JAKARTA– Upaya mengatasi persoalan sampah plastik di kota-kota besar kembali diperkuat PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Melalui program TJSL BRI Peduli Yuk Kita Gas, bank pelat merah ini menghadirkan inovasi pengelolaan sampah berbasis digital di ajang musik rakyat Koplo Keliling (KOPLING) 2025 di Gambir Expo Kemayoran, 8–9 November 2025.
Hadirnya mesin Reverse Vending Machine (RVM) di area acara menjadi sorotan pengunjung. Selain mengurangi sampah plastik, alat ini memungkinkan masyarakat menukar botol plastik menjadi uang melalui platform Plasticpay—sebuah langkah konkret yang relevan dengan isu “botol plastik jadi uang”, kata kunci yang kini banyak dicari publik.
Menteri UMKM Maman Abdurrahman dan Utusan Khusus Presiden Bidang Generasi Muda dan Pekerja Seni, Raffi Ahmad, turut hadir langsung di booth BRI Peduli, memberikan dukungan terhadap inisiatif edukasi lingkungan tersebut.
Corporate Secretary BRI Dhanny mengatakan kehadiran RVM di area hiburan besar seperti KOPLING 2025 adalah momentum strategis untuk menyampaikan pesan penting tentang pengelolaan sampah.
“Ajang musik punya potensi pengunjung yang besar. Ini kesempatan tepat untuk mengedukasi warga tentang pentingnya mengelola sampah. Di KOPLING 2025, satu botol plastik bernilai Rp1.300 dan dapat langsung dikonversi ke saldo e-wallet melalui Plasticpay,” jelasnya.
Selama dua hari pelaksanaan, RVM BRI Peduli mencatat 109 transaksi dengan total 56,1 kilogram sampah botol plastik terkumpul. Efek lingkungannya cukup signifikan: pengurangan jejak karbon 297.000 gram dan penyelamatan 47,40 meter persegi lahan.
Sejak diluncurkan pada 2024, BRI Peduli telah menempatkan delapan unit RVM di sejumlah titik strategis Jakarta. Hasilnya, sebanyak 4.281,4 kilogram botol plastik berhasil dikumpulkan dari lebih dari 42 ribu transaksi dengan partisipasi 2.349 pengguna.
BRI mencatat total 22.666.248 gram jejak karbon berhasil ditekan dan 3.617,44 meter persegi lahan terselamatkan dari potensi pencemaran.
Dhanny menegaskan bahwa inovasi pengelolaan sampah seperti RVM bukan hanya soal teknologi, tetapi juga perubahan cara pandang masyarakat.
“RVM memberi insentif, tapi lebih dari itu, ia mengubah persepsi publik. Sampah plastik kini punya nilai ekonomi. Setiap orang bisa berkontribusi menjaga lingkungan sekaligus memperoleh manfaat langsung,” ujarnya.
Program Yok Kita Gas menjadi bagian dari komitmen BRI mendukung target pemerintah dalam SDGs serta Asta Cita yang menekankan keselarasan manusia dengan alam dan budaya. Program ini dijalankan melalui dua skema: di pasar tradisional serta di lingkungan masyarakat seperti Bank Sampah dan TPST.
Melalui berbagai kegiatan tersebut, masyarakat dibekali wawasan baru tentang pemilahan sampah, pengelolaan limbah rumah tangga, dan peningkatan kesadaran lingkungan secara berkelanjutan.


