28.1 C
Jakarta
Tuesday, May 20, 2025

Lestarikan Budaya Dayak, Lomba Lawang Sakepeng Meriahkan FBIM 2025

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Semangat pelestarian budaya lokal kembali digaungkan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah melalui penyelenggaraan Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2025. Salah satu daya tarik utama ajang ini adalah kompetisi Lawang Sakepeng, seni bela diri tradisional khas Dayak Ngaju, yang digelar di Area Stadion Tuah Pahoe, Jalan Tjilik Riwut, Senin (19/5/2025).

Pertunjukan Lawang Sakepeng tidak sekadar menampilkan gerakan silat, namun juga menyiratkan simbol kehidupan dan perjuangan menghadapi rintangan. “Lawang” berarti pintu atau gerbang, sedangkan “Sakepeng” mengacu pada satu keping. Atraksi ini kerap hadir dalam berbagai seremoni adat, seperti penyambutan tamu kehormatan maupun prosesi pernikahan.

Lomba tahun ini menyedot perhatian dengan diikuti oleh sebelas kontingen putri dan 12 kontingen putra. Peserta kategori putri berasal dari Kota Palangka Raya, serta kabupaten Kapuas, Pulang Pisau, Gunung Mas, Katingan, Barito Selatan, Murung Raya, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Seruyan, dan Lamandau. Sementara kontingen putra berasal dari daerah yang sama ditambah Sukamara.

Baca Juga :  Gubernur Apresiasi Ribuan Jemaah Menghadiri Haul ke-12 Kiai Gede

Tiga dewan juri yang menilai jalannya perlombaan yakni Dreiyano L Lindan sebagai ketua, dibantu Nordiansyah dan Supiansyah sebagai anggota.

Pembukaan kegiatan dilakukan oleh Kepala Bidang Kesenian, Tradisi dan Warisan Budaya sekaligus Sekretaris Panitia FBIM 2025, Sussy Asty. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa tema tahun ini adalah Spirit of Isen Mulang, yang mencerminkan semangat pantang menyerah dan terus maju.

Lebih jauh, Sussy menyampaikan bahwa tujuan utama festival ini adalah mempererat sinergi antardaerah dalam upaya menjaga eksistensi seni, budaya, dan sektor pariwisata Kalimantan Tengah.

“Saya ingin mengingatkan kepada para peserta, walaupun ini dalam bentuk lomba, kompetisi, tapi tujuan utama kita adalah menyajikan atraksi, seni, yang menarik pengunjung dan memberi hiburan kepada penonton yang hadir. Hal ini juga selaras dengan misi Gubernur Kalteng yakni pemberdayaan kearifan lokal dalam kebijakan program pemerintah,” tandasnya.

Hal senada diungkapkan Koordinator Lomba Lawang Sakepeng, Hendro. Ia berharap FBIM menjadi wadah promosi budaya lokal, tidak hanya di level provinsi, tetapi juga nasional bahkan internasional. Diharapkan, event ini mampu mendongkrak jumlah wisatawan yang datang ke Kalimantan Tengah.

Baca Juga :  Eddy Raya Samsuri: Festival Isen Mulang Perkuat Cinta Budaya Lokal

Adapun kriteria peserta mencakup utusan dari seluruh kabupaten/kota se-Kalteng, berpasangan (pria dan wanita) tanpa cadangan, usia 15–50 tahun, serta diiringi musik tradisional berupa dua gendang manca dan satu gong dari panitia provinsi. Tiap daerah diperbolehkan membawa tiga pemusik serta instrumen khas masing-masing.

Sistem pertandingan menggunakan format gugur dengan durasi tampil antara 5 hingga 7 menit. Lapangan berukuran 8×6 meter, gapura selebar 1 meter dan tinggi 2 meter. Pakaian yang dikenakan wajib merupakan busana daerah.

Pada hasil akhir, kontingen Kabupaten Pulang Pisau meraih juara pertama kategori putra, disusul Murung Raya dan Kotawaringin Barat. Untuk kategori putri, Kabupaten Kapuas berhasil keluar sebagai juara, diikuti Murung Raya dan Kota Palangka Raya di posisi ketiga. (mmckalteng)

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Semangat pelestarian budaya lokal kembali digaungkan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah melalui penyelenggaraan Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2025. Salah satu daya tarik utama ajang ini adalah kompetisi Lawang Sakepeng, seni bela diri tradisional khas Dayak Ngaju, yang digelar di Area Stadion Tuah Pahoe, Jalan Tjilik Riwut, Senin (19/5/2025).

Pertunjukan Lawang Sakepeng tidak sekadar menampilkan gerakan silat, namun juga menyiratkan simbol kehidupan dan perjuangan menghadapi rintangan. “Lawang” berarti pintu atau gerbang, sedangkan “Sakepeng” mengacu pada satu keping. Atraksi ini kerap hadir dalam berbagai seremoni adat, seperti penyambutan tamu kehormatan maupun prosesi pernikahan.

Lomba tahun ini menyedot perhatian dengan diikuti oleh sebelas kontingen putri dan 12 kontingen putra. Peserta kategori putri berasal dari Kota Palangka Raya, serta kabupaten Kapuas, Pulang Pisau, Gunung Mas, Katingan, Barito Selatan, Murung Raya, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Seruyan, dan Lamandau. Sementara kontingen putra berasal dari daerah yang sama ditambah Sukamara.

Baca Juga :  Gubernur Apresiasi Ribuan Jemaah Menghadiri Haul ke-12 Kiai Gede

Tiga dewan juri yang menilai jalannya perlombaan yakni Dreiyano L Lindan sebagai ketua, dibantu Nordiansyah dan Supiansyah sebagai anggota.

Pembukaan kegiatan dilakukan oleh Kepala Bidang Kesenian, Tradisi dan Warisan Budaya sekaligus Sekretaris Panitia FBIM 2025, Sussy Asty. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa tema tahun ini adalah Spirit of Isen Mulang, yang mencerminkan semangat pantang menyerah dan terus maju.

Lebih jauh, Sussy menyampaikan bahwa tujuan utama festival ini adalah mempererat sinergi antardaerah dalam upaya menjaga eksistensi seni, budaya, dan sektor pariwisata Kalimantan Tengah.

“Saya ingin mengingatkan kepada para peserta, walaupun ini dalam bentuk lomba, kompetisi, tapi tujuan utama kita adalah menyajikan atraksi, seni, yang menarik pengunjung dan memberi hiburan kepada penonton yang hadir. Hal ini juga selaras dengan misi Gubernur Kalteng yakni pemberdayaan kearifan lokal dalam kebijakan program pemerintah,” tandasnya.

Hal senada diungkapkan Koordinator Lomba Lawang Sakepeng, Hendro. Ia berharap FBIM menjadi wadah promosi budaya lokal, tidak hanya di level provinsi, tetapi juga nasional bahkan internasional. Diharapkan, event ini mampu mendongkrak jumlah wisatawan yang datang ke Kalimantan Tengah.

Baca Juga :  Eddy Raya Samsuri: Festival Isen Mulang Perkuat Cinta Budaya Lokal

Adapun kriteria peserta mencakup utusan dari seluruh kabupaten/kota se-Kalteng, berpasangan (pria dan wanita) tanpa cadangan, usia 15–50 tahun, serta diiringi musik tradisional berupa dua gendang manca dan satu gong dari panitia provinsi. Tiap daerah diperbolehkan membawa tiga pemusik serta instrumen khas masing-masing.

Sistem pertandingan menggunakan format gugur dengan durasi tampil antara 5 hingga 7 menit. Lapangan berukuran 8×6 meter, gapura selebar 1 meter dan tinggi 2 meter. Pakaian yang dikenakan wajib merupakan busana daerah.

Pada hasil akhir, kontingen Kabupaten Pulang Pisau meraih juara pertama kategori putra, disusul Murung Raya dan Kotawaringin Barat. Untuk kategori putri, Kabupaten Kapuas berhasil keluar sebagai juara, diikuti Murung Raya dan Kota Palangka Raya di posisi ketiga. (mmckalteng)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/