29.7 C
Jakarta
Wednesday, August 6, 2025

Kasus Cuci Darah Meningkat, Deteksi Dini Penyakit Ginjal pada Anak Penting Dilakukan

KEKHAWATIRAN masyarakat terhadap gangguan ginjal pada anak kembali mencuat. Peningkatan jumlah kasus, termasuk yang membutuhkan penanganan cuci darah (hemodialisis), menjadi peringatan bagi orang tua agar lebih peka terhadap risiko penyakit ginjal sejak dini.

Gangguan ginjal pada anak bisa bersifat akut maupun kronis, dengan penyebab yang kerap tidak disadari. Tidak seperti pada orang dewasa, anak-anak memiliki faktor pemicu yang berbeda dan lebih kompleks.

Dari berbagai referensi medis, penyebab penyakit ginjal pada anak dapat dibedakan secara umum menjadi dua kategori utama, yaitu bawaan dan lingkungan. Beberapa di antaranya adalah:

Kelainan Bawaan : Struktur ginjal atau saluran kemih yang tidak normal sejak lahir, seperti adanya penyumbatan atau bentuk ginjal yang tidak sempurna.

Infeksi : Infeksi saluran kemih (ISK) yang sering berulang tanpa pengobatan tepat dapat menimbulkan kerusakan ginjal. Selain itu, infeksi seperti sindrom uremik hemolitik yang disebabkan bakteri E. coli juga dapat memicu gagal ginjal akut.

Sindrom Nefrotik : Kondisi ini terjadi ketika penyaring ginjal rusak sehingga protein banyak terbuang melalui urine, yang menyebabkan pembengkakan pada tubuh.

Penyakit Sistemik : Penyakit lain seperti lupus, hipertensi, dan diabetes yang menyerang anak-anak dapat secara perlahan merusak fungsi ginjal.

Baca Juga :  Tidak Sesuai dengan Kaidah, Vaksin Nusantara Teganjal Izin BPOM

Glomerulonefritis : Merupakan peradangan pada glomerulus (unit penyaring ginjal) yang umumnya disebabkan oleh infeksi seperti radang tenggorokan akibat bakteri streptokokus.

Faktor Risiko Tambahan : Riwayat penyakit ginjal dalam keluarga, kelahiran prematur, bayi dengan berat badan rendah saat lahir, serta dehidrasi berat juga meningkatkan risiko gangguan ginjal.

Menanggapi situasi ini, dokter spesialis anak terus berupaya memberikan edukasi kepada masyarakat. Dr. Sjamsul Arief, Sp.A(K), menekankan pentingnya perhatian orang tua terhadap pola makan anak. Ia mengingatkan bahwa konsumsi makanan instan dan cepat saji secara berlebihan berdampak negatif terhadap kesehatan ginjal.

“Penyebabnya penyakit ginjal (pada anak yang cuci darah) 80 persen, ada infeksi kronis, lupus, sindrom nefrotik, juga ada penyakit metabolisme,” ujar dr Sjamsul Arief kepada Disway Group saat dihubungi, Jumat, 1 Agustus 2025.

Ia juga mengimbau agar orang tua tidak sembarangan memberikan pengobatan kepada anak yang menunjukkan gejala gangguan ginjal dan segera membawa mereka ke fasilitas kesehatan.

Gejala Awal yang Perlu Diwaspadai

Penyakit ginjal pada anak sering kali tidak menimbulkan gejala spesifik di awal, sehingga mudah terabaikan. Namun, orang tua dapat mengenali beberapa tanda berikut:

Baca Juga :  Hilangnya Indera Pengecap dan Pembau Bisa Jadi Gejala Corona

Pola Buang Air Kecil Berubah : Frekuensi buang air kecil menurun drastis atau justru sangat sering. Bayi yang popoknya tetap kering dalam waktu lama juga patut dicurigai.

Warna Urine Tidak Normal : Urine tampak pekat, berwarna gelap seperti teh, kemerahan, atau tampak berbusa.

Pembengkakan ( Edema): Terlihat di sekitar mata (terutama pagi hari), tangan, kaki, atau perut.

Nafsu makan menurun disertai mual atau muntah.

Kondisi fisik menurun : Anak tampak lemas, tidak bersemangat, dan kulitnya tampak pucat.

Tekanan darah tinggi.

Demam tanpa penyebab jelas.

Pakar kesehatan menegaskan bahwa penanganan sejak dini merupakan kunci dalam mencegah penyakit ginjal pada anak berkembang ke tahap yang lebih serius. Jika tidak ditangani secara optimal, penyakit ini berpotensi berubah menjadi gagal ginjal kronis yang membutuhkan terapi cuci darah atau transplantasi seumur hidup.

Untuk itu, orang tua sangat dianjurkan segera berkonsultasi dengan dokter spesialis anak bila menemukan gejala mencurigakan, agar pemeriksaan lebih lanjut dapat segera dilakukan dan pengobatan tepat diberikan sejak dini. (fin)

KEKHAWATIRAN masyarakat terhadap gangguan ginjal pada anak kembali mencuat. Peningkatan jumlah kasus, termasuk yang membutuhkan penanganan cuci darah (hemodialisis), menjadi peringatan bagi orang tua agar lebih peka terhadap risiko penyakit ginjal sejak dini.

Gangguan ginjal pada anak bisa bersifat akut maupun kronis, dengan penyebab yang kerap tidak disadari. Tidak seperti pada orang dewasa, anak-anak memiliki faktor pemicu yang berbeda dan lebih kompleks.

Dari berbagai referensi medis, penyebab penyakit ginjal pada anak dapat dibedakan secara umum menjadi dua kategori utama, yaitu bawaan dan lingkungan. Beberapa di antaranya adalah:

Kelainan Bawaan : Struktur ginjal atau saluran kemih yang tidak normal sejak lahir, seperti adanya penyumbatan atau bentuk ginjal yang tidak sempurna.

Infeksi : Infeksi saluran kemih (ISK) yang sering berulang tanpa pengobatan tepat dapat menimbulkan kerusakan ginjal. Selain itu, infeksi seperti sindrom uremik hemolitik yang disebabkan bakteri E. coli juga dapat memicu gagal ginjal akut.

Sindrom Nefrotik : Kondisi ini terjadi ketika penyaring ginjal rusak sehingga protein banyak terbuang melalui urine, yang menyebabkan pembengkakan pada tubuh.

Penyakit Sistemik : Penyakit lain seperti lupus, hipertensi, dan diabetes yang menyerang anak-anak dapat secara perlahan merusak fungsi ginjal.

Baca Juga :  Tidak Sesuai dengan Kaidah, Vaksin Nusantara Teganjal Izin BPOM

Glomerulonefritis : Merupakan peradangan pada glomerulus (unit penyaring ginjal) yang umumnya disebabkan oleh infeksi seperti radang tenggorokan akibat bakteri streptokokus.

Faktor Risiko Tambahan : Riwayat penyakit ginjal dalam keluarga, kelahiran prematur, bayi dengan berat badan rendah saat lahir, serta dehidrasi berat juga meningkatkan risiko gangguan ginjal.

Menanggapi situasi ini, dokter spesialis anak terus berupaya memberikan edukasi kepada masyarakat. Dr. Sjamsul Arief, Sp.A(K), menekankan pentingnya perhatian orang tua terhadap pola makan anak. Ia mengingatkan bahwa konsumsi makanan instan dan cepat saji secara berlebihan berdampak negatif terhadap kesehatan ginjal.

“Penyebabnya penyakit ginjal (pada anak yang cuci darah) 80 persen, ada infeksi kronis, lupus, sindrom nefrotik, juga ada penyakit metabolisme,” ujar dr Sjamsul Arief kepada Disway Group saat dihubungi, Jumat, 1 Agustus 2025.

Ia juga mengimbau agar orang tua tidak sembarangan memberikan pengobatan kepada anak yang menunjukkan gejala gangguan ginjal dan segera membawa mereka ke fasilitas kesehatan.

Gejala Awal yang Perlu Diwaspadai

Penyakit ginjal pada anak sering kali tidak menimbulkan gejala spesifik di awal, sehingga mudah terabaikan. Namun, orang tua dapat mengenali beberapa tanda berikut:

Baca Juga :  Hilangnya Indera Pengecap dan Pembau Bisa Jadi Gejala Corona

Pola Buang Air Kecil Berubah : Frekuensi buang air kecil menurun drastis atau justru sangat sering. Bayi yang popoknya tetap kering dalam waktu lama juga patut dicurigai.

Warna Urine Tidak Normal : Urine tampak pekat, berwarna gelap seperti teh, kemerahan, atau tampak berbusa.

Pembengkakan ( Edema): Terlihat di sekitar mata (terutama pagi hari), tangan, kaki, atau perut.

Nafsu makan menurun disertai mual atau muntah.

Kondisi fisik menurun : Anak tampak lemas, tidak bersemangat, dan kulitnya tampak pucat.

Tekanan darah tinggi.

Demam tanpa penyebab jelas.

Pakar kesehatan menegaskan bahwa penanganan sejak dini merupakan kunci dalam mencegah penyakit ginjal pada anak berkembang ke tahap yang lebih serius. Jika tidak ditangani secara optimal, penyakit ini berpotensi berubah menjadi gagal ginjal kronis yang membutuhkan terapi cuci darah atau transplantasi seumur hidup.

Untuk itu, orang tua sangat dianjurkan segera berkonsultasi dengan dokter spesialis anak bila menemukan gejala mencurigakan, agar pemeriksaan lebih lanjut dapat segera dilakukan dan pengobatan tepat diberikan sejak dini. (fin)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/