Sebagai orang yang hidup di era digital saat ini sangat penting untuk merasa terhubung, dipahami, serta dihargai. Perasaan ini sering kali muncul dari keterlibatan media sosial.
Di sisi lain, terdapat seseorang yang selalu memiliki kebutuhan yang tak terpuaskan untuk berbagi banyak cerita di media sosial secara setiap hari.
Platform media sosial seperti jendela kehidupan bagi banyak orang, dan seseorang yang suka mengunggah cerita atau lebih dalam sehari mungkin mengekspresikan ciri-ciri kepribadian tertentu melalui pembaruannya yang konstan.
Dilansir dari laman Geediting, Berikut 5 alasan seseorang suka membagikan cerita atau kerap curhat di dalam media sosial.
Mencari validasi
Keinginan untuk mencari sebuah validasi tidak selalu merupakan sifat negatif. Kita semua ingin merasa dihargai dan diapresiasi. Namun bila menyangkut individu yang sering mengunggah aktivitas di media sosial, kebutuhan untuk validasi ini mungkin menjadi lebih besar.
Seringkali, orang-orang ini menggunakan media sosial sebagai platform untuk mendapatkan persetujuan dan validasi dari teman-temannya.Mengunggah setidaknya tiga story atau lebih sehari memungkinkan mereka untuk terus mencari masukan dan persetujuan, yang pada gilirannya, meningkatkan harga diri mereka.
Dalam beberapa kasus, mereka bahkan mungkin menghapus postingan yang tidak berkinerja baik atau mengedit foto mereka secara berlebihan untuk menampilkan gambar yang lebih sempurna.Perilaku ini dapat menjadi indikasi kebutuhan mendalam untuk mendapatkan validasi dan persetujuan dari orang lain.
Membutuhkan interaksi sosial yang tinggi
Interaksi sosial merupakan kebutuhan dasar manusia. Namun, orang-orang yang secara teratur mengunggah banyak cerita di media sosial setiap hari mungkin menunjukkan keinginan yang tinggi untuk berinteraksi dengan orang lain.
Orang-orang seperti inilah yang sering kali memulai percakapan, mengomentari unggahan orang lain, dan terus-menerus memperbarui status mereka. Mereka berkembang melalui interaksi yang mereka dapatkan dari pengikut dan komunitas daring.
Postingan mereka yang sering dilakukan berfungsi sebagai pembuka percakapan, mengundang audiens untuk berinteraksi dengan mereka.
Baik itu berbagi pengalaman baru yang telah mereka coba, rutinitas latihan, atau bahkan pemikiran mereka tentang topik yang sedang tren, unggahan mereka sering kali mendorong keterlibatan sosial.
Sedang memperjuangkan harga diri
Hal ini bukan hal mudah untuk diakui, dan mungkin tidak berlaku bagi semua orang yang sering memposting di media sosial. Namun, bagi sebagian orang, kehadiran daring mereka yang melimpah menyembunyikan perjuangan melawan harga diri.
Orang-orang ini mungkin terus-menerus membandingkan dirinya dengan orang lain secara daring, sering kali merasa tidak mampu meskipun banyak suka dan komentar yang mereka terima.
Mereka mungkin melihat prestasi teman-temannya, liburan, atau swafoto yang sempurna dan merasa itu semua tidak cukup.
Postingan mereka yang sering menjadi cara untuk membuktikan kepada diri mereka sendiri dan orang lain bahwa mereka juga sukses, bahagia, dan dicintai. Ini adalah cara untuk melawan perasaan tidak aman yang dapat muncul di saat-saat tenang saat mereka tidak online.
Ini bukanlah sesuatu yang mungkin mereka akui secara terbuka. Lagipula, media sosial adalah tempat di mana setiap orang tampaknya menjalani hidup mereka dengan baik.
Mencari jalan keluar secara kreatif
Mari kita hadapi kenyataan, kita semua memiliki sisi kreatif yang perlu disalurkan. Bagi mereka yang mengunggah beberapa kali sehari di media sosial, cerita dan unggahan mereka sering kali menjadi kanvas bagi kreativitas mereka.
Entah itu membuat keterangan yang sempurna, memilih filter untuk fotonya, atau membuat konten yang menarik, kegiatan-kegiatan ini memicu percikan kreativitas mereka.Mereka senang dalam proses menciptakan sesuatu yang mewakili mereka dan perspektif mereka.
Sedang menghindari masalah
Ini tidak mudah untuk didengar, tetapi terkadang, sering memposting di media sosial dapat menjadi cara untuk melarikan diri dari masalah kehidupan nyata. Kita semua punya cara sendiri dalam menghadapi stres dan masalah, dan bagi sebagian orang, membenamkan diri dalam dunia virtual bisa memberi mereka waktu istirahat sementara.
Saat mereka mengunggah cerita dan berinteraksi dengan komunitas daring mereka, mereka dapat melupakan sejenak tekanan pekerjaan, hubungan yang bermasalah, atau masalah pribadi apa pun yang tengah mereka hadapi.
Rasanya seperti melangkah ke dunia lain di mana mereka dapat memutuskan apa yang penting. Namun, inilah masalahnya meskipun tidak apa-apa untuk mencari pengalih perhatian sesekali, sangat penting untuk menghadapi masalah kita secara langsung.
Melarikan diri ke dunia digital tidak akan membuat masalah kehidupan nyata kita hilang. Memang sulit untuk menerimanya, tetapi terkadang, kita semua butuh cinta yang kuat.(jpc)