30.8 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Pasien Kanker Paru pun Takut Berdehem, Enggan Disangka Kena Covid-19

Para
penderita kanker paru mengalami masa-masa sulit di era pandemi saat ini. Mereka
sulit mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai untuk kontrol ke rumah
sakit. Sebab ternyata ada gejala kemiripan antara penderita kanker paru dengan
pasien Covid-19.

Para
ahli mengatakan bahwa jumlah penderita kanker paru-paru yang kontrol ke rumah
sakit untuk mendapatkan perawatan yang tepat telah menurun sejak awal pandemi.
Mereka percaya bahwa hubungan antara Covid-19 dan batuk mungkin telah mencegah
pasien kanker berobat.

Berdasarkan
statistik dari Cancer Research di Inggris, lebih dari itu, hampir tiga juta
orang telah melewatkan pemeriksaan kanker yang mendesak.

Dokter
umum, Dr. Neil Smith dari Cancer Research, mengatakan bahwa kurangnya rujukan
kanker saat ini menjadi masalah berat pada layanan kanker saat ini. “Hal
terbesar yang saya perhatikan selama virus Korona adalah semakin sedikit pasien
saya yang benar-benar datang untuk memberi tahu saya tentang tanda dan gejala
kanker. Mereka tampaknya enggan melakukannya,” kata Smith seperti dilansir dari
Science Times, Rabu (14/10).

Fakta
bahwa salah satu gejala Covud-19 adalah batuk. Smith menambahkan bahwa pedoman
Pelayanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris untuk pasien tinggal di rumah juga
mempengaruhi kunjungan. Serta berkurangnya akses ke tes diagnostik dan sinar-X
di beberapa wilayah, dan keengganan orang untuk pergi ke rumah sakit untuk
pemeriksaan.

Baca Juga :  Usia Muda pun Bisa Ablasio Retina, Bisa Bikin Buta Permanen

 

 

 

Gejalanya
Ada Kemiripan

NHS
mengidentifikasi batuk selama dua minggu atau tiga minggu, sesak napas
terus-menerus, kelelahan, dan kekurangan energi adalah gejala kanker paru-paru.
Kondisi ini juga mirip dengan gejala Covid-19. Tapi ada perbedaan antara kedua
penyakit tersebut, yang sulit untuk diidentifikasi.

Menurut
sebuah laporan dari The Guardian, gejala-gejala tersebut saat ini umumnya
dikaitkan dengan Covid-19, yang dapat menyebabkan pasien kanker paru tidak
mencari perawatan yang tepat karena takut akan prasangka masyarakat. Mereka
takut dicap terkena Covid-19.

Bahkan
orang sehat pun takut batuk atau berdehem karena orang lain mungkin mengira
dirinya terkena infeksi Covid-19. Kini orang semakin takut batuk di depan umum.
Sebab jika seseorang batuk atau menunjukkan gejala Covid-19, mereka diminta
untuk tinggal di rumah dan melakukan isolasi mandiri.

Para
ahli khawatir Covid-19 dapat memperburuk kasus pasien kanker paru-paru karena
mereka akhirnya menunda perawatan dan diagnosis. “Sangat penting bagi orang
yang dicurigai menderita kanker paru-paru untuk didiagnosis sedini mungkin agar
memiliki peluang lebih tinggi untuk pulih,” kata Kepala Dokter di Cancer
Research UK dan pemimpin kelompok di The Francis Crick Institute, Prof Charles
Swanton.

Baca Juga :  Covid-19 Varian India Menyebar, Masker Kain Tak Lagi Disarankan

Lalu
Apa Bedanya Batuk karena Covid-19 dengan Penyakit Lain?

Menurut
Science Alert, batuk adalah salah satu gejala Covid-19 yang paling menonjol,
bersamaan dengan demam, kelelahan, dan sesak napas. Tapi batuk pada pasien
Covid-19 yaitu kondisinya menjadi kering dan terus menerus karena virus
mengiritasi jaringan paru-paru. Kemudian pasien akan merasa kehabisan napas,
dan tubuh berjuang untuk mengatasinya karena kekurangan oksigen.

