Sulit mendapat teman baru atau menjalin relasi yang kuat bukan berarti kamu tidak layak disukai.Bisa jadi, tanpa disadari, ada beberapa kebiasaan kecil yang justru membuat orang lain menjauh dan membuatmu tampak tertutup atau tidak ramah.
Keterampilan sosial bukan hanya penting untuk urusan pribadi, tetapi juga sangat berpengaruh dalam kehidupan profesional. Sayangnya, banyak orang yang merasa stagnan secara sosial karena terus mempertahankan pola perilaku yang sebenarnya justru merugikan diri sendiri.
Dilansir dari laman Global English Editing pada Selasa (22/7), berikut merupakan 8 kebiasaan yang harus disingkirkan untuk meningkatkan keterampilan sosial seseorang.
- Terlalu Banyak Memikirkan Setiap Interaksi
Berpikir sebelum berbicara memang baik, tetapi jika berlebihan, justru bisa membuat kita kaku dan tidak nyaman saat berkomunikasi. Misalnya, kamu ingin menyapa seseorang, tapi terlalu lama memikirkan apakah sapaanmu akan terdengar aneh atau tidak. Akhirnya, momen itu pun terlewat.
Terlalu banyak berpikir bisa menghambat spontanitas dan membuat obrolan jadi terasa canggung. Padahal, percakapan yang hangat biasanya lahir dari kejujuran dan ketulusan.
Semakin kamu percaya pada kemampuan dirimu sendiri untuk berbicara dan bergaul secara alami, semakin ringan dan menyenangkan pula interaksi yang kamu bangun dengan orang lain.
- Tidak Pernah Bertanya
Salah satu kesalahan yang sering dilakukan dalam komunikasi adalah tidak bertanya balik. Percakapan yang hanya diisi satu pihak saja akan terasa berat dan cepat membosankan.
Padahal, bertanya adalah cara yang sangat sederhana untuk menunjukkan ketertarikan dan membuat lawan bicara merasa dihargai.
Pertanyaan, apalagi yang tulus dan relevan, dapat memperpanjang percakapan dan menggali sisi pribadi seseorang yang lebih dalam.
Jadi, mulailah membiasakan bertanya dengan tulus, seperti “Apa yang membuatmu tertarik pada hal itu?” atau “Bagaimana kamu menghadapinya waktu itu?”
Ini menunjukkan bahwa kamu hadir, peduli, dan ingin benar-benar mengenal orang tersebut.
- Menganggap Remeh Obrolan Ringan (Small Talk)
Banyak orang merasa bahwa obrolan ringan itu tidak penting dan hanya sekadar basa-basi semata. Padahal, small talk justru sering menjadi jembatan untuk menuju percakapan yang lebih dalam.
Obrolan tentang hal-hal sederhana seperti cuaca, makanan, atau hobi bisa membuka jalan untuk membangun koneksi awal dan mencairkan suasana.
Dari situ, kepercayaan dan kenyamanan mulai tumbuh, yang pada akhirnya memungkinkan munculnya diskusi yang lebih bermakna.Jadi, daripada menghindari obrolan ringan, cobalah untuk menikmatinya sebagai langkah awal untuk membangun hubungan yang kuat dan saling percaya.
- Selalu Berusaha Membuat Orang Terpukau
Keinginan untuk tampil mengesankan memang manusiawi, tetapi jika dilakukan terus-menerus, ini bisa menjadi beban.Alih-alih memperlihatkan siapa dirimu yang sebenarnya, kamu justru sibuk membangun citra yang sempurna di mata orang lain.
Sayangnya, ini bisa membuat hubungan terasa dangkal dan penuh tekanan. Orang lebih mudah merasa terhubung dengan seseorang yang jujur, apa adanya, dan tidak takut menunjukkan kelemahannya.
Jadi, daripada sibuk membuktikan diri, lebih baik fokus untuk menjadi pribadi yang tulus, autentik, dan hadir sepenuhnya dalam setiap percakapan.
- Terlalu Banyak Bicara, Kurang Mendengar
Berbicara memang penting, tapi kemampuan untuk mendengarkan dengan penuh perhatian jauh lebih berharga. Banyak orang terlalu sibuk ingin didengar, sampai lupa memberi ruang bagi orang lain untuk menyampaikan pendapat atau perasaannya.
Padahal, saat kita mendengarkan dengan baik, terkandung empati dan penghargaan terhadap orang lain.
Mendengarkan dengan sungguh-sungguh artinya kita tidak hanya menunggu giliran untuk berbicara, tapi benar-benar memahami isi dan makna dari apa yang dikatakan lawan bicara.
Ketika kamu bisa menjadi pendengar yang baik, orang pun akan lebih terbuka dan nyaman saat berinteraksi denganmu.
- Mengabaikan Bahasa Tubuh
Saat berinteraksi, kita sering kali terlalu fokus pada apa yang diucapkan, tanpa benar-benar memperhatikan bahasa tubuh lawan bicara.Padahal, komunikasi nonverbal seperti ekspresi wajah, gerakan tangan, arah pandangan, hingga nada suara bisa menyampaikan pesan yang lebih dalam daripada sekadar kata-kata.
Jika kamu mengabaikan sinyal-sinyal ini, besar kemungkinan kamu akan salah menangkap maksud yang sebenarnya.
Misalnya, seseorang bisa saja berkata “Aku baik-baik saja,” tapi postur tubuhnya tertutup dan suaranya terdengar lesu.
Dengan mulai lebih peka terhadap bahasa tubuh, kamu akan lebih mudah memahami orang lain secara menyeluruh, dan hal ini bisa membuat hubungan sosialmu jauh lebih kuat.
- Menghindari Kontak Mata
Kontak mata yang wajar menunjukkan bahwa kamu memperhatikan lawan bicara dan terlibat penuh dalam percakapan.
Sayangnya, banyak orang merasa canggung dan akhirnya memilih untuk terus melihat ke tempat lain saat berbicara.
Hal ini bisa disalahartikan sebagai ketidaktertarikan atau bahkan rasa tidak hormat. Padahal, menjaga kontak mata tidak harus lama-lama, cukup sejenak di momen-momen penting untuk memperkuat koneksi emosional.
Jika dilakukan dengan tepat, kontak mata dapat mempererat hubungan dan menciptakan rasa saling percaya dalam komunikasi.
- Terlalu Terfokus pada Diri Sendiri
Berbagi cerita pribadi memang tidak salah, tetapi jika kamu terus-menerus membicarakan dirimu sendiri, orang lain bisa merasa tidak dihargai atau diabaikan.
Komunikasi yang sehat membutuhkan keseimbangan antara berbicara dan mendengarkan. Jangan hanya menunggu giliran untuk berbicara, tapi luangkan waktu untuk benar-benar tertarik pada cerita orang lain.
Cobalah bertanya, mendengar, dan menunjukkan empati terhadap pengalaman mereka. Ketika kamu menunjukkan perhatian yang tulus, orang akan lebih nyaman membuka diri dan kamu pun bisa menjalin hubungan yang lebih bermakna.(jpc)