25.1 C
Jakarta
Monday, October 27, 2025

Kisah Horor Driver Ekspedisi Ditumpangi Cewek Misterius saat Melintas di Jalur Alas Roban

DALAM sebuah pertemuan tak disengaja disuatu sore, RadarSemarang bertemu dengan seorang pekerja ekspedisi, yang tiap hari melakukan perjalanan Semarang-Pekalongan untuk mengirim barang.

Namanya Andre, 29, dia baru lima bulan bekerja sebagai driver ekspedisi disalah satu perusahaan swasta yang berkantor di Kota Semarang.

“Tugasnya kirim barang mas ke Pekalongan, berangkat dari Semarang jam dua malam, karena barang harus didistribusikan maksimal jam tujuh pagi,” ungkapnya.

Dalam pengantaran barang Semarang-Pekalongan PP, Andre yang membawa mobil Mistubishi Expander ini lewat jalan pantura, tidak melewati jalan tol Semarang-Pekalongan.

Karena lewat jalur biasa, mau tidak mau dia melintas dikawasan Alas Roban yang selama ini dikenal sebagai jalur wingit dan rawan.

Di Alas Roban yang masuk wilayah kabupaten Batang inilah, Andre mendapat kisah horornya saat melintas dikawasan yang masih rapat dengan pepohonan kayu jati.

Bulan September, Selasa dinihari sekitar pukul 01.00, ditengah kondisi cuaca mendung, Andre baru saja meninggalkan kota Semarang.

Satu jam setelah meninggalkan kota Semarang, dia tiba dikawasan Alas Roban. Seperti biasa dirinya mengambil jalan lurus setelah tikungan masuk hutan.

Tangannya menggenggam erat kemudi, matanya menatap lurus ke jalan yang mulai menanjak yang sepi, hanya disinari lampu sorot mobil.

Di sisi kanan, dia melewati kompleks makam dengan deretan pohon kamboja dan batu-batu nisan berjejer rapat. Kondisi sepi, sunyi dan agak gelap.

“Kalau lewat situ, jalan yang nanjak pasti diatas jam 2 dini hari, gak ada kendaraan yang lewat,” ucap Andre.

Baca Juga :  Polisi Muda di Kotim Hilang Misterius, Petugas Gerak Cepat Lakukan Pencarian

Jalan sepi, gelap plus melintas didepan kompleks pemakaman tak sedikitpun membuat Andre ciut nyali. Dia tak terlalu peduli, karena sudah terbiasa menyetir tengah malam.

Sampai tiba-tiba, lampu sorotnya menangkap sosok perempuan berdiri di pinggir jalan, mengenakan kebaya putih basah kuyup, rambutnya menutupi wajah.

Ia langsung menginjak rem secara mendadak. Mobil berhenti beberapa meter dari sosok itu. “Mbak, malam-malam begini ngapain di sini?” gumamnya.

Belum hilang rasa terkejutnya, perempuan misterius itu tiba-tiba sudah berada di dekat pintu kemudi.

“Bisa saya numpang, Mas? Rumah saya di ujung jalan sana,” suaranya lirih, hampir tak terdengar.

Tanpa berpikir panjang, Andre membukakan pintu penumpang. Perempuan itu naik, duduk diam, menunduk di jok tengah belakang kemudi.

Dari kaca spion dalam mobilnya, dia sempat melirik ke arah perempuan itu. Tidak ada yang aneh.

Andre kembali melajukan mobilnya. Di tengah perjalanan, dia mencoba  membuka percakapan.

“Mbak habis dari mana?”

“Dari… pemakaman,” jawabnya datar.

“Ziarah?” tanya Andre sembari batin mana ada orang apalagi perempuan tengah malam ziarah ke makam.

“Bisa dibilang begitu,” jawab perempuan itu dengan suara pelan nyaris tak terdengar.

Di tengah percakapan itu, tiba-tiba terdengar suara petir menggelegar. Lagi-lagi dari kaca spion, Andre melirik ke arah perempuan itu.

Dia melihat  melihat wajah si perempuan sekilas  pucat, matanya kosong, dan di lehernya tampak seperti ada bekas tali halus melingkar.

