29.6 C
Jakarta
Thursday, October 2, 2025

Cempedak, Buah Tropis yang Tak Terbuang: Jadi Olahan Unik Khas Kalimantan

CEMPEDAK, buah yang sekilas mirip nangka namun dengan aroma yang jauh lebih tajam dan tekstur daging buah yang lebih lembut ini, bukan sekadar buah tropis beraroma tajam dan rasa manis legit.

Di Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, cempedak adalah sumber pangan lokal yang dimanfaatkan secara utuh. Dari daging buah, biji, hingga kulitnya—semuanya bisa diolah menjadi makanan lezat dan bernilai gizi.

Tradisi masyarakat lokal yang tidak menyia-nyiakan bagian apapun dari tanaman inilah yang membuat olahan cempedak khas Kalimantan begitu menarik untuk dikenali. Yuk simak sampai habis!

  1. Cempedak Goreng: Camilan Wajib Saat Musim Buah

Olahan paling populer dan mudah ditemui adalah cempedak goreng. Potongan daging buah cempedak dicelup dalam adonan tepung yang manis-gurih, lalu digoreng hingga keemasan.

Rasanya renyah di luar dan lembut manis di dalam, sangat cocok disantap sore hari bersama kopi atau teh. Di pasar-pasar tradisional Balikpapan, Samarinda, hingga Banjarmasin, cempedak goreng selalu jadi favorit saat musim panen tiba.

  1. Cempedak Panggang: Tradisi Aromatik dari Pedalaman

Berbeda dengan versi gorengnya, cempedak panggang adalah olahan khas masyarakat pedalaman Kalimantan. Buah utuh dibakar langsung di atas bara api tanpa dikupas. Setelah kulitnya gosong dan aromanya keluar, buah dibuka dan disantap.

Baca Juga :  Gangan Karuh: Sensasi Menu Berbuka Puasa dengan Masakan Berkuah Khas Banjar

Tekstur daging buah menjadi lebih lembut, dan rasa manisnya berubah menjadi karamel alami dengan aroma yang menggoda. Ini adalah metode yang hemat dan tidak memerlukan minyak.

  1. Mandai: Keajaiban Kuliner dari Kulit Cempedak

Siapa sangka, bagian kulit cempedak pun bisa jadi masakan? Masyarakat Kalimantan, khususnya Suku Banjar, memiliki cara unik untuk mengolah kulit bagian dalam cempedak (kulit bagian dalam atau lapisan putih berdaging) menjadi hidangan lezat bernama Mandai.

Prosesnya dimulai dengan mengupas kulit luar yang berduri, lalu kulit bagian dalam direndam dalam air garam selama beberapa hari hingga terfermentasi.

Hasil fermentasi inilah yang kemudian dicuci, diiris, dan dimasak menjadi tumisan atau digoreng. Rasanya unik, perpaduan asam, gurih, dengan tekstur yang berserat. Ini bukti kearifan lokal dalam mengolah bahan pangan secara menyeluruh.

  1. Olahan Biji Cempedak: Dari Rebusan Sederhana hingga Keripik Renyah

Seperti halnya biji nangka, biji cempedak juga bisa dimakan setelah diolah. Cara paling sederhana adalah dengan merebusnya hingga empuk, lalu dikupas dan disantap langsung. Teksturnya mirip kentang rebus dengan rasa yang sedikit manis.

Baca Juga :  BMKG: Waspadai Gelombang Tinggi di Perairan Kalimantan

Tak hanya itu, kreativitas dapur rumahan juga mengolahnya menjadi keripik. Biji yang sudah direbus diiris tipis, dijemur, lalu digoreng hingga garing. Keduanya merupakan camilan sehat yang menunjukkan bahwa tidak ada bagian dari cempedak yang perlu terbuang.

Kearifan Lokal yang Perlu Dihidupkan

Pemanfaatan cempedak secara utuh—dari buah, biji, hingga kulit—menunjukkan betapa kaya dan bijaknya tradisi kuliner lokal Kalimantan. Dalam dunia yang semakin sadar pada isu keberlanjutan dan zero-waste, praktik ini layak diangkat dan dilestarikan.

Cempedak bukan hanya buah lezat, tetapi juga simbol ketahanan pangan lokal, kreativitas dapur tradisional, dan keharmonisan dengan alam.

Di saat sebagian orang membuang kulit dan biji buah begitu saja, masyarakat Kalimantan justru menemukan cita rasa dan nilai gizi dari setiap bagian cempedak.

Ini bukan hanya soal makanan, tapi soal cara hidup alias menghargai apa yang tumbuh di tanah sendiri, dan mengolahnya dengan bijak.

