28.4 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Pedagang dan Pembeli Bisa Bersin atau Batuk, Gunakan Masker Biar Aman

PASAR merupakan salah satu
tempat yang menjadi klaster penyebaran Covid-19. Di Jakarta, 6,8 persen
penyebaran Covid-19 terjadi di pasar, namun tuntutan perekonomian membuat
aktivitas jual-beli dalam pasar harus tetap berjalan. Ketidakpatuhan dalam
menerapkan protokol kesehatan menjadi sumber penularan.

Policy Center Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) menerbitkan
kertas kerja Pedoman Independen Kesehatan untuk Pasar Umum. ILUNI UI juga
memberikan infografis seputar protokol kesehatan untuk pasar.

“Kalau sampai pasar ditutup, apalagi pasar induk wah itu akan menganggu
distribusi seluruh jaringan pasar di berbagai daerah ya. Pasar induk itu
memberikan dampak ekonomi bukan hanya di area pasar itu. Tapi mempengaruhi
operasional pasar di seluruh Indonesia. Di pasar induk terjadi perpindahan
barang dari seluruh Indonesia,” kata Konsultan Kedokteran Okupasi, Wakil Ketua
ILUNI MKK FKUI, Health Collaborative Center dr. Yitro Wilar, MKK dalam
konferensi pers virtual baru-baru ini.

Baca Juga :  Kesadaran Masyarakat Soal Kesehatan Mental Masih Kurang

“Makanya, protokol kesehatan harus ditaati. Gimana caranya operasional
pasar tetap berjalan dan stabilitas tetap berjalan kemudian tetap sehat dan
produktif. Maka wajib, harus menerapkan protokol kesehatan,” tambahnya.

Implementasi protokol kesehatan harus disesuaikan dengan jenis organisasi
masing-masing. Sehingga protokol kesehatan oleh pemerintah sebenarnya adalah
hal yang umum.

“Gunakan masker itu umum. Apakah masker kain, medis, yang menentukan
adalah, operasional,” kata dr. Yitro.

Pedagang dan Pembeli Bisa Bersin atau Batuk


Prinsip pencegahan transmisi untuk mencegah kontak langsung dan tak langsung
harus selalu dijaga. Edukasi harus dilakukan secara terus menerus kepada
pedagang dan pembeli di pasar.

“Manajemen risiko, kemungkinan terjadinya suatu infeksi dipengaruhi
probabilitas dan konsekuensi,” jelasnya.

Pedagang sayur dan bumbu dapur ada potensi juga mengalami batuk dan
bersin. Begitu juga pembeli saat masuk ke dalam pasar.

“Pedagang cabai dan bawang itu, saat buka cabai atau bawang merah pasti
bersin. Pembeli mau masuk pasar, pasti bersin dengan udara yang berbeda dari
luar. Maka pakai masker akan lebih aman,” tegasnya.

Baca Juga :  Bukan Vape, Kematian di AS Akibat Penyalahgunaan Cairan Ganja

“Pakai masker pun, penularan bisa saja terjadi. Hidung gatal atau pedas
lalu sentuh dengan tangan, tak pakai masker atau pakai masker bisa saja
berisiko,” paparnya.

Apalagi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kini mengumumkan ruangan dengan
sirkulasi buruk bisa saja membuat virus Korona melayang di udara berjam-jam.
Ruangan di pasar yang sempit dan penuh sesak orang bisa menjadi pemicu.

“Luas ruangan dan daerah padat pengunjung kemudian sistem ventilasi
jelek. Pasar pasti padat kalau kita tak bisa minimalisir pergerakan manusia di
dalam. Maka pemerintah daerah bisa modifikasi sirkulasi pasar,” katanya.

“Dan menyusun pengendalian risiko tinggi. Pedoman pencegagan, evaluasi
secara berkala, hingga mengecek ketersediaan kondisi fasilitas kebersihan untuk
sarana penunjang,” tandasnya.

PASAR merupakan salah satu
tempat yang menjadi klaster penyebaran Covid-19. Di Jakarta, 6,8 persen
penyebaran Covid-19 terjadi di pasar, namun tuntutan perekonomian membuat
aktivitas jual-beli dalam pasar harus tetap berjalan. Ketidakpatuhan dalam
menerapkan protokol kesehatan menjadi sumber penularan.

Policy Center Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) menerbitkan
kertas kerja Pedoman Independen Kesehatan untuk Pasar Umum. ILUNI UI juga
memberikan infografis seputar protokol kesehatan untuk pasar.

“Kalau sampai pasar ditutup, apalagi pasar induk wah itu akan menganggu
distribusi seluruh jaringan pasar di berbagai daerah ya. Pasar induk itu
memberikan dampak ekonomi bukan hanya di area pasar itu. Tapi mempengaruhi
operasional pasar di seluruh Indonesia. Di pasar induk terjadi perpindahan
barang dari seluruh Indonesia,” kata Konsultan Kedokteran Okupasi, Wakil Ketua
ILUNI MKK FKUI, Health Collaborative Center dr. Yitro Wilar, MKK dalam
konferensi pers virtual baru-baru ini.

Baca Juga :  Kesadaran Masyarakat Soal Kesehatan Mental Masih Kurang

“Makanya, protokol kesehatan harus ditaati. Gimana caranya operasional
pasar tetap berjalan dan stabilitas tetap berjalan kemudian tetap sehat dan
produktif. Maka wajib, harus menerapkan protokol kesehatan,” tambahnya.

Implementasi protokol kesehatan harus disesuaikan dengan jenis organisasi
masing-masing. Sehingga protokol kesehatan oleh pemerintah sebenarnya adalah
hal yang umum.

“Gunakan masker itu umum. Apakah masker kain, medis, yang menentukan
adalah, operasional,” kata dr. Yitro.

Pedagang dan Pembeli Bisa Bersin atau Batuk


Prinsip pencegahan transmisi untuk mencegah kontak langsung dan tak langsung
harus selalu dijaga. Edukasi harus dilakukan secara terus menerus kepada
pedagang dan pembeli di pasar.

“Manajemen risiko, kemungkinan terjadinya suatu infeksi dipengaruhi
probabilitas dan konsekuensi,” jelasnya.

Pedagang sayur dan bumbu dapur ada potensi juga mengalami batuk dan
bersin. Begitu juga pembeli saat masuk ke dalam pasar.

“Pedagang cabai dan bawang itu, saat buka cabai atau bawang merah pasti
bersin. Pembeli mau masuk pasar, pasti bersin dengan udara yang berbeda dari
luar. Maka pakai masker akan lebih aman,” tegasnya.

Baca Juga :  Bukan Vape, Kematian di AS Akibat Penyalahgunaan Cairan Ganja

“Pakai masker pun, penularan bisa saja terjadi. Hidung gatal atau pedas
lalu sentuh dengan tangan, tak pakai masker atau pakai masker bisa saja
berisiko,” paparnya.

Apalagi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kini mengumumkan ruangan dengan
sirkulasi buruk bisa saja membuat virus Korona melayang di udara berjam-jam.
Ruangan di pasar yang sempit dan penuh sesak orang bisa menjadi pemicu.

“Luas ruangan dan daerah padat pengunjung kemudian sistem ventilasi
jelek. Pasar pasti padat kalau kita tak bisa minimalisir pergerakan manusia di
dalam. Maka pemerintah daerah bisa modifikasi sirkulasi pasar,” katanya.

“Dan menyusun pengendalian risiko tinggi. Pedoman pencegagan, evaluasi
secara berkala, hingga mengecek ketersediaan kondisi fasilitas kebersihan untuk
sarana penunjang,” tandasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru