26.7 C
Jakarta
Thursday, May 22, 2025

Pertandingan Menantang, Ini Pengakuan Peserta Lomba Permainan Rakyat Habayang di FBIM 2025

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Euforia Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2025 di Kalimantan Tengah semakin meriah dengan hadirnya berbagai perlombaan khas daerah. Salah satu yang mencuri perhatian masyarakat adalah lomba permainan rakyat habayang.

Salah satu peserta dari kontingen Kota Palangka Raya, Mangge tampil penuh semangat untuk melawan 12 kabupaten peserta lainnya.

“Tahun ini kami menghadapi persaingan yang sangat berat dari kabupaten-kabupaten lain,” ujar Mangge saat ditemui Prokalteng.co seusai lomba, Rabu (21/5/2025).

Menurutnya, pertandingan kali ini sangat menantang. Ia menyebut bahwa timnya menghadapi lawan-lawan kuat, terutama dari Kotawaringin Timur (Kotim) dan Barito Utara.

“Kalau pengalaman yang lalu, dua daerah ini memang selalu kami waspadai, karena kekuatan dan pengalamannya dalam permainan habayang,” katanya.

Baca Juga :  Dukung Program Vaksinasi Covid-19, Ini Langkah Nyata Dinsos Kalteng

Dalam FBIM 2025 ini, Mangge dan tim telah melakukan persiapan maksimal. Latihan rutin dilakukan, meskipun masih menemui beberapa kendala teknis.

“Latihan kami lakukan terus-menerus. Tapi memang ada tantangan, seperti gasing habayang yang kurang pas saat digunakan,” ungkapnya.

Habayang bukanlah hal baru bagi Mangge. Ia mengaku sudah mengenal permainan ini sejak kecil. Ia menjelaskan bahwa di kampung biasa main permainan habayang ini saat musimnya tiba. Permainan ini sudah jadi bagian dari tradisi turun-temurun.

Permainan habayang juga memiliki teknik dasar yang unik. Mangge menjelaskan dua teknik utama dalam permainan ini.

“Teknik pertama itu ‘netocok’, yaitu mengarahkan habayang ke bawah. Lalu ada ‘mantau’, yaitu memukul dari jarak jauh,” paparnya.

Baca Juga :  Utamakan Keselamatan Berkendara Agar Bisa Bertemu dan Berkumpul Keluarga

Bagi Mangge, habayang bukan sekadar permainan. Akan tetapi juga sarana pelestarian budaya dan mempererat hubungan antarwarga.

Namun, Mangge menyayangkan minimnya pengetahuan generasi muda tentang habayang. Ia berharap permainan ini bisa diperkenalkan lebih luas di kalangan pelajar.

“Kemarin saya sempat jadi narasumber, dan ternyata banyak siswa yang belum pernah dengar habayang. Ini jadi tantangan ke depan,” pungkasnya. (ndo/hnd)

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Euforia Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2025 di Kalimantan Tengah semakin meriah dengan hadirnya berbagai perlombaan khas daerah. Salah satu yang mencuri perhatian masyarakat adalah lomba permainan rakyat habayang.

Salah satu peserta dari kontingen Kota Palangka Raya, Mangge tampil penuh semangat untuk melawan 12 kabupaten peserta lainnya.

“Tahun ini kami menghadapi persaingan yang sangat berat dari kabupaten-kabupaten lain,” ujar Mangge saat ditemui Prokalteng.co seusai lomba, Rabu (21/5/2025).

Menurutnya, pertandingan kali ini sangat menantang. Ia menyebut bahwa timnya menghadapi lawan-lawan kuat, terutama dari Kotawaringin Timur (Kotim) dan Barito Utara.

“Kalau pengalaman yang lalu, dua daerah ini memang selalu kami waspadai, karena kekuatan dan pengalamannya dalam permainan habayang,” katanya.

Baca Juga :  Dukung Program Vaksinasi Covid-19, Ini Langkah Nyata Dinsos Kalteng

Dalam FBIM 2025 ini, Mangge dan tim telah melakukan persiapan maksimal. Latihan rutin dilakukan, meskipun masih menemui beberapa kendala teknis.

“Latihan kami lakukan terus-menerus. Tapi memang ada tantangan, seperti gasing habayang yang kurang pas saat digunakan,” ungkapnya.

Habayang bukanlah hal baru bagi Mangge. Ia mengaku sudah mengenal permainan ini sejak kecil. Ia menjelaskan bahwa di kampung biasa main permainan habayang ini saat musimnya tiba. Permainan ini sudah jadi bagian dari tradisi turun-temurun.

Permainan habayang juga memiliki teknik dasar yang unik. Mangge menjelaskan dua teknik utama dalam permainan ini.

“Teknik pertama itu ‘netocok’, yaitu mengarahkan habayang ke bawah. Lalu ada ‘mantau’, yaitu memukul dari jarak jauh,” paparnya.

Baca Juga :  Utamakan Keselamatan Berkendara Agar Bisa Bertemu dan Berkumpul Keluarga

Bagi Mangge, habayang bukan sekadar permainan. Akan tetapi juga sarana pelestarian budaya dan mempererat hubungan antarwarga.

Namun, Mangge menyayangkan minimnya pengetahuan generasi muda tentang habayang. Ia berharap permainan ini bisa diperkenalkan lebih luas di kalangan pelajar.

“Kemarin saya sempat jadi narasumber, dan ternyata banyak siswa yang belum pernah dengar habayang. Ini jadi tantangan ke depan,” pungkasnya. (ndo/hnd)

Terpopuler

Artikel Terbaru