28.4 C
Jakarta
Monday, September 29, 2025

Dampak Negatif Flexing Pada Kondisi Keluarga

Dewasa ini, kebiasaan flexing semakin marak dan muncul dari kalangan crazy rich yang gemar memamerkan kekayaan mereka di media sosial.

Namun bukan hanya soal harta, mengutip dari laman kejati-jatim.go.id felxing juga bisa berupa pamer soal pencapaian, bahkan kegiatan seperti ibadah, bersedekah, di media sosial.

Flexing kerap juga dilakukan dalam konteks ekonomi misalnya untuk menunjukkan investasi atau promosi produk. Sayangnya, flexing lebih sering menimbulkan dampak negatif seperti menumbuhkan rasa iri dan kecemburuan sosial.

Belakangan fenomena flexing juga marak terjadi di kalangan pejabat. Pejabat yang memamerkan gaya hidup mewah di media sosial kerap menjadi sorotan oleh warganet.

Beberapa juga menyoroti gaya hidup anggota keluarga mereka yang ikut menjadi perhatian dan hujatan dari warganet.

Oleh karena itu, penting untuk membiasakan diri agar tidak melakukan flexing berlebihan. Berikut ini adalah dampak yang mungkin dialami keluarga serta langkah-langkah untuk mengurangi kebiasaan flexing tersebut.

Mengutip informasi dari laman kanal.psikologi.ugm.ac.id berikut adalah lima dampak negatif flexing pada kondisi keluarga:

Baca Juga :  Tanda Mantan Pacar Adalah Belahan Jiwa Sejati Kamu

 

Pengeluaran berlebih

Flexing membuat anda terbiasa membeli barang secara terus menerus. Ketika suatu saat anda tidak mampu mengikuti atau memenuhi gaya hidup yang bisa dipamerkan, ada kemungkinan untuk membeli barang secara kredit atau akhirnya berhutang untuk memenuhinya. Akibatnya, beban finansial keluarga juga makin besar.

Gaya hidup hedonis

Gaya hidup konsumtif yang tinggi dengan dorongan terus menerus membeli barang mewah untuk dipamerkan demi kebutuhan tetap eksis, membuat anda terbiasa hidup secara hedonis.

Menciptakan rasa iri di lingkungan sekitar

Kebiasaan memamerkan kehidupan pribadi, prestasi, kekayaan, dan hal-hal  eksklusif di media sosial dapat memicu kecemburuan sosial di masyarakat.

Akibatnya tetangga atau orang di sekitar bisa merasakan iri bahkan timbul rasa dendam yang bisa mengancam keluarga, misalnya lewat gosip, pelaporan yang menyudutkan hasil kekayaan, dan ancaman pencurian atau penjarahan harta benda keluarga.

Tekanan sosial pada remaja

Terbiasa dengan gaya hidup flexing, membuat anak-anak terutama remaja sering meminta barang-barang tertentu untuk dipamerkan. Akibatnya, orang tua tidak mampu memenuhi permintaan itu, anak dapat merasakan tertekan secara emosional dan mudah marah karena keinginannya tidak terpenuhi.

Baca Juga :  Beberapa Tanda Kecanduan Media Sosial Membentuk Pribadi Tertutup

Perilaku flexing yang berlebihan akan menjadikan orientasi hidup hanya terfokus pada benda atau materi. Akibatnya, sebagian orang banyak menghalalkan berbagai cara yang tidak benar untuk memperoleh pendapatan sebanyak mungkin, untuk memenuhi keinginan flexing. Misalnya melakukan korupsi yang akhirnya terbongkar melalui gaya pamer di media sosial.

Cara mengurangi perilaku flexing bisa dilakukan dengan:

Tidak perlu memaksakan diri

Ukurlah kemampuan diri untuk menjalani gaya hidup yang sesuai. Jangan memaksakan gaya hidup di luar kemampuan finansial keluarga.

Mencontoh kesederhanaan orang kaya yang tetap rendah hat

Banyak orang-orang kaya sungguhan  justru tampil sederhana dan tidak pernah berisik soal penampilan dan hartanya.

Memposting pencapaian sewajarnya

Temukan kebahagiaan dari pertemanan yang sehat dan tidak memandang harta, dari berkarya, dan memberikan kosntribusi baik bagi lingkungans sekitar, bukan dari barang yang dipamerkan di sosial media.(jpc)

Dewasa ini, kebiasaan flexing semakin marak dan muncul dari kalangan crazy rich yang gemar memamerkan kekayaan mereka di media sosial.

Namun bukan hanya soal harta, mengutip dari laman kejati-jatim.go.id felxing juga bisa berupa pamer soal pencapaian, bahkan kegiatan seperti ibadah, bersedekah, di media sosial.

Flexing kerap juga dilakukan dalam konteks ekonomi misalnya untuk menunjukkan investasi atau promosi produk. Sayangnya, flexing lebih sering menimbulkan dampak negatif seperti menumbuhkan rasa iri dan kecemburuan sosial.

Belakangan fenomena flexing juga marak terjadi di kalangan pejabat. Pejabat yang memamerkan gaya hidup mewah di media sosial kerap menjadi sorotan oleh warganet.

Beberapa juga menyoroti gaya hidup anggota keluarga mereka yang ikut menjadi perhatian dan hujatan dari warganet.

Oleh karena itu, penting untuk membiasakan diri agar tidak melakukan flexing berlebihan. Berikut ini adalah dampak yang mungkin dialami keluarga serta langkah-langkah untuk mengurangi kebiasaan flexing tersebut.

Mengutip informasi dari laman kanal.psikologi.ugm.ac.id berikut adalah lima dampak negatif flexing pada kondisi keluarga:

Baca Juga :  Tanda Mantan Pacar Adalah Belahan Jiwa Sejati Kamu

 

Pengeluaran berlebih

Flexing membuat anda terbiasa membeli barang secara terus menerus. Ketika suatu saat anda tidak mampu mengikuti atau memenuhi gaya hidup yang bisa dipamerkan, ada kemungkinan untuk membeli barang secara kredit atau akhirnya berhutang untuk memenuhinya. Akibatnya, beban finansial keluarga juga makin besar.

Gaya hidup hedonis

Gaya hidup konsumtif yang tinggi dengan dorongan terus menerus membeli barang mewah untuk dipamerkan demi kebutuhan tetap eksis, membuat anda terbiasa hidup secara hedonis.

Menciptakan rasa iri di lingkungan sekitar

Kebiasaan memamerkan kehidupan pribadi, prestasi, kekayaan, dan hal-hal  eksklusif di media sosial dapat memicu kecemburuan sosial di masyarakat.

Akibatnya tetangga atau orang di sekitar bisa merasakan iri bahkan timbul rasa dendam yang bisa mengancam keluarga, misalnya lewat gosip, pelaporan yang menyudutkan hasil kekayaan, dan ancaman pencurian atau penjarahan harta benda keluarga.

Tekanan sosial pada remaja

Terbiasa dengan gaya hidup flexing, membuat anak-anak terutama remaja sering meminta barang-barang tertentu untuk dipamerkan. Akibatnya, orang tua tidak mampu memenuhi permintaan itu, anak dapat merasakan tertekan secara emosional dan mudah marah karena keinginannya tidak terpenuhi.

Baca Juga :  Beberapa Tanda Kecanduan Media Sosial Membentuk Pribadi Tertutup

Perilaku flexing yang berlebihan akan menjadikan orientasi hidup hanya terfokus pada benda atau materi. Akibatnya, sebagian orang banyak menghalalkan berbagai cara yang tidak benar untuk memperoleh pendapatan sebanyak mungkin, untuk memenuhi keinginan flexing. Misalnya melakukan korupsi yang akhirnya terbongkar melalui gaya pamer di media sosial.

Cara mengurangi perilaku flexing bisa dilakukan dengan:

Tidak perlu memaksakan diri

Ukurlah kemampuan diri untuk menjalani gaya hidup yang sesuai. Jangan memaksakan gaya hidup di luar kemampuan finansial keluarga.

Mencontoh kesederhanaan orang kaya yang tetap rendah hat

Banyak orang-orang kaya sungguhan  justru tampil sederhana dan tidak pernah berisik soal penampilan dan hartanya.

Memposting pencapaian sewajarnya

Temukan kebahagiaan dari pertemanan yang sehat dan tidak memandang harta, dari berkarya, dan memberikan kosntribusi baik bagi lingkungans sekitar, bukan dari barang yang dipamerkan di sosial media.(jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru