34.6 C
Jakarta
Tuesday, November 25, 2025

Pegang Rekor Caretaker Terbaik! Tapi Bonek Minta Uston Nawawi Angkat Kaki dari Persebaya Surabaya

Uston Nawawi masih memegang rekor sebagai caretaker terbaik dalam sejarah Persebaya Surabaya, tetapi posisinya justru berada di ujung tanduk. Desakan Bonek yang meminta ia angkat kaki muncul deras setelah hasil imbang 1-1 melawan Arema FC membuat kekecewaan memuncak.

Pertandingan Derbi Jatim pekan ke-13 Super League 2025/2026 itu dianggap menjadi puncak kekesalan suporter karena tim kembali gagal meraih poin penuh.Emosi itu langsung tumpah ke akun Instagram resmi Persebaya Surabaya setelah manajemen mengumumkan pemecatan pelatih kepala Edu Perez.

Di kolom komentar, nama Uston ikut diseret sebagai sosok yang harus meninggalkan bangku pelatih.Seorang akun menulis lugas, “#USTONOUT #USTONOUT #USTONOUT,” sebagai bentuk penegasan perubahan tidak boleh setengah-setengah.

Ada pula komentar sinis yang menyindir keberadaan Uston yang seolah tak tersentuh meski pelatih telah berganti beberapa kali. “Ojo lali Uston barang, mosok ben ganti pelatih, asistene jek Uston ae,” tulis salah satu Bonek.

Sebagian Bonek bahkan menggambarkan situasi ini sebagai pola lama yang berulang tanpa solusi nyata. “Lagu lawas, pelatih ajur, Uston Nawawi munggah, goleki pelatih neh, ajur neh, pecat neh, tulong lah,” tulis Bonek lainnya.

Komentar lainnya menuntut perubahan total, tidak hanya posisi pelatih kepala.“Kabeh ganti pelatih kepala sampai gerbong e, dan yang penting bertanggung jawab manajemen seng ngedatengin pelatih gak berkualitas dan pemain banyak yang zonk,” kritik Bonek lainnya.

Baca Juga :  Kalah dengan PSS Sleman, Kalteng Putra Masih Belum Bisa Bangkit dari

Sebagian suporter secara terang-terangan mempertanyakan kenapa Uston tetap dipertahankan meski kinerja tim tak membaik. “Uston gak sekalian?” tulis Bonek lainnya yang menilai perubahan harus dilakukan secara menyeluruh.

Electronic money exchangers listing

Ada pula komentar yang menyoroti kemungkinan Uston tetap berada di staf pelatih sementara pelatih kepala berganti.“Yang diucapkan hanya Eduardo, apakah Uston Nawawi akan tetap menjadi asisten, (Shin sang gyu) stay,” tulis Bonek lainnya.

Kritik juga mengarah pada peran tambahan yang selama ini dilekatkan pada Uston, seperti scouting pemain asing. “Uston, tim scouting pemain asing sekalian,” tulis salah satu Bonek yang menilai evaluasi harus dilakukan secara total.

Banyak suara meminta pelatih baru membawa staf pilihannya sendiri agar pola kerja benar-benar segar. “Biar kan pelatih baru membawa asisten e sendiri,” kata salah satu Bonek yang menilai era tambal sulam harus dihentikan.

Bahkan ada suporter yang menyarankan Uston kembali ke sektor pembinaan usia muda. “Mesisan uston e pindah nang junior ae,” tutur Bonek lainnya sebagai bentuk tuntutan penyegaran struktur.

Di tengah tekanan itu, publik mulai bertanya apakah manajemen akan menindaklanjuti desakan besar tersebut atau tetap mempertahankan Uston.Situasi ini menjadi rumit karena Uston bukan sosok sembarangan di Persebaya Surabaya.

Baca Juga :  Statistik, Persebaya Surabaya Terlalu Superior Setiap Kali Berhadapan dengan PSBS Biak

Uston lahir di Sidoarjo, 6 September 1977, dan sudah bertahun-tahun menjadi bagian integral struktur kepelatihan Persebaya Surabaya. Ia mulai menjabat sebagai asisten pelatih sejak 25 Oktober 2019 dan memiliki lisensi Pro AFC.

Formasi yang disukainya adalah 4-3-3 Defending, sebuah pendekatan yang kerap digunakan ketika ia dipercaya memimpin tim sementara.Sebelum menjadi asisten pelatih senior, ia sempat menangani Persebaya Surabaya U-20 dari April hingga Oktober 2019.

Nama Uston menjadi sorotan ketika ia ditugasi sebagai pelatih interim dalam beberapa periode, termasuk pada 5 Agustus hingga 13 September 2023. Ia dikenal sebagai figur yang mampu meredam kekacauan saat tim berada dalam masa transisi kepelatihan.

Performa terbaik Uston sebagai caretaker tercatat pada periode pertamanya. Dari lima laga, ia mencatat empat kemenangan, satu imbang, tanpa kekalahan, mengemas 13 poin dengan rata-rata 2,60 poin per laga.

