Orang-orang di seluruh dunia tumbuh dengan perut buncit, sementara tubuh mereka lapar akan makanan.
Sebuah laporan baru tentang “Beban Ganda Gizi Buruk (Double Burden of Malnutrition)” menyebutkan bahwa tidak pernah ada dua masalah gizi yang melemahkan, yaitu kekurangan gizi dan obesitas. Masalah tersebut disebabkan karena perubahan sangat cepat dalam sistem makanan. Sebagian besar masalah berasal dari ketersediaan global makanan olahan.
Makanan-makanan ini, yang telah disertai dengan tingginya tingkat obesitas di negara-negara kaya dan berpenghasilan menengah selama beberapa dekade, sekarang masuk ke rumah-rumah beberapa orang termiskin di dunia.
Mereka membuat semua orang lebih gemuk, tetapi tidak selalu lebih penuh nutrisi, dan mereka memiliki konsekuensi kesehatan bagi generasi ibu dan bayinya. “Kualitas makanannya benar-benar buruk,” kata Francesco Branca, Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Departemen Gizi untuk Kesehatan dan Pembangunan, seperti dilansir laman MSN, Kamis (19/12).
Anak-anak mungkin kelebihan berat badan, sementara beberapa ibu yang obesitas kini memiliki anak yang gemuk sebelum mereka mencapai usia 5 tahun. Konsekuensi jangka panjang dari penyakit ini sudah diketahui.
Kelebihan berat badan atau obesitas bisa menyebabkan masalah kesehatan seperti diabetes tipe-2, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung. Obesitas juga terkait dengan stroke, kanker, dan masalah kehamilan.
Kekurangan gizi sejak dini bisa membuat orang memiliki masalah kesehatan yang lebih serius di kemudian hari, karena bisa memiliki efek jangka panjang pada mikrobioma seseorang, metabolisme, dan jalur pensinyalan insulin.
Masalah kesehatan ini tentunya berakibat pada biaya atau cost tinggi bagi masyarakat luas. Setidaknya 8 persen dari PDB global hilang karena kekurangan gizi, dan 3 persen lainnya hilang karena masalah yang terkait dengan orang yang kelebihan berat badan, menurut WHO. Diet buruk juga bertanggung jawab atas sekitar satu dari setiap lima kematian orang dewasa secara global.
Makanan olahan buruk bagi hati, pinggang, dan generasi mendatang. Makanan olahan bisa membuat orang makan lebih banyak, makan lebih cepat, dan lebih sering lapar. Karena makanan ini mudah tersedia dan terjangkau bagi lebih banyak orang di seluruh dunia, mereka juga berisiko terhadap serangkaian masalah kesehatan yang dihasilkan dari keduanya karena tidak mendapatkan nutrisi yang cukup dan banyak makanan cepat saji kini mengandung gula.
Diet sehat yang dipenuhi dengan buah-buahan segar, sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan, akan sangat membantu meringankan masalah. Pajak atas makanan olahan dan minuman manis, insentif untuk produksi pangan masyarakat dan reformulasi produk makanan juga akan membantu mengatasi masalah ini.(fny/jpnn)