“Rumah Mbak jauh lagi?” tanya Andre setengah galau setelah melihat pemandangan yang baru dilihatnya di kaca spion dalam mobilnya.

Baca Juga :  Tarif Bisa Naik, Insentif Menyusut, Ojol Tolak Merger Grab-Gojek

“Sudah dekat. Di depan sebelum ada warung-warung biasa jual kelapa. Kalau sudah sampai, nanti saya turun sendiri,” jawabnya.

Andre mengangguk gugup. Mobilnya tiba-tiba berhenti sendiri alias mogok. Refleks dia menoleh ke kursi penumpang. Kosong, perempuan misterius yang menumpang mobilnya sudah tidak ada.

Tapi yang membuatnya syok, di kaca depan ada bekas tangan basah, dan di kursi penumpang tergeletak bunga kamboja segar, masih meneteskan air.

Jantung Andre berdetak cepat. Ia menatap kaca spion lagi dan dari pantulan, ia melihat sosok perempuan berkebaya putih itu sudah berada dibelakang mobilnya, ditepi jalan sembari menatapnya dengan senyum lebar, mulutnya membiru, matanya hitam tanpa bola.

“Dia berdiri di belakang mobil dipinggir jalan yang kanan kirinya tebing itu, mulutnya seperti mengucapkan sesuatu,” kata Andre.

Melihat penampakan itu, Andre langsung tancap gas, memacu mobilnya meninggalkan kawasan Alas Roban yang malam itu sunyi, hanya dirinya yang melintas.

Tapi hingga kota Pekalongan, aroma bunga kamboja tetap memenuhi kabin, seolah penumpang misterius itu belum benar-benar pergi.

“Sampe Pekalongan, bau kamboja didalam mobil belum ilang, kayak dia masih numpang gitu,” ucapnya.

Aroma bau kamboja itu baru benar-benar hilang, saat dirinya kembali ke Semarang, melewati lokasi tempat perempuan misterius itu menghilang.

“Setelah nglewati pos pol Alas Roban itu kan jalannya menurun, nah sebelum habis turunan itu ada pemakaman disebelah kiri, disitulah aroma bau kamboja hilang,” ungkapnya. (sls/jpg)

 

DALAM sebuah pertemuan tak disengaja disuatu sore, RadarSemarang bertemu dengan seorang pekerja ekspedisi, yang tiap hari melakukan perjalanan Semarang-Pekalongan untuk mengirim barang.

Namanya Andre, 29, dia baru lima bulan bekerja sebagai driver ekspedisi disalah satu perusahaan swasta yang berkantor di Kota Semarang.

“Tugasnya kirim barang mas ke Pekalongan, berangkat dari Semarang jam dua malam, karena barang harus didistribusikan maksimal jam tujuh pagi,” ungkapnya.

Dalam pengantaran barang Semarang-Pekalongan PP, Andre yang membawa mobil Mistubishi Expander ini lewat jalan pantura, tidak melewati jalan tol Semarang-Pekalongan.

Karena lewat jalur biasa, mau tidak mau dia melintas dikawasan Alas Roban yang selama ini dikenal sebagai jalur wingit dan rawan.

Di Alas Roban yang masuk wilayah kabupaten Batang inilah, Andre mendapat kisah horornya saat melintas dikawasan yang masih rapat dengan pepohonan kayu jati.

Bulan September, Selasa dinihari sekitar pukul 01.00, ditengah kondisi cuaca mendung, Andre baru saja meninggalkan kota Semarang.

Satu jam setelah meninggalkan kota Semarang, dia tiba dikawasan Alas Roban. Seperti biasa dirinya mengambil jalan lurus setelah tikungan masuk hutan.

Tangannya menggenggam erat kemudi, matanya menatap lurus ke jalan yang mulai menanjak yang sepi, hanya disinari lampu sorot mobil.

Di sisi kanan, dia melewati kompleks makam dengan deretan pohon kamboja dan batu-batu nisan berjejer rapat. Kondisi sepi, sunyi dan agak gelap.

“Kalau lewat situ, jalan yang nanjak pasti diatas jam 2 dini hari, gak ada kendaraan yang lewat,” ucap Andre.

Baca Juga :  Polisi Muda di Kotim Hilang Misterius, Petugas Gerak Cepat Lakukan Pencarian

Jalan sepi, gelap plus melintas didepan kompleks pemakaman tak sedikitpun membuat Andre ciut nyali. Dia tak terlalu peduli, karena sudah terbiasa menyetir tengah malam.

Sampai tiba-tiba, lampu sorotnya menangkap sosok perempuan berdiri di pinggir jalan, mengenakan kebaya putih basah kuyup, rambutnya menutupi wajah.

Ia langsung menginjak rem secara mendadak. Mobil berhenti beberapa meter dari sosok itu. “Mbak, malam-malam begini ngapain di sini?” gumamnya.

Belum hilang rasa terkejutnya, perempuan misterius itu tiba-tiba sudah berada di dekat pintu kemudi.

“Bisa saya numpang, Mas? Rumah saya di ujung jalan sana,” suaranya lirih, hampir tak terdengar.

Tanpa berpikir panjang, Andre membukakan pintu penumpang. Perempuan itu naik, duduk diam, menunduk di jok tengah belakang kemudi.

Dari kaca spion dalam mobilnya, dia sempat melirik ke arah perempuan itu. Tidak ada yang aneh.

Andre kembali melajukan mobilnya. Di tengah perjalanan, dia mencoba  membuka percakapan.

“Mbak habis dari mana?”

“Dari… pemakaman,” jawabnya datar.

“Ziarah?” tanya Andre sembari batin mana ada orang apalagi perempuan tengah malam ziarah ke makam.

“Bisa dibilang begitu,” jawab perempuan itu dengan suara pelan nyaris tak terdengar.

Di tengah percakapan itu, tiba-tiba terdengar suara petir menggelegar. Lagi-lagi dari kaca spion, Andre melirik ke arah perempuan itu.

Dia melihat  melihat wajah si perempuan sekilas  pucat, matanya kosong, dan di lehernya tampak seperti ada bekas tali halus melingkar.

“Rumah Mbak jauh lagi?” tanya Andre setengah galau setelah melihat pemandangan yang baru dilihatnya di kaca spion dalam mobilnya.

Baca Juga :  Tarif Bisa Naik, Insentif Menyusut, Ojol Tolak Merger Grab-Gojek

“Sudah dekat. Di depan sebelum ada warung-warung biasa jual kelapa. Kalau sudah sampai, nanti saya turun sendiri,” jawabnya.

Andre mengangguk gugup. Mobilnya tiba-tiba berhenti sendiri alias mogok. Refleks dia menoleh ke kursi penumpang. Kosong, perempuan misterius yang menumpang mobilnya sudah tidak ada.

Tapi yang membuatnya syok, di kaca depan ada bekas tangan basah, dan di kursi penumpang tergeletak bunga kamboja segar, masih meneteskan air.

Jantung Andre berdetak cepat. Ia menatap kaca spion lagi dan dari pantulan, ia melihat sosok perempuan berkebaya putih itu sudah berada dibelakang mobilnya, ditepi jalan sembari menatapnya dengan senyum lebar, mulutnya membiru, matanya hitam tanpa bola.

“Dia berdiri di belakang mobil dipinggir jalan yang kanan kirinya tebing itu, mulutnya seperti mengucapkan sesuatu,” kata Andre.

Melihat penampakan itu, Andre langsung tancap gas, memacu mobilnya meninggalkan kawasan Alas Roban yang malam itu sunyi, hanya dirinya yang melintas.

Tapi hingga kota Pekalongan, aroma bunga kamboja tetap memenuhi kabin, seolah penumpang misterius itu belum benar-benar pergi.

“Sampe Pekalongan, bau kamboja didalam mobil belum ilang, kayak dia masih numpang gitu,” ucapnya.

Aroma bau kamboja itu baru benar-benar hilang, saat dirinya kembali ke Semarang, melewati lokasi tempat perempuan misterius itu menghilang.

“Setelah nglewati pos pol Alas Roban itu kan jalannya menurun, nah sebelum habis turunan itu ada pemakaman disebelah kiri, disitulah aroma bau kamboja hilang,” ungkapnya. (sls/jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru

/