SAMPIT, PROKALTENG.CO – Sektor pertanian di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) memiliki potensi besar, khususnya produksi padi. Potensi menjanjikan itu datang dari jumlah luas lahan yang menyentuh angka belasan ribu hektare dengan persentase 65 persen diantaranya terletak di Kecamatan Teluk Sampit.
“Kotim memiliki luas lahan sawah mencapai 11.932 hektare, dengan 65 persen di antaranya berada di Kecamatan Teluk Sampit. Jika dihitung dengan produktivitas 4 ton per hektare, maka potensi gabah kering panen yang dapat dihasilkan mencapai 47.728 ton per musim tanam,” kata Pejabat Sementara (Pjs) Bupati Kotim, Shalahuddin, saat kunjungan ke Kecamatan Teluk Sampit, baru-baru ini.
Angka itu menunjukkan besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian daerah. Namun sejumlah tantangan masih dihadapi para petani padi di Kotim. Salah satu masalah utamanya adalah pola penjualan hasil panen yang masih terbatas.
Menurut Shalahuddin, sebagian besar hasil panen padi di Kotim dijual dalam bentuk gabah kering panen atau gabah kering giling. Sebagian lagi diekspor ke luar daerah. Hal ini menandakan nilai tambah yang diperoleh dari hasil pertanian di Kotim belum optimal.
“Padahal, meskipun ada proses penggilingan di dalam daerah, namun hanya menghasilkan beras dengan kualitas medium,” katanya.
Kendati demikian, Shalahuddin optimistis bahwa upaya pengembangan dan modernisasi sektor pertanian di Kotim akan membuka peluang baru untuk meningkatkan kualitas produk pertanian. Terutama beras. Keoptimisan itu muncul saat pembangunan Rice Milling Plant (RMP) atau pabrik penggilingan padi dibuat di Kotim.
“Kami berharap dengan pembangunan RPM ini, maka kualitas beras yang dihasilkan akan lebih tinggi dan mampu bersaing di pasar,” katanya.
RMP ini diharapkan akan memberikan solusi terhadap masalah kualitas dan kuantitas hasil pertanian, sekaligus meningkatkan daya saing produk beras Kotim di pasar. Selain itu, RMP diyakini akan membantu menciptakan nilai tambah yang lebih besar bagi hasil pertanian.
Penggilingan padi yang lebih modern juga akan mengurangi ketergantungan pada penggilingan tradisional yang sering kali hanya menghasilkan beras dengan kualitas menengah.
“Dengan kualitas yang lebih tinggi, beras Kotim diharapkan bisa menjangkau standar pasar yang lebih luas dan membawa dampak positif terhadap perekonomian daerah,” terangnya. Selain peningkatan kualitas, ia juga menekankan pentingnya keberlanjutan dalam pengelolaan sektor pertanian di Kotim. Ia berharap pembangunan infrastruktur pertanian dan pengolahan hasil yang lebih modern dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat lokal dan meningkatkan kesejahteraan petani.
“Dengan dukungan yang tepat dari pemerintah daerah, kami percaya sektor pertanian di Kotim akan semakin berkembang dan memberi manfaat lebih bagi masyarakat,” tambahnya.
Sebagai langkah lanjut, pemerintah daerah berencana untuk terus memberikan fasilitas dan dukungan kepada petani dalam hal akses terhadap teknologi pertanian yang lebih efisien, termasuk pelatihan tentang cara-cara bertani yang ramah lingkungan serta pengelolaan hasil pertanian yang lebih berkelanjutan.
Shalahuddin juga menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah, petani, dan pihak swasta dalam mewujudkan pertanian yang lebih maju di Kotim. “Kami berharap, dengan berbagai inisiatif dan kerja sama yang dilakukan, Kotim dapat menjadi salah satu sentra produksi padi yang tidak hanya besar dalam jumlah tetapi juga unggul dalam kualitas,” tutupnya. (mif/ens/kpg)