Rekor tersebut membuatnya dicap sebagai caretaker paling efektif yang pernah dimiliki Persebaya Surabaya. Namun periode keduanya tidak sebaik itu karena ia menjalani lima pertandingan tanpa kemenangan dengan empat imbang dan satu kekalahan.(jpc)

Uston Nawawi masih memegang rekor sebagai caretaker terbaik dalam sejarah Persebaya Surabaya, tetapi posisinya justru berada di ujung tanduk. Desakan Bonek yang meminta ia angkat kaki muncul deras setelah hasil imbang 1-1 melawan Arema FC membuat kekecewaan memuncak.

Pertandingan Derbi Jatim pekan ke-13 Super League 2025/2026 itu dianggap menjadi puncak kekesalan suporter karena tim kembali gagal meraih poin penuh.Emosi itu langsung tumpah ke akun Instagram resmi Persebaya Surabaya setelah manajemen mengumumkan pemecatan pelatih kepala Edu Perez.

Di kolom komentar, nama Uston ikut diseret sebagai sosok yang harus meninggalkan bangku pelatih.Seorang akun menulis lugas, “#USTONOUT #USTONOUT #USTONOUT,” sebagai bentuk penegasan perubahan tidak boleh setengah-setengah.

Electronic money exchangers listing

Ada pula komentar sinis yang menyindir keberadaan Uston yang seolah tak tersentuh meski pelatih telah berganti beberapa kali. “Ojo lali Uston barang, mosok ben ganti pelatih, asistene jek Uston ae,” tulis salah satu Bonek.

Sebagian Bonek bahkan menggambarkan situasi ini sebagai pola lama yang berulang tanpa solusi nyata. “Lagu lawas, pelatih ajur, Uston Nawawi munggah, goleki pelatih neh, ajur neh, pecat neh, tulong lah,” tulis Bonek lainnya.

Komentar lainnya menuntut perubahan total, tidak hanya posisi pelatih kepala.“Kabeh ganti pelatih kepala sampai gerbong e, dan yang penting bertanggung jawab manajemen seng ngedatengin pelatih gak berkualitas dan pemain banyak yang zonk,” kritik Bonek lainnya.

Baca Juga :  Kalah dengan PSS Sleman, Kalteng Putra Masih Belum Bisa Bangkit dari

Sebagian suporter secara terang-terangan mempertanyakan kenapa Uston tetap dipertahankan meski kinerja tim tak membaik. “Uston gak sekalian?” tulis Bonek lainnya yang menilai perubahan harus dilakukan secara menyeluruh.

Ada pula komentar yang menyoroti kemungkinan Uston tetap berada di staf pelatih sementara pelatih kepala berganti.“Yang diucapkan hanya Eduardo, apakah Uston Nawawi akan tetap menjadi asisten, (Shin sang gyu) stay,” tulis Bonek lainnya.

Kritik juga mengarah pada peran tambahan yang selama ini dilekatkan pada Uston, seperti scouting pemain asing. “Uston, tim scouting pemain asing sekalian,” tulis salah satu Bonek yang menilai evaluasi harus dilakukan secara total.

Banyak suara meminta pelatih baru membawa staf pilihannya sendiri agar pola kerja benar-benar segar. “Biar kan pelatih baru membawa asisten e sendiri,” kata salah satu Bonek yang menilai era tambal sulam harus dihentikan.

Bahkan ada suporter yang menyarankan Uston kembali ke sektor pembinaan usia muda. “Mesisan uston e pindah nang junior ae,” tutur Bonek lainnya sebagai bentuk tuntutan penyegaran struktur.

Di tengah tekanan itu, publik mulai bertanya apakah manajemen akan menindaklanjuti desakan besar tersebut atau tetap mempertahankan Uston.Situasi ini menjadi rumit karena Uston bukan sosok sembarangan di Persebaya Surabaya.

Baca Juga :  Statistik, Persebaya Surabaya Terlalu Superior Setiap Kali Berhadapan dengan PSBS Biak

Uston lahir di Sidoarjo, 6 September 1977, dan sudah bertahun-tahun menjadi bagian integral struktur kepelatihan Persebaya Surabaya. Ia mulai menjabat sebagai asisten pelatih sejak 25 Oktober 2019 dan memiliki lisensi Pro AFC.

Formasi yang disukainya adalah 4-3-3 Defending, sebuah pendekatan yang kerap digunakan ketika ia dipercaya memimpin tim sementara.Sebelum menjadi asisten pelatih senior, ia sempat menangani Persebaya Surabaya U-20 dari April hingga Oktober 2019.

Nama Uston menjadi sorotan ketika ia ditugasi sebagai pelatih interim dalam beberapa periode, termasuk pada 5 Agustus hingga 13 September 2023. Ia dikenal sebagai figur yang mampu meredam kekacauan saat tim berada dalam masa transisi kepelatihan.

Performa terbaik Uston sebagai caretaker tercatat pada periode pertamanya. Dari lima laga, ia mencatat empat kemenangan, satu imbang, tanpa kekalahan, mengemas 13 poin dengan rata-rata 2,60 poin per laga.

Rekor tersebut membuatnya dicap sebagai caretaker paling efektif yang pernah dimiliki Persebaya Surabaya. Namun periode keduanya tidak sebaik itu karena ia menjalani lima pertandingan tanpa kemenangan dengan empat imbang dan satu kekalahan.(jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru