30.8 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Waspada Gangguan Mata pada Anak Selama Sekolah Daring

KALTENGPOS.CO – Intensitas anak dengan gawai maupun laptop
semakin tinggi seiring penerapan pembelajaran secara online atau daring oleh
sekolah. Dalam sehari, anak-anak bisa menghadap layar gawai hingga berjam-jam.
Kondisi ini dikhawatirkan akan mengancam kesehatan mata anak.

Para orangtua mulai khawatir dengan kesehatan mata anaknya. Itu terjadi
karena intensitas menghadap layar gawai atau laptop lebih tinggi setelah metode
pembelajaran daring diterapkan oleh sekolah. Dikhawatirkan mengganggu bahkan
merusak mata anak.

Dikutip dari Pontianak Post, kekhawatiran
itu dirasakan oleh Fenti Nurhidayati. Ketiga anaknya kini mengikuti
pembelajaran secara daring. Durasi menghadap layar gawai untuk pembelajaran
daring rata-rata sekitar lima jam dalam satu hari. Durasi waktu ini, tidak
termasuk untuk aktivitas lainnya yang memanfaatkan gawai.

“Selain belajar online, kadang anak juga menggunakan HP untuk hal lain,
misalnya untuk main medsos, atau main game. Jadi lebih banyak intensitasnya
dibandingkan ketika belum ada belajar online,” tutur Fenti.

Guna meminimalisir potensi gangguan kesehatan  mata itu, Fenti kerap mengingatkan buah hati
untuk tidak terlalu dekat dengan layar gawai. Anak-anak juga diingatkan untuk
memberikan jeda untuk mata bisa beristirahat dengan tidak memandang layar gawai
untuk beberapa menit.

Baca Juga :  Dunia Darurat Covid-19, WHO Evaluasi Aturan Kesehatan Internasional

“Sejauh ini selama pembelajaran online, belum nampak (gejala gangguan
mata). Tapi belum juga diperiksakan kesehatan mata anak. Semoga saja tidak ada
(gangguan),” tutur dia.

Dalam jurnal berjudul “The Relationship Between Intensity Of Smartphone Use
And Computer Vision Syndrome Among Senior High School Students In Pontianak”,
yang ditulis oleh Dokter Spesialis Mata, dr. M Asroruddin, menyebut bahwa
masalah penglihatan dan mata saat ini dapat terjadi ketika teknologi dunia
semakin maju, terutama di era teknologi informasi dan komunikasi digital.
Ponsel pintar atau gawai, adalah salah satu perangkat tampilan visual (VDT)
yang dapat menyebabkan masalah penglihatan seperti computer vision syndrome
(CVS).

“Pengaruh pada mata anak adalah munculnya gejala computer vision syndrome
(CVS), mata lelah atau asthenopia,” kata dr. M Asroruddin.

Menurutnya, sindrom penglihatan komputer atau ketegangan mata digital
adalah kombinasi masalah mata dan penglihatan yang terkait dengan penggunaan
komputer, termasuk desktop, laptop dan tablet, dan display elektronik lainnya
seperti ponsel pintar. Dalam penelitiannya, dia menyimpulkan bahwa ada korelasi
yang signifikan antara intensitas penggunaan ponsel pintar dan sindrom
penglihatan komputer pada siswa.

Baca Juga :  Parosmia, Gejala Baru Covid-19

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura ini juga menyebutkan
durasi yang dianjurkan pada penggunaan gawai adalah maksimal dua jam sehari
untuk anak-anak usia sekolah dan maksimal satu jam perhari bagi anak-anak yang
lebih muda dari itu. Semakin tinggi intensitas, risiko terhadap kesehatan mata
dan risiko ketagihan akan semakin tinggi. Dikatakan intensitas tinggi, adalah
ketika penggunaan lebih dari dua jam dalam sehari atau sekali menggunakan
durasinya lebih dari 75 menit, dan menggunakannya lebih dari tiga kali sehari.

“Sementara yang medium intensity, sekitar 40-60 menit perhari dan
penggunaannya 2-3 kali  perhari,”
ungkapnya.

Pada beberapa penelitian lain, tambah dia, penggunaan gawai yang
berlebihan, dengan durasi lebih dari dua jam sehari pada anak-anak, justru bisa
memunculkan gangguan mental dan emosional seperti membanting barang, agresif,
atau mudah menangis, bun gangguan hubungan dengan teman sejawat, kurang
sensitif terhadap lingkungan sekitar, depresi, kecemasan, ADHD, gangguan mood,
dan bahkan risiko bunuh diri.

KALTENGPOS.CO – Intensitas anak dengan gawai maupun laptop
semakin tinggi seiring penerapan pembelajaran secara online atau daring oleh
sekolah. Dalam sehari, anak-anak bisa menghadap layar gawai hingga berjam-jam.
Kondisi ini dikhawatirkan akan mengancam kesehatan mata anak.

Para orangtua mulai khawatir dengan kesehatan mata anaknya. Itu terjadi
karena intensitas menghadap layar gawai atau laptop lebih tinggi setelah metode
pembelajaran daring diterapkan oleh sekolah. Dikhawatirkan mengganggu bahkan
merusak mata anak.

Dikutip dari Pontianak Post, kekhawatiran
itu dirasakan oleh Fenti Nurhidayati. Ketiga anaknya kini mengikuti
pembelajaran secara daring. Durasi menghadap layar gawai untuk pembelajaran
daring rata-rata sekitar lima jam dalam satu hari. Durasi waktu ini, tidak
termasuk untuk aktivitas lainnya yang memanfaatkan gawai.

“Selain belajar online, kadang anak juga menggunakan HP untuk hal lain,
misalnya untuk main medsos, atau main game. Jadi lebih banyak intensitasnya
dibandingkan ketika belum ada belajar online,” tutur Fenti.

Guna meminimalisir potensi gangguan kesehatan  mata itu, Fenti kerap mengingatkan buah hati
untuk tidak terlalu dekat dengan layar gawai. Anak-anak juga diingatkan untuk
memberikan jeda untuk mata bisa beristirahat dengan tidak memandang layar gawai
untuk beberapa menit.

Baca Juga :  Dunia Darurat Covid-19, WHO Evaluasi Aturan Kesehatan Internasional

“Sejauh ini selama pembelajaran online, belum nampak (gejala gangguan
mata). Tapi belum juga diperiksakan kesehatan mata anak. Semoga saja tidak ada
(gangguan),” tutur dia.

Dalam jurnal berjudul “The Relationship Between Intensity Of Smartphone Use
And Computer Vision Syndrome Among Senior High School Students In Pontianak”,
yang ditulis oleh Dokter Spesialis Mata, dr. M Asroruddin, menyebut bahwa
masalah penglihatan dan mata saat ini dapat terjadi ketika teknologi dunia
semakin maju, terutama di era teknologi informasi dan komunikasi digital.
Ponsel pintar atau gawai, adalah salah satu perangkat tampilan visual (VDT)
yang dapat menyebabkan masalah penglihatan seperti computer vision syndrome
(CVS).

“Pengaruh pada mata anak adalah munculnya gejala computer vision syndrome
(CVS), mata lelah atau asthenopia,” kata dr. M Asroruddin.

Menurutnya, sindrom penglihatan komputer atau ketegangan mata digital
adalah kombinasi masalah mata dan penglihatan yang terkait dengan penggunaan
komputer, termasuk desktop, laptop dan tablet, dan display elektronik lainnya
seperti ponsel pintar. Dalam penelitiannya, dia menyimpulkan bahwa ada korelasi
yang signifikan antara intensitas penggunaan ponsel pintar dan sindrom
penglihatan komputer pada siswa.

Baca Juga :  Parosmia, Gejala Baru Covid-19

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura ini juga menyebutkan
durasi yang dianjurkan pada penggunaan gawai adalah maksimal dua jam sehari
untuk anak-anak usia sekolah dan maksimal satu jam perhari bagi anak-anak yang
lebih muda dari itu. Semakin tinggi intensitas, risiko terhadap kesehatan mata
dan risiko ketagihan akan semakin tinggi. Dikatakan intensitas tinggi, adalah
ketika penggunaan lebih dari dua jam dalam sehari atau sekali menggunakan
durasinya lebih dari 75 menit, dan menggunakannya lebih dari tiga kali sehari.

“Sementara yang medium intensity, sekitar 40-60 menit perhari dan
penggunaannya 2-3 kali  perhari,”
ungkapnya.

Pada beberapa penelitian lain, tambah dia, penggunaan gawai yang
berlebihan, dengan durasi lebih dari dua jam sehari pada anak-anak, justru bisa
memunculkan gangguan mental dan emosional seperti membanting barang, agresif,
atau mudah menangis, bun gangguan hubungan dengan teman sejawat, kurang
sensitif terhadap lingkungan sekitar, depresi, kecemasan, ADHD, gangguan mood,
dan bahkan risiko bunuh diri.

Terpopuler

Artikel Terbaru