27.3 C
Jakarta
Tuesday, November 26, 2024

Menkes: Banyak Tagihan Pelayanan BPJS Kesehatan yang Tidak Sesuai Lite

JAKARTA – Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto akan
melakukan evaluasi terhadap BPJS Kesehatan terkait tagihan pelayanan jantung
yang mencapai Rp10,5 triliun.

Selain itu, Menkes Terawan
menilai banyak pelayanan dari BPJS Kesehatan yang tidak sesuai dengan
literatur.

“Kemudian adanya review dari
jurnal-jurnal yang mengatakan bahwa pengobatan dengan obat-obatan apalagi
pencegahan itu tidak lebih, tidak efisien dibandingkan stent, operasi, dan
sebagainya,” kata menkes dalam keterangannya, kemarin (21/11).

Apabila hal itu bisa diperbaiki,
misalkan sesuai dengan
diagnosanya sesuai dengan prosedur, maka akan menurunkan biaya yang dikeluarkan
pemerintah.

“itu bisa menurunkan mungkin 50
persen, bayangin banyak lho Rp10 triliun itu. Kalau bisa turun separuh saja itu
sudah membuat kita berdua bahagia, Rp5 triliun dihemat,” ujar Menkes Terawan.

Lebih jauh Menkes Terawan
mengungkapkan ada indikasi seksio (operasi sesar) ternyata naik luar biasa
mencapai Rp5 triliun lebih.

Baca Juga :  Belajar Bahasa Bisa Tingkatkan Fungsi Saraf hingga IQ dan EQ

“Itu kan menunjukan kita tidak
dalam grade yang baik. Nah itulah yang maksud saya berlebihan dan ternyata
tidak menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi atau anak secara
nasional kan percuma duit dikeluarkan,” terang Menkes.

Oleh karena itu, harus ada upaya
yang sifatnya lebih preventif, promotif, dan edukasi pada masyarakat. Seperti
menyiapkan sarana-sarana sehingga yang punya potensi untuk terjadi kematian
bisa diturunkan.

“Kalau ada nanti kita akan
pilah-pilah bersama Direktur Utama BPJS mana yang masih di bawah standar kita
coba naikkan,” ucap

Direktur Riset Centre of Reform
on Economics (Core) Indonesia, Piter Abdullah mengapresiasi Menkes Teriawan
yang ingin melakukan evaluasi terkait tagihan jantung yang sangat mahal.

Baca Juga :  Sukseskan Vaksinasi di Kepulauan Maluku BRI Kerahkan Teras BRI Kapal

“Rencana pak menkes (Teriawan)
perlu diapresiasi. Beliau kan dokter lebih tahun. Pak Terawan lebih paham soal
itu,” ujar Piter kepada Fajar Indonesia Network (FIN), Jumat (22/11).

Sebelumnya BPJS Kesehatan
mengungkapkan sejumlah penyakit dengan biaya yang fanstastis yang ditanggung
asuransi kesehatan pelat merah itu. Penyakit itu membuat BPJS Kesehatan
defisit.

Antara lain, penyakit katastropik
selama tahun 2018 mencapai Rp 94,2 triliun di 2018. Sedangkan di 3 bulan
pertama 2019 mencapai Rp 25,5 triliun.

Kemudian penyakit jantung dari
Januari-Maret 2019 sendiri biaya penyakit jantung ini mencapai Rp 2,81 triliun.
Sementara selama tahun 2018 mencapai Rp10,5 triliun.

Selanjutnya penyakit di 2018
biayanya mencapai Rp3,40 triliun dan selama Januari-Maret 2019 mencapai Rp1,09
triliun. (din/fin/kpc)

JAKARTA – Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto akan
melakukan evaluasi terhadap BPJS Kesehatan terkait tagihan pelayanan jantung
yang mencapai Rp10,5 triliun.

Selain itu, Menkes Terawan
menilai banyak pelayanan dari BPJS Kesehatan yang tidak sesuai dengan
literatur.

“Kemudian adanya review dari
jurnal-jurnal yang mengatakan bahwa pengobatan dengan obat-obatan apalagi
pencegahan itu tidak lebih, tidak efisien dibandingkan stent, operasi, dan
sebagainya,” kata menkes dalam keterangannya, kemarin (21/11).

Apabila hal itu bisa diperbaiki,
misalkan sesuai dengan
diagnosanya sesuai dengan prosedur, maka akan menurunkan biaya yang dikeluarkan
pemerintah.

“itu bisa menurunkan mungkin 50
persen, bayangin banyak lho Rp10 triliun itu. Kalau bisa turun separuh saja itu
sudah membuat kita berdua bahagia, Rp5 triliun dihemat,” ujar Menkes Terawan.

Lebih jauh Menkes Terawan
mengungkapkan ada indikasi seksio (operasi sesar) ternyata naik luar biasa
mencapai Rp5 triliun lebih.

Baca Juga :  Belajar Bahasa Bisa Tingkatkan Fungsi Saraf hingga IQ dan EQ

“Itu kan menunjukan kita tidak
dalam grade yang baik. Nah itulah yang maksud saya berlebihan dan ternyata
tidak menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi atau anak secara
nasional kan percuma duit dikeluarkan,” terang Menkes.

Oleh karena itu, harus ada upaya
yang sifatnya lebih preventif, promotif, dan edukasi pada masyarakat. Seperti
menyiapkan sarana-sarana sehingga yang punya potensi untuk terjadi kematian
bisa diturunkan.

“Kalau ada nanti kita akan
pilah-pilah bersama Direktur Utama BPJS mana yang masih di bawah standar kita
coba naikkan,” ucap

Direktur Riset Centre of Reform
on Economics (Core) Indonesia, Piter Abdullah mengapresiasi Menkes Teriawan
yang ingin melakukan evaluasi terkait tagihan jantung yang sangat mahal.

Baca Juga :  Sukseskan Vaksinasi di Kepulauan Maluku BRI Kerahkan Teras BRI Kapal

“Rencana pak menkes (Teriawan)
perlu diapresiasi. Beliau kan dokter lebih tahun. Pak Terawan lebih paham soal
itu,” ujar Piter kepada Fajar Indonesia Network (FIN), Jumat (22/11).

Sebelumnya BPJS Kesehatan
mengungkapkan sejumlah penyakit dengan biaya yang fanstastis yang ditanggung
asuransi kesehatan pelat merah itu. Penyakit itu membuat BPJS Kesehatan
defisit.

Antara lain, penyakit katastropik
selama tahun 2018 mencapai Rp 94,2 triliun di 2018. Sedangkan di 3 bulan
pertama 2019 mencapai Rp 25,5 triliun.

Kemudian penyakit jantung dari
Januari-Maret 2019 sendiri biaya penyakit jantung ini mencapai Rp 2,81 triliun.
Sementara selama tahun 2018 mencapai Rp10,5 triliun.

Selanjutnya penyakit di 2018
biayanya mencapai Rp3,40 triliun dan selama Januari-Maret 2019 mencapai Rp1,09
triliun. (din/fin/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru