MATCHA dan kopi kini menjadi dua pilihan utama bagi generasi Z ketika mencari minuman penambah energi dan fokus. Bagi anak muda, keduanya bukan sekadar pelepas lelah, tetapi telah menjadi bagian dari gaya hidup sekaligus identitas sosial.
Matcha, teh hijau bubuk asal Jepang, melonjak popularitasnya setelah tren matcha latte dan varian minuman estetik merebak di media sosial. Proses penggilingan daun teh menjadi bubuk memungkinkan konsumen memperoleh manfaat penuh dari kandungan antioksidan, L-theanine, dan catechins.
Zat L-theanine dalam matcha membantu menciptakan efek menenangkan sekaligus menjaga fokus, yang relevan bagi Gen Z yang kerap menghadapi tekanan hidup. Rasanya yang sedikit pahit namun segar juga menawarkan alternatif menarik bagi mereka yang mencari sesuatu di luar minuman manis.
Kopi tetap menjadi pilihan klasik bagi Gen Z yang membutuhkan dorongan energi instan. Ragam sajian modern seperti cold brew, iced coffee, hingga nitro coffee semakin memperkuat budaya ngopi di kalangan anak muda.
Satu cangkir kopi mengandung rata-rata 95 mg kafein, cukup untuk membantu mahasiswa atau pekerja muda bertahan dalam rutinitas padat. Namun, dorongan energi dari kopi sering kali diikuti dengan penurunan tajam setelah beberapa jam, disertai risiko kecemasan atau gangguan tidur jika dikonsumsi berlebihan.
Baik matcha maupun kopi sama-sama mengandung kafein, tetapi efeknya berbeda. Kopi memberikan energi kuat dan singkat, sedangkan matcha menawarkan peningkatan energi yang lebih stabil berkat penyerapan kafein yang diperlambat oleh L-theanine. Hal ini membuat matcha lebih ramah bagi mereka yang sensitif terhadap kegelisahan akibat kafein.
Matcha kaya antioksidan yang dapat melawan radikal bebas, menjaga kesehatan kulit, serta mendukung metabolisme. Selain itu, matcha relatif lebih ringan bagi pencernaan dibanding kopi.
Di sisi lain, kopi juga mengandung antioksidan yang baik untuk jantung dan metabolisme. Penelitian menunjukkan konsumsi kopi moderat dapat menurunkan risiko penyakit kronis seperti Parkinson dan diabetes tipe 2. Namun, konsumsi berlebih dapat berdampak negatif pada kualitas tidur dan kesehatan mental.
Bagi Gen Z, kopi sering dipandang sebagai simbol produktivitas cepat dan energi pagi, sementara matcha identik dengan pilihan mindful untuk memulai hari dengan tenang. Keduanya juga menjadi tren di media sosial, di mana foto matcha latte atau kopi kekinian kerap diunggah sebagai bagian dari ekspresi diri.
Pada akhirnya, preferensi antara matcha dan kopi bergantung pada kebutuhan individu. Kopi cocok bagi mereka yang membutuhkan energi segera, sedangkan matcha lebih pas untuk yang mencari stamina stabil dengan manfaat kesehatan tambahan.
Bagi banyak Gen Z, keduanya memiliki tempat tersendiri. Kopi hadir ketika butuh dorongan cepat, sementara matcha menemani momen tenang dan fokus. (mel/fir/jpg)