29.9 C
Jakarta
Thursday, December 26, 2024

Analisis BI: Ini Dampak Kenaikan Harga Komoditas Terhadap Ekonomi Kalteng

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Kenaikan harga sejumlah komoditas dalam beberapa waktu terakhir diprediksi akan mempengaruhi kondisi perekonomian di Provinsi Kalimantan Tengah. Hal itu akan memberikan dampak pada pendapatan daerah dan pendapatan asli daerah serta tingkat inflasi di Bumi Tambun Bungai.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Tengah (Kalteng), Yura A. Djalins mengungkapkan, kenaikan harga komoditas utama ekspor Kalimantan Tengah, yaitu batu bara dan CPO, akan berdampak positif pada kenaikan pungutan pajak oleh pemerintah yang akan menaikan jumlah dana bagi hasil (DBH) dari pemerintah pusat kepada daerah penghasil.

“Data dari Dirjen Perimbangan Keuangan – Kemenkeu, menunjukkan alokasi DBH Sumber Daya Alam Minerba untuk Kalimantan Tengah naik sekitar 15% dari Rp802 miliar pada 2021 menjadi Rp920 miliar pada 2022,” Yura, Sabtu (12/3/2022).

Baca Juga :  Para Pelaku UMKM Didorong Terus Bangkit

Sedangkan terkait komoditas bahan bakar kendaraan dan rumah tangga, menurut Yura, harganya ditetapkan oleh Pemerintah. Sehingga, kenaikan harga minyak bumi dan gas akibat kondisi geopolitik tidak berdampak langsung terhadap kenaikan harga komoditas dimaksud, sepanjang tidak ada kebijakan dari pemerintah untuk menaikan harga.

“Memang untuk harga gas non-subsidi, Pertamina telah menaikan harga dua kali pada Desember 2021 dan akhir Februari 2022. Hal ini menjadikan komoditas bahan bakar rumah tangga termasuk lima besar komoditas penyumbang inflasi pada bulan Januari dan Februari 2022,” beber Yura.

“Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) mingguan BI Kalteng menunjukan rata-rata harga gas LPG ukuran 12 kg di Palangka Raya naik menjadi sebesar Rp195 ribu Maret I dari Rp175 ribu pada Februari IV,” imbuh dia.

Baca Juga :  BRI Raih ESG Awards 2023 by KEHATI, Makin Unggul Terapkan Bisnis Berkelanjutan

Sementara terkait harga BBM non-subsidi yaitu Pertamax Turbo, Dexlite dan Pertadex yang naik pada awal Maret 2022, ungkap Yura, sejauh ini pihaknya menilai kenaikan harga tersebut berpengaruh terbatas terhadap inflasi mengingat porsi konsumsi masyarakat terhadap jenis bahan bakar tersebut yang sangat kecil.

Disamping itu, pemerintah daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah juga terus memantau dan memastikan ketersediaan bahan bakar gas di masyarakat.

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Kenaikan harga sejumlah komoditas dalam beberapa waktu terakhir diprediksi akan mempengaruhi kondisi perekonomian di Provinsi Kalimantan Tengah. Hal itu akan memberikan dampak pada pendapatan daerah dan pendapatan asli daerah serta tingkat inflasi di Bumi Tambun Bungai.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Tengah (Kalteng), Yura A. Djalins mengungkapkan, kenaikan harga komoditas utama ekspor Kalimantan Tengah, yaitu batu bara dan CPO, akan berdampak positif pada kenaikan pungutan pajak oleh pemerintah yang akan menaikan jumlah dana bagi hasil (DBH) dari pemerintah pusat kepada daerah penghasil.

“Data dari Dirjen Perimbangan Keuangan – Kemenkeu, menunjukkan alokasi DBH Sumber Daya Alam Minerba untuk Kalimantan Tengah naik sekitar 15% dari Rp802 miliar pada 2021 menjadi Rp920 miliar pada 2022,” Yura, Sabtu (12/3/2022).

Baca Juga :  Para Pelaku UMKM Didorong Terus Bangkit

Sedangkan terkait komoditas bahan bakar kendaraan dan rumah tangga, menurut Yura, harganya ditetapkan oleh Pemerintah. Sehingga, kenaikan harga minyak bumi dan gas akibat kondisi geopolitik tidak berdampak langsung terhadap kenaikan harga komoditas dimaksud, sepanjang tidak ada kebijakan dari pemerintah untuk menaikan harga.

“Memang untuk harga gas non-subsidi, Pertamina telah menaikan harga dua kali pada Desember 2021 dan akhir Februari 2022. Hal ini menjadikan komoditas bahan bakar rumah tangga termasuk lima besar komoditas penyumbang inflasi pada bulan Januari dan Februari 2022,” beber Yura.

“Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) mingguan BI Kalteng menunjukan rata-rata harga gas LPG ukuran 12 kg di Palangka Raya naik menjadi sebesar Rp195 ribu Maret I dari Rp175 ribu pada Februari IV,” imbuh dia.

Baca Juga :  BRI Raih ESG Awards 2023 by KEHATI, Makin Unggul Terapkan Bisnis Berkelanjutan

Sementara terkait harga BBM non-subsidi yaitu Pertamax Turbo, Dexlite dan Pertadex yang naik pada awal Maret 2022, ungkap Yura, sejauh ini pihaknya menilai kenaikan harga tersebut berpengaruh terbatas terhadap inflasi mengingat porsi konsumsi masyarakat terhadap jenis bahan bakar tersebut yang sangat kecil.

Disamping itu, pemerintah daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah juga terus memantau dan memastikan ketersediaan bahan bakar gas di masyarakat.

Terpopuler

Artikel Terbaru