Jadi, saat musim cempedak tiba, jangan hanya makan buahnya. Coba goreng, bakar, masak kulitnya jadi mandai, rebus bijinya dan nikmati kelezatan khas Kalimantan yang sesungguhnya. Kamu suka olahan yang mana? (jpg)

CEMPEDAK, buah yang sekilas mirip nangka namun dengan aroma yang jauh lebih tajam dan tekstur daging buah yang lebih lembut ini, bukan sekadar buah tropis beraroma tajam dan rasa manis legit.

Di Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, cempedak adalah sumber pangan lokal yang dimanfaatkan secara utuh. Dari daging buah, biji, hingga kulitnya—semuanya bisa diolah menjadi makanan lezat dan bernilai gizi.

Tradisi masyarakat lokal yang tidak menyia-nyiakan bagian apapun dari tanaman inilah yang membuat olahan cempedak khas Kalimantan begitu menarik untuk dikenali. Yuk simak sampai habis!

  1. Cempedak Goreng: Camilan Wajib Saat Musim Buah

Olahan paling populer dan mudah ditemui adalah cempedak goreng. Potongan daging buah cempedak dicelup dalam adonan tepung yang manis-gurih, lalu digoreng hingga keemasan.

Rasanya renyah di luar dan lembut manis di dalam, sangat cocok disantap sore hari bersama kopi atau teh. Di pasar-pasar tradisional Balikpapan, Samarinda, hingga Banjarmasin, cempedak goreng selalu jadi favorit saat musim panen tiba.

  1. Cempedak Panggang: Tradisi Aromatik dari Pedalaman

Berbeda dengan versi gorengnya, cempedak panggang adalah olahan khas masyarakat pedalaman Kalimantan. Buah utuh dibakar langsung di atas bara api tanpa dikupas. Setelah kulitnya gosong dan aromanya keluar, buah dibuka dan disantap.

Baca Juga :  Gangan Karuh: Sensasi Menu Berbuka Puasa dengan Masakan Berkuah Khas Banjar

Tekstur daging buah menjadi lebih lembut, dan rasa manisnya berubah menjadi karamel alami dengan aroma yang menggoda. Ini adalah metode yang hemat dan tidak memerlukan minyak.

  1. Mandai: Keajaiban Kuliner dari Kulit Cempedak

Siapa sangka, bagian kulit cempedak pun bisa jadi masakan? Masyarakat Kalimantan, khususnya Suku Banjar, memiliki cara unik untuk mengolah kulit bagian dalam cempedak (kulit bagian dalam atau lapisan putih berdaging) menjadi hidangan lezat bernama Mandai.

Prosesnya dimulai dengan mengupas kulit luar yang berduri, lalu kulit bagian dalam direndam dalam air garam selama beberapa hari hingga terfermentasi.

Hasil fermentasi inilah yang kemudian dicuci, diiris, dan dimasak menjadi tumisan atau digoreng. Rasanya unik, perpaduan asam, gurih, dengan tekstur yang berserat. Ini bukti kearifan lokal dalam mengolah bahan pangan secara menyeluruh.

  1. Olahan Biji Cempedak: Dari Rebusan Sederhana hingga Keripik Renyah

Seperti halnya biji nangka, biji cempedak juga bisa dimakan setelah diolah. Cara paling sederhana adalah dengan merebusnya hingga empuk, lalu dikupas dan disantap langsung. Teksturnya mirip kentang rebus dengan rasa yang sedikit manis.

Baca Juga :  BMKG: Waspadai Gelombang Tinggi di Perairan Kalimantan

Tak hanya itu, kreativitas dapur rumahan juga mengolahnya menjadi keripik. Biji yang sudah direbus diiris tipis, dijemur, lalu digoreng hingga garing. Keduanya merupakan camilan sehat yang menunjukkan bahwa tidak ada bagian dari cempedak yang perlu terbuang.

Kearifan Lokal yang Perlu Dihidupkan

Pemanfaatan cempedak secara utuh—dari buah, biji, hingga kulit—menunjukkan betapa kaya dan bijaknya tradisi kuliner lokal Kalimantan. Dalam dunia yang semakin sadar pada isu keberlanjutan dan zero-waste, praktik ini layak diangkat dan dilestarikan.

Cempedak bukan hanya buah lezat, tetapi juga simbol ketahanan pangan lokal, kreativitas dapur tradisional, dan keharmonisan dengan alam.

Di saat sebagian orang membuang kulit dan biji buah begitu saja, masyarakat Kalimantan justru menemukan cita rasa dan nilai gizi dari setiap bagian cempedak.

Ini bukan hanya soal makanan, tapi soal cara hidup alias menghargai apa yang tumbuh di tanah sendiri, dan mengolahnya dengan bijak.

Jadi, saat musim cempedak tiba, jangan hanya makan buahnya. Coba goreng, bakar, masak kulitnya jadi mandai, rebus bijinya dan nikmati kelezatan khas Kalimantan yang sesungguhnya. Kamu suka olahan yang mana? (jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru