KUALA
KAPUAS-Jumlah korban diduga keracunan takjil pada
acara buka puasa bersama di Masjid Nurul Istiqomah Desa Narahan, Kecamatan
Pulau Petak Kabupaten Kapuas, Kamis (23/5) terus bertambah. Data korban hingga
Sabtu (25/5) mencapai 243 pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
dr Soemarno Sosroatmodjo Kapuas.
Direktur RSUD dr Soemarno Sosroatmodjo Kapuas Agus
Waluyo mengatakan, dari ratusan pasien itu, delapan pasien Jumat (24/5) sore
diperbolehkan pulang. Lalu dua termasuk kondisi serius, Jumat (24/5) pukul
20.00 wib hingga pukul 11.00 wib kondisi kurang baik dan pukul 01.00 wib dibawa
ke ruangan ICU.
“Tapi kondisinya, Sabtu pagi mulai
membaik, dan mudahan semua pasien segera dipulihkan,” ungkap Agus Waluyo,
kemarin.
Agus menambahkan, memang ada penambahan jumlah
pasien yang datang, karena keluhan sama pusing, mual, muntah serta mencret.
Sejauh ini tidak ada yang dirujuk atau masih bisa diatasi di RSUD Kapuas. “Dari
jumlah pasien yang ada memang anak-anak 54 orang, dan sisanya dewasa,”
jelasnya.
Agus mengakui, kemarin ada yang melapor ke
posko di desa, karena ada sekitar 20-30 orang perlu penanganan diduga ikut
keracunan, dan tim reaksi cepat Dinas Kesehatan mengecek. Sehingga diobservasi
yang akan dirujuk ke RSUD.
Sementara Kepala Dinkes Kapuas, Apendi
mengatakan, seluruh pasien diduga keracunan dalam penanganan di fokuskan di
RSUD, dimana hingga kemarin semua telah
dievakuasi dan pihaknya tetap cek didesa.
“Tim kita ada didesa dengan dirikan posko,
ketika ada korban melapor dapat diobservasi dan evakuasi,” jelas Apendi.
Pertimbangannya dirawat di RSUD, lanjut Apendi,
karena dilokasi minim atau desa penerangan, banyaknya nyamuk dapat menganggu
proses observasi, tempatnya (didesa) tidak higienis, dan RSUD lebih lengkap
semua sarana prasarana.
“Kita harapkan proses penanganan berjalan
baik, dan kita kerahkan semua tenaga untuk mengatasi ini,” pungkasnya.
Pemkab Kapuas memastikan, biaya penanganan semua
pasien yang diduga keracunan. “Semua pengobatan pasien ditanggung
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kapuas, termasuk makan keluarga korban
ditanggung,” tegas Bupati Kapuas Ir. Ben Brahim S. Bahat saat mengecek
kondisi korban.
Kapolres Kapuas AKBP Tejo Yuantoro melalui
Kasatreskrim AKP Ahmad Budi Martono menyampaikan, pihaknya suda memeriksa
saksi-saksi dan termasuk periksa yang memasak makanan. Sehingga untuk
mengetahui penyebab keracunan yang dialami para korban. “Masih dalam
penyelidikan, dan menunggu hasil uji lab,” ucap Kasatreskrim
Terpisah Kepala Balai Pengawasan Obat dan
Makanan Palangka Raya Trikoranti Mustikawati menyatakan, sebelum hasil resmi
dari laboratorium keluar tentunya kalau keracunan seperti yang dialami di
Kapuas ada indikasi mungkin pengolahan makananya tidak memperhatikan kebersihan
atau higienis sebelum disajikan. Itu kemungkinannya.
Indikasi tidak higienisnya makanan tersebut,
kata dia, bisa karenakan juga pengolahannya dalam skala besar atau banyak. Itu
kan untuk diberikan kepada orang banyak.
Meskipun adanya kecurigaan tersebut, perempuan
yang akrab disaba bu Ranti itu tetap menunggu kepastian dari hasil pengujian
laboratorium yang akan disampaikan dalam beberapa waktu mendatang. “ Ya itu
masih dugaan ya, hasil yang pastinya nanti tunggu hasil uji lab,†jelasnya.
Berkaitan dengan peristiwa keracunan masal
tersebut, Kepala BPOM Kalteng tersebut langsung terjun kelapangan bersama
seluruh stafnya untuk melakukan pengambilan sampel makanan dan juga meninjau
lokasi pengelohan makanan yang diberikan kepada warga setempat.
“Saat dapat informasi, kami bersama tim
langsung ke Kapuas untuk melihat langsung. Beberapa sampel makanan yang bisa
diambil untuk diuji kami bawa,†ujarnya.
Sementara itu, berkaitan dengan pengujian
sampel nanti akan dilakukan di Kalimantan Selatan. Hal ini karena
mempertimbangkan faktor kedekatan atau jarak tempuh yang lebih dekat dari
Kapuas ke Banjarmasin. “Untuk uji labnya nanti di Kalsel mas, karena dari
Kapuas kan lebih dekat ke Banjarmasin,â€jelasnya.
Diakhir perbincangan, Ranti juga sempat kecewa
atas peristiwa tersebut jika kalau penyebabnya adalah tidak higienisnya makanan
atau juga adanya campuran bahan makanan yang tidak diperbolehkan.
“Tentunya kalau benar
karena tidak higienis dan juga adanya penambahan bahan yang dilarang dalam
pengolahan makanan otomatis kami sangat kesal, karena belakangan ini sudah kami
gencar lakukan sosialiasi terkait pengolahan makanan yang baik dan benar serta
memberikan pencerahan terkait damapak penggunaan bahan berbahaya,†tutupnya. (alh/old/ala)
KERACUNAN MASSAL
BERAWAL DARI SAMBAL TELUR
·
Kamis sore (23/5) ratusan warga menghadiri
acara bukber di salah satu masjid di Masjid Nurul Istiqomah, Desa Narahan,
Kecamatan Pulau Petak. Warga disuguhkan takjil nasi sambal telur.
·
Tidak
lama pascamengonsumsi takjil, warga merasakan mual, pusing, muntah dan mencret.
·
Jumat
pagi (24/5) ratusan warga langsung dirujuk ke RSUD dr Soemarno Sosroatmodjo.
·
Sabtu sore (25/5) tercatat ada 243 pasien yang
dirawat di RSUD.
·
Keracunan diduga berawal dari makanan sambal
telor (takjil bukber)
·
BPOM menduga pengolahan makanan tak hiegenis.
·
Polisi Periksa Saksi-saksi Termasuk Pembuat
Makanan.
KONDISI PASIEN
·
Total yang dirawat : 243
pasien
·
Diperbolehkan Pulang : 8 Pasien
·
Kondisi Memburuk : 2
Pasien
·
Masih Tahap Observasi di Desa : 30 Pasien.