27.7 C
Jakarta
Thursday, May 29, 2025

Aturan 2 Pit Stop di Monaco Menambah Warna, Tetapi Belum Menjawab Masalah Utama

Formula 1 Grand Prix Monaco 2025 kembali membuktikan reputasinya sebagai salah satu balapan tersulit untuk aksi menyalip. Perubahan aturan yang mewajibkan penggunaan tiga jenis ban dalam Grand Prix Monaco 2025 pun menuai respons beragam dari para pembalap Formula 1.

Meskipun memiliki tujuannya jelas yaitu menciptakan lebih banyak dinamika dan ketidakpastian di sirkuit jalanan sempit yang terkenal minim aksi salip-menyalip. Hal itu justru memunculkan pertanyaan, apakah balapan benar-benar jadi lebih seru atau hanya untuk terlihat lebih “diatur?”

Aturan dua pit stop diperkenalkan untuk menambah dinamika di tengah sempitnya sirkuit jalan raya Monte Carlo, yang terkenal menyulitkan pembalap untuk menyalip. Harapannya, pit stop tambahan dapat memicu strategi yang lebih agresif dan menciptakan peluang balapan yang lebih menarik.

Meski begitu kenyataannya, banyak pembalap memilih bermain aman. Beberapa bahkan sengaja memperlambat laju mereka guna menciptakan jarak yang cukup agar rekan setim di depan bisa masuk pit tanpa kehilangan posisi. Taktik ini membuat balapan terasa monoton dan membingungkan, bahkan dianggap berbahaya oleh beberapa pihak.

Baca Juga :  Dramatis! Kondisi Cuaca Tak Menentu, Marc Márquez Tampil Gemilang dan Bawa Ducati Finis Kedua

Pembalap Mercedes, George Russell, secara terbuka mengkritik strategi “go-slow” itu.

“Kami menciptakan situasi yang justru berisiko. Mengemudi terlalu lambat di sirkuit seperti ini sangat berbahaya,” ujar Russell kepada media usai balapan, dikutip dari AP News, Senin (26/5).

Sementara itu, Charles Leclerc, pemenang tahun lalu yang sempat memprediksi akan terjadi “kekacauan” akibat aturan baru, justru mengakui bahwa balapan kali ini berjalan jauh lebih tenang dari perkiraan. Leclerc yang finis di posisi dua mengatakan bahwa kecepatan bukan lagi faktor utama dalam meraih hasil maksimal di Monaco.

“Semua tentang strategi dan keberuntungan,” ujarnya.

Dominasi strategi di atas kecepatan membuat GP Monaco tahun ini lebih mirip permainan catur daripada balapan. Beberapa tim seperti Racing Bulls dan Williams juga tertangkap kamera menggunakan pembalap belakang untuk “menahan” rombongan, demi membantu rekan setim di depan.

Kondisi ini memunculkan diskusi baru soal perlu tidaknya regulasi tambahan yang bisa mencegah manipulasi taktis seperti itu. Sejumlah pihak, termasuk kepala tim Ferrari, Frederic Vasseur, menyatakan bahwa aturan semacam itu akan sulit diterapkan secara objektif.

Baca Juga :  Timnas Indonesia Hantam Singapura, Selangkah Lagi Lolos ke Piala Asia

Sementara itu, Andrea Stella, prinsipal McLaren, menilai inti masalah tetap sama, tidak ada ruang untuk menyalip. Menurutnya, aturan pit stop tak akan banyak mengubah dinamika balapan selama karakteristik sirkuit Monaco tidak berubah. Harapannya justru ada pada desain mobil F1 tahun depan yang lebih ramping, agar aksi salip-menyalip bisa lebih memungkinkan.

Di tengah segala kritik, Lewis Hamilton tetap melihat sisi positif. “Monaco tetap jadi tontonan luar biasa. Jumat dan Sabtu luar biasa untuk dikemudikan. Tapi Minggunya, yah, seperti hari libur saja,” kelakarnya, dilansir dari AP News, Senin (26/5).

