27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Status KLB Menjadi Tanggap Darurat Bencana

KUALA
KAPUAS
-Keracunan
yang dialami ratusan warga Desa Narahan, Kecamatan Pulau Petak, Kabupaten
Kapuas, kini sudah memasuki hari ketiga. Jumlah korban mencapai ratusan. Karena
itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) serius menangani kejadian ini. Status kejadian
luar biasa (KLB) ditingkatkan lagi.

“Setelah melihat
gejala dalam kejadian ini, maka status KLB kami tingkatkan menjadi tanggap
darurat bencana KLB keracunan,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Kapuas, Apendi, Minggu (26/5).

Apendi menerangkan,
dari kejadian tersebut ada beberapa pasien mengalami sakit yang serius. Penyakitnya
beda dengan sebelumnya, tapi belum bisa didiagnosis. Dinas Kesehatan sudah
mengadakan dua kali rapat untuk penanganan dan evaluasi ke depan. Karena itu, statusnya
ditingkatkan.

“Kami terus melakukan
penanganan yang maksimal dan dibantu stakeholder lainnya,” ucapnya.

Menurut Kadinkes,
keracunan ini bersumber dari 350 kotak nasi yang disediakan dalam acara buka
bersama Kamis (23/5) lalu. Diperkirakan 350 orang terpapar atau terkena
keracunan. Namun, lanjutnya, jumlah yang mengalami bisa sejumlah itu atau
kurang. Tergantung kekuatan daya tahan tubuh seseorang.

“Terjadi keluhan
pasien tentang kesehatan, yakni mual, sakit kepala, sering BAB, dan demam. Saat
ini sudah ada 290 orang yang menjadi korban dan dirawat di RSUD dr Soemarno
Sosroatmodjo Kapuas, sedangkan 90 orang lainnya sudah dipulangkan karena status
hijau atau membaik,” bebernya.

Adanya kejadian ini,
maka observasi terhadap pasien dilakukan di RSUD Kapuas. Sulit untuk dilakukan
langsung di lokasikarena pertimbangan kondisi geografis yang cukup sulit
dijangkau. Selain itu, bisa mempermudah dalam koordinasi untuk ketersediaan
tenaga medis maupun obat-obatan.

Baca Juga :  Penemuan Serpihan Logam di Teluk Renggau, Diduga dari Roket Tiongkok

“Kami bersama
kepolisian sudah mengambil sampel makanan dan dibawa ke BPOM Palangka Raya.
Hasilnya akan diketahui satu minggu kemudian,” tutupnya.

Sementara itu, Kepala
Badan Penanggulangaan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kapuas, Panahatan Sinaga
membenarkan peningkatan status penanganan keracunan, dari KLB menjadi tanggap
darurat bencana KLB. Dikatakannya, peningkatan status itu bermaksud agar
penanganan semakin maksimal.

“Artinya penanganan
nanti bisa melibatkan semua stakeholder, sehingga cepat untuk mengatasinya.
Apalagi korbannya sudah mencapai 290 orang,” ucap Panahatan Sinaga.

Kasus
Keracunan Masih Diselidiki

Kasus keracunan massal
yang terjadi di Kabupaten Kapuas masih dalam proses pemeriksaan. Dalam artian,
belum bisa diketahui pasti penyebab keracunan tersebut. Pemerintah provinsi (pemprov)
siap menangani jika memang kabupaten sudah tak mampu mengatasi.

“Terkait keracunan di
Kapuas, memang sudah dinyatakan KLB. Seandainya Kapuas sudah tidak bisa
menangani, maka pemprov siap melakukan penanganan melalui RSUD dr Doris
Sylvanus,” kata Sekda Kalteng Fahrizal Fitri saat diwawancarai di Istana Isen
Mulang, Sabtu malam (25/5).

Diungkapkannya, pemprov
meminta pihak kepolisian untuk memproses lebih lanjut kasus ini. BPOM pun sudah
ke lokasi untuk mengambil sample. “Saya sudah mengonfirmasi kadinkes Kalteng
terkait hal ini. Kemungkinan karena proses pengolahan makanannya. Kasus seperti
ini biasanya terjadi di daerah-daerah pertanian yang banyak menggunakan
pestisida,” ungkapnya.

Baca Juga :  Diaktifkan Kamis, Semua Akses Masuk ke Pasar Besar Melalui Jalan Irian

Sementara itu, Kepala Dinas
Kesehatan (Dinkes) Kalteng Suyuti Syamsul mengatakan, untuk sementara pihaknya
fokus dalam penanganan KLB-nya. Untuk jangka panjang ke depan, pihaknya akan
menyiapkan langkah-langkah strategis agar kasus serupa tidak terjadi kembali.

“Di Kabupaten Kapuas sering
terjadi hal seperti ini. berdasarkan data yang kami miliki, hanya tahun 2007
yang tidak ada alias alfa dari kasus keracuan. Hal ini perlu menjadi perhatian.
Kami sedang mencari sebab permasalahannya,” jelasnya.

Memang, kata Suyuti,
makanan yang disiapkan dalam jumlah besar dan secara bersama-sama, sangat
berisiko terjadi pencemaran, baik karena bahan kimia maupun bakteri
mikroorganisme. Kasus seperti ini sering terjadi di desa berbasis pertanian
padi.

”Saya menduga keracunan
ini terjadi karena makanan tercemar oleh pestisida atau insektisida saat proses
pengolahannya,” tambahnya.

Diakuinya, sampai saat
ini Dinkes masih belum mengetahui secara pasti penyebab keracunan tersebut,
karena beberapa sampel masih diperiksa di Kota Palangka Raya dan di Kota
Banjarmasin. Karena itu, langkah yang bisa diambil untuk saat ini adalah dengan
pemberian obat dan infus.

“Tim kami sudah ke lokasi untuk memberikan obat.
Saat ini yang bisa kami lakukan adalah penanganan melalui pemberian obat dan
infus,” pungkasnya. (alh/abw/ce/ala)

KUALA
KAPUAS
-Keracunan
yang dialami ratusan warga Desa Narahan, Kecamatan Pulau Petak, Kabupaten
Kapuas, kini sudah memasuki hari ketiga. Jumlah korban mencapai ratusan. Karena
itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) serius menangani kejadian ini. Status kejadian
luar biasa (KLB) ditingkatkan lagi.

“Setelah melihat
gejala dalam kejadian ini, maka status KLB kami tingkatkan menjadi tanggap
darurat bencana KLB keracunan,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Kapuas, Apendi, Minggu (26/5).

Apendi menerangkan,
dari kejadian tersebut ada beberapa pasien mengalami sakit yang serius. Penyakitnya
beda dengan sebelumnya, tapi belum bisa didiagnosis. Dinas Kesehatan sudah
mengadakan dua kali rapat untuk penanganan dan evaluasi ke depan. Karena itu, statusnya
ditingkatkan.

“Kami terus melakukan
penanganan yang maksimal dan dibantu stakeholder lainnya,” ucapnya.

Menurut Kadinkes,
keracunan ini bersumber dari 350 kotak nasi yang disediakan dalam acara buka
bersama Kamis (23/5) lalu. Diperkirakan 350 orang terpapar atau terkena
keracunan. Namun, lanjutnya, jumlah yang mengalami bisa sejumlah itu atau
kurang. Tergantung kekuatan daya tahan tubuh seseorang.

“Terjadi keluhan
pasien tentang kesehatan, yakni mual, sakit kepala, sering BAB, dan demam. Saat
ini sudah ada 290 orang yang menjadi korban dan dirawat di RSUD dr Soemarno
Sosroatmodjo Kapuas, sedangkan 90 orang lainnya sudah dipulangkan karena status
hijau atau membaik,” bebernya.

Adanya kejadian ini,
maka observasi terhadap pasien dilakukan di RSUD Kapuas. Sulit untuk dilakukan
langsung di lokasikarena pertimbangan kondisi geografis yang cukup sulit
dijangkau. Selain itu, bisa mempermudah dalam koordinasi untuk ketersediaan
tenaga medis maupun obat-obatan.

Baca Juga :  Penemuan Serpihan Logam di Teluk Renggau, Diduga dari Roket Tiongkok

“Kami bersama
kepolisian sudah mengambil sampel makanan dan dibawa ke BPOM Palangka Raya.
Hasilnya akan diketahui satu minggu kemudian,” tutupnya.

Sementara itu, Kepala
Badan Penanggulangaan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kapuas, Panahatan Sinaga
membenarkan peningkatan status penanganan keracunan, dari KLB menjadi tanggap
darurat bencana KLB. Dikatakannya, peningkatan status itu bermaksud agar
penanganan semakin maksimal.

“Artinya penanganan
nanti bisa melibatkan semua stakeholder, sehingga cepat untuk mengatasinya.
Apalagi korbannya sudah mencapai 290 orang,” ucap Panahatan Sinaga.

Kasus
Keracunan Masih Diselidiki

Kasus keracunan massal
yang terjadi di Kabupaten Kapuas masih dalam proses pemeriksaan. Dalam artian,
belum bisa diketahui pasti penyebab keracunan tersebut. Pemerintah provinsi (pemprov)
siap menangani jika memang kabupaten sudah tak mampu mengatasi.

“Terkait keracunan di
Kapuas, memang sudah dinyatakan KLB. Seandainya Kapuas sudah tidak bisa
menangani, maka pemprov siap melakukan penanganan melalui RSUD dr Doris
Sylvanus,” kata Sekda Kalteng Fahrizal Fitri saat diwawancarai di Istana Isen
Mulang, Sabtu malam (25/5).

Diungkapkannya, pemprov
meminta pihak kepolisian untuk memproses lebih lanjut kasus ini. BPOM pun sudah
ke lokasi untuk mengambil sample. “Saya sudah mengonfirmasi kadinkes Kalteng
terkait hal ini. Kemungkinan karena proses pengolahan makanannya. Kasus seperti
ini biasanya terjadi di daerah-daerah pertanian yang banyak menggunakan
pestisida,” ungkapnya.

Baca Juga :  Diaktifkan Kamis, Semua Akses Masuk ke Pasar Besar Melalui Jalan Irian

Sementara itu, Kepala Dinas
Kesehatan (Dinkes) Kalteng Suyuti Syamsul mengatakan, untuk sementara pihaknya
fokus dalam penanganan KLB-nya. Untuk jangka panjang ke depan, pihaknya akan
menyiapkan langkah-langkah strategis agar kasus serupa tidak terjadi kembali.

“Di Kabupaten Kapuas sering
terjadi hal seperti ini. berdasarkan data yang kami miliki, hanya tahun 2007
yang tidak ada alias alfa dari kasus keracuan. Hal ini perlu menjadi perhatian.
Kami sedang mencari sebab permasalahannya,” jelasnya.

Memang, kata Suyuti,
makanan yang disiapkan dalam jumlah besar dan secara bersama-sama, sangat
berisiko terjadi pencemaran, baik karena bahan kimia maupun bakteri
mikroorganisme. Kasus seperti ini sering terjadi di desa berbasis pertanian
padi.

”Saya menduga keracunan
ini terjadi karena makanan tercemar oleh pestisida atau insektisida saat proses
pengolahannya,” tambahnya.

Diakuinya, sampai saat
ini Dinkes masih belum mengetahui secara pasti penyebab keracunan tersebut,
karena beberapa sampel masih diperiksa di Kota Palangka Raya dan di Kota
Banjarmasin. Karena itu, langkah yang bisa diambil untuk saat ini adalah dengan
pemberian obat dan infus.

“Tim kami sudah ke lokasi untuk memberikan obat.
Saat ini yang bisa kami lakukan adalah penanganan melalui pemberian obat dan
infus,” pungkasnya. (alh/abw/ce/ala)

Terpopuler

Artikel Terbaru