” kata Bagus.

Berkat
berbagai platform pemutar musik dan media sosial, anak-anak milenial dan
generasi Z familier dengan lagu-lagu pop atau dangdut berbahasa daerah. Salah
satu grup yang punya nama adalah Guyon Waton.

MESKI
mengusung nama Guyon (bercanda atau main-main), nyatanya keenam personel tak
main-main dalam berkarya. Berawal dari sekadar iseng-iseng meng-cover lagu pop
atau dangdut Jawa untuk ngegombal, kini Guyon Waton sudah punya sejumlah single
orisinal. ”Sekarang malah beberapa penyanyi idola kami yang meng-cover.
Misalnya, Mbak Via Vallen sama Nella Kharisma,” ujar sang vokalis Faisal Bagus
Ibrahim saat dihubungi Jawa Pos Sabtu siang (22/8).

Popularitas
Faisal dan kawan-kawan bahkan juga sampai ke kalangan pendengar terkini. Yakni,
anak-anak SMA hingga mahasiswa. Alias, generasi Z yang lahir sejak akhir 90-an
sampai awal 2000-an. Buktinya, beberapa kali Guyon Waton menjadi headliner di
pentas seni SMA. ”Lah wong yang ngerti kami itu justru murid-muridnya dulu
ketimbang gurune (gurunya, Red),” ujar Bagus, lantas terkekeh.

Guyon
Waton memang mengambil garis start yang tepat. Terbentuk pada 2015, mereka tak
sekadar nongkrong dan berdendang di sebuah warung bakso di Temon, Kulonprogo.
Supaya lebih kekinian dan ada arsipnya, enam sahabat yang juga bertetangga itu
mengunggah video cover singkat di YouTube dan Instagram. Apalagi, saat itu dua
platform tersebut sedang digemari pengguna milenial. Termasuk keenam personel
yang kini masih berusia di bawah 30 tahun.

Baca Juga :  Berusaha Kuat

Tak
disangka, cukup banyak generasi milenial dan Z yang menikmati lantunan tembang
pop dan dangdut Jawa Guyon Waton. Hal tersebut membuat keenam personel
berinisiatif mempunyai lagu sendiri. ”Tapi, kami nggak mau jauh-jauh dari lagu
patah hati yang sering kami cover,” ujar Ahmad Arifin, sang gitaris.

Selain
karena jenis lagu seperti itu lebih mudah diterima, lagu sedih dipilih karena
alasan pribadi para personel. Meski kini keenam personel sudah berpasangan (ada
yang menikah dan ada yang masih pacaran), mereka toh tak luput dari masalah
asmara. Yes, keenam personel merupakan barisan patah hati yang pernah mencecap
pahitnya menjadi Korban Janji, Sebatas Teman, dan Ajur Mumur.

Karena
sudah tahu pahitnya patah hati, Arifin mengungkapkan bahwa hampir semua lagu
yang dibawakan, baik cover maupun orisinil, merupakan curahan hati pengalaman
para personel. Mereka juga sesekali menyumbang ide dalam proses kreatif
pembuatan lagu. ”Kalau bikin lagu bahagia, kok angel (sulit) ya. Aku ora tahu
bahagia, hahaha,” seloroh gitaris 26 tahun itu.

Selain
lirik yang bisa menyentuh banyak orang, kekuatan Guyon Waton berada pada konsep
kawin genre. Di paro pertama atau awal lagu, akan disuguhi alunan musik pop
atau akustik, akar bermusik Guyon Waton kala menjadi musisi warung bakso.
Lantas, memasuki tengah lagu, gelombang dangdut mulai menyerbu. Semua berkat
hentakan gendang Andreas Wahyu dan backing vocal ”ha-e ha-e” dari sesama
personel.

Baca Juga :  Tujuh Tahun Menikah, Kini Mengandung Anak Pertama

Para
penonton menjadi sumber energi bagi Guyon Waton. Setiap kali manggung, ada saja
tingkah penonton yang bikin kangen. ”Nggak hanya njoget. Wong pernah ada yang
nangis kok dan akeh-akeh lanang sing nangis (kebanyakan laki-laki yang nangis,
Red),” kata Ferry Widyatmoko, gitaris kedua.

Selain
daya tarik audio berupa lagu, Guyon Waton secara penampilan ogah berdandan
berlebihan. Mereka cenderung tampil mengenakan jas, kemeja, jins, dan sepatu
sporty. Fresh dan youthful, sesuai dengan target pendengar mereka.

TENTANG
MEREKA

Kali
pertama mendapat tawaran manggung di kafe pada 2018 di Bantul berkat ajakan
seorang follower. ”Dibayar gorengan sama es teh, hahaha,” ujar Arifin.

Dalam
sebulan, sebelum pandemi, rata-rata punya 10 jadwal manggung.

Kini
punya satu studio di Kulonprogo untuk latihan.

Setelah
itu, honor jadi berkisar di angka Rp 5 juta. Angkanya terus naik dan sekarang
sudah dua digit setiap tampil. ”Detailnya tanya manajemen saja,” kata Bagus.

Terpopuler

Artikel Terbaru