Kesimpulannya, aturan dua pit stop di Monaco memang menambah warna, tetapi belum menjawab masalah utama, yaitu minimnya aksi salip-menyalip. Tanpa perubahan struktural di desain mobil atau karakter trek, balapan di Monte Carlo tampaknya masih akan tetap dianggap sebagai sebuah ‘parade’, dibandingkan dengan balapan.(jpc)

Formula 1 Grand Prix Monaco 2025 kembali membuktikan reputasinya sebagai salah satu balapan tersulit untuk aksi menyalip. Perubahan aturan yang mewajibkan penggunaan tiga jenis ban dalam Grand Prix Monaco 2025 pun menuai respons beragam dari para pembalap Formula 1.

Meskipun memiliki tujuannya jelas yaitu menciptakan lebih banyak dinamika dan ketidakpastian di sirkuit jalanan sempit yang terkenal minim aksi salip-menyalip. Hal itu justru memunculkan pertanyaan, apakah balapan benar-benar jadi lebih seru atau hanya untuk terlihat lebih “diatur?”

Aturan dua pit stop diperkenalkan untuk menambah dinamika di tengah sempitnya sirkuit jalan raya Monte Carlo, yang terkenal menyulitkan pembalap untuk menyalip. Harapannya, pit stop tambahan dapat memicu strategi yang lebih agresif dan menciptakan peluang balapan yang lebih menarik.

Meski begitu kenyataannya, banyak pembalap memilih bermain aman. Beberapa bahkan sengaja memperlambat laju mereka guna menciptakan jarak yang cukup agar rekan setim di depan bisa masuk pit tanpa kehilangan posisi. Taktik ini membuat balapan terasa monoton dan membingungkan, bahkan dianggap berbahaya oleh beberapa pihak.

Baca Juga :  Dramatis! Kondisi Cuaca Tak Menentu, Marc Márquez Tampil Gemilang dan Bawa Ducati Finis Kedua

Pembalap Mercedes, George Russell, secara terbuka mengkritik strategi “go-slow” itu.

“Kami menciptakan situasi yang justru berisiko. Mengemudi terlalu lambat di sirkuit seperti ini sangat berbahaya,” ujar Russell kepada media usai balapan, dikutip dari AP News, Senin (26/5).

Sementara itu, Charles Leclerc, pemenang tahun lalu yang sempat memprediksi akan terjadi “kekacauan” akibat aturan baru, justru mengakui bahwa balapan kali ini berjalan jauh lebih tenang dari perkiraan. Leclerc yang finis di posisi dua mengatakan bahwa kecepatan bukan lagi faktor utama dalam meraih hasil maksimal di Monaco.

“Semua tentang strategi dan keberuntungan,” ujarnya.

Dominasi strategi di atas kecepatan membuat GP Monaco tahun ini lebih mirip permainan catur daripada balapan. Beberapa tim seperti Racing Bulls dan Williams juga tertangkap kamera menggunakan pembalap belakang untuk “menahan” rombongan, demi membantu rekan setim di depan.

Kondisi ini memunculkan diskusi baru soal perlu tidaknya regulasi tambahan yang bisa mencegah manipulasi taktis seperti itu. Sejumlah pihak, termasuk kepala tim Ferrari, Frederic Vasseur, menyatakan bahwa aturan semacam itu akan sulit diterapkan secara objektif.

Baca Juga :  Timnas Indonesia Hantam Singapura, Selangkah Lagi Lolos ke Piala Asia

Sementara itu, Andrea Stella, prinsipal McLaren, menilai inti masalah tetap sama, tidak ada ruang untuk menyalip. Menurutnya, aturan pit stop tak akan banyak mengubah dinamika balapan selama karakteristik sirkuit Monaco tidak berubah. Harapannya justru ada pada desain mobil F1 tahun depan yang lebih ramping, agar aksi salip-menyalip bisa lebih memungkinkan.

Di tengah segala kritik, Lewis Hamilton tetap melihat sisi positif. “Monaco tetap jadi tontonan luar biasa. Jumat dan Sabtu luar biasa untuk dikemudikan. Tapi Minggunya, yah, seperti hari libur saja,” kelakarnya, dilansir dari AP News, Senin (26/5).

Kesimpulannya, aturan dua pit stop di Monaco memang menambah warna, tetapi belum menjawab masalah utama, yaitu minimnya aksi salip-menyalip. Tanpa perubahan struktural di desain mobil atau karakter trek, balapan di Monte Carlo tampaknya masih akan tetap dianggap sebagai sebuah ‘parade’, dibandingkan dengan balapan.(jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru