PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Saifulah, pria yang dikenal dengan nama Saif Hola di media sosial, akhirnya mengakui kesalahannya dan menyampaikan permintaan maaf terbuka atas video kontroversial yang memicu kemarahan publik.
Dalam suasana hening, ia duduk di hadapan para wartawan dan perwakilan organisasi masyarakat, Senin (21/4), untuk menyampaikan penyesalannya terkait video yang menampilkan dirinya mengaku sebagai wartawan, sembari memegang mikrofon berlogo situs dewasa.
Video tersebut dianggap melecehkan Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng), H Agustiar Sabran, dan langsung menuai reaksi keras, terutama dari kalangan jurnalis dan masyarakat Kalteng.
Saifulah menegaskan bahwa dirinya berjanji untuk lebih berhati-hati dalam membuat konten ke depannya dan berkomitmen untuk menyuguhkan konten yang lebih positif dan bermanfaat.
“Saya mohon maaf sebesar-besarnya. Konten itu saya buat karena ketidaktahuan saya. Tidak ada niat melecehkan, apalagi membenci. Saya akui itu murni kesalahan saya,” ucapnya dengan menundukkan kepala dilansir dari Kalteng Pos.
Namun, permintaan maaf tersebut tidak cukup bagi banyak pihak, terutama bagi kalangan jurnalis. Mereka menilai tindakan Saifulah telah mencoreng nama baik profesi wartawan.
Sesuai surat undangan yang beredar, pada Selasa (22/4), Saifulah akan menjalani sidang adat di Betang Hapakat, Kantor Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng. Pihak yang menyidangkan adalah Kerapatan Mantir Perdamaian Adat Kelurahan Bukit Tunggal, Kecamatan Jekan Raya.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalteng, M Zainal, menegaskan kekecewaannya.
“Kalau dia wartawan, pasti tahu etika. Ini jelas bukan wartawan, hanya mengaku-ngaku. Kami minta dia minta maaf secara terbuka, karena sudah merusak citra jurnalis,” katanya.
Sementara itu, Ketua Dewan Kehormatan PWI Kalteng, Sadagori Henoch Binti, menyatakan bahwa tindakan Saifulah telah mencoreng integritas wartawan profesional yang selalu menjunjung etika.
Kasus ini menjadi pelajaran berharga di era digital, di mana kebebasan berekspresi harus diimbangi dengan tanggung jawab dan pemahaman etika, terlebih jika melibatkan profesi lain demi menarik perhatian publik. Popularitas yang dibangun tanpa kesadaran moral dapat berbalik menjadi bumerang.
“Wartawan bukan untuk mempermalukan siapa pun. Tindakan Saif Hola telah mencoreng nama baik wartawan yang selama ini bekerja secara profesional dan beretika,” ungkapnya. (hms/ce/ram/kpg)