Batuk
kering tidak menghasilkan dahak tetapi mengeluarkan suara gonggongan atau
kasar. Ini mencegah udara memasuki paru-paru karena tidak membersihkan saluran
udara. Kondisi ini menyebabkan iritasi dan batuk hebat yang dapat merusak
saluran udara lebih jauh. Batuk yang berkepanjangan dan kuat dapat menyebabkan
patah tulang rusuk atau robekan otot. (*)

Para
penderita kanker paru mengalami masa-masa sulit di era pandemi saat ini. Mereka
sulit mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai untuk kontrol ke rumah
sakit. Sebab ternyata ada gejala kemiripan antara penderita kanker paru dengan
pasien Covid-19.

Para
ahli mengatakan bahwa jumlah penderita kanker paru-paru yang kontrol ke rumah
sakit untuk mendapatkan perawatan yang tepat telah menurun sejak awal pandemi.
Mereka percaya bahwa hubungan antara Covid-19 dan batuk mungkin telah mencegah
pasien kanker berobat.

Berdasarkan
statistik dari Cancer Research di Inggris, lebih dari itu, hampir tiga juta
orang telah melewatkan pemeriksaan kanker yang mendesak.

Dokter
umum, Dr. Neil Smith dari Cancer Research, mengatakan bahwa kurangnya rujukan
kanker saat ini menjadi masalah berat pada layanan kanker saat ini. “Hal
terbesar yang saya perhatikan selama virus Korona adalah semakin sedikit pasien
saya yang benar-benar datang untuk memberi tahu saya tentang tanda dan gejala
kanker. Mereka tampaknya enggan melakukannya,” kata Smith seperti dilansir dari
Science Times, Rabu (14/10).

Fakta
bahwa salah satu gejala Covud-19 adalah batuk. Smith menambahkan bahwa pedoman
Pelayanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris untuk pasien tinggal di rumah juga
mempengaruhi kunjungan. Serta berkurangnya akses ke tes diagnostik dan sinar-X
di beberapa wilayah, dan keengganan orang untuk pergi ke rumah sakit untuk
pemeriksaan.

Baca Juga :  Usia Muda pun Bisa Ablasio Retina, Bisa Bikin Buta Permanen

 

 

 

Gejalanya
Ada Kemiripan

NHS
mengidentifikasi batuk selama dua minggu atau tiga minggu, sesak napas
terus-menerus, kelelahan, dan kekurangan energi adalah gejala kanker paru-paru.
Kondisi ini juga mirip dengan gejala Covid-19. Tapi ada perbedaan antara kedua
penyakit tersebut, yang sulit untuk diidentifikasi.

Menurut
sebuah laporan dari The Guardian, gejala-gejala tersebut saat ini umumnya
dikaitkan dengan Covid-19, yang dapat menyebabkan pasien kanker paru tidak
mencari perawatan yang tepat karena takut akan prasangka masyarakat. Mereka
takut dicap terkena Covid-19.

Bahkan
orang sehat pun takut batuk atau berdehem karena orang lain mungkin mengira
dirinya terkena infeksi Covid-19. Kini orang semakin takut batuk di depan umum.
Sebab jika seseorang batuk atau menunjukkan gejala Covid-19, mereka diminta
untuk tinggal di rumah dan melakukan isolasi mandiri.

Para
ahli khawatir Covid-19 dapat memperburuk kasus pasien kanker paru-paru karena
mereka akhirnya menunda perawatan dan diagnosis. “Sangat penting bagi orang
yang dicurigai menderita kanker paru-paru untuk didiagnosis sedini mungkin agar
memiliki peluang lebih tinggi untuk pulih,” kata Kepala Dokter di Cancer
Research UK dan pemimpin kelompok di The Francis Crick Institute, Prof Charles
Swanton.

Baca Juga :  Covid-19 Varian India Menyebar, Masker Kain Tak Lagi Disarankan

Lalu
Apa Bedanya Batuk karena Covid-19 dengan Penyakit Lain?

Menurut
Science Alert, batuk adalah salah satu gejala Covid-19 yang paling menonjol,
bersamaan dengan demam, kelelahan, dan sesak napas. Tapi batuk pada pasien
Covid-19 yaitu kondisinya menjadi kering dan terus menerus karena virus
mengiritasi jaringan paru-paru. Kemudian pasien akan merasa kehabisan napas,
dan tubuh berjuang untuk mengatasinya karena kekurangan oksigen.

Batuk
kering tidak menghasilkan dahak tetapi mengeluarkan suara gonggongan atau
kasar. Ini mencegah udara memasuki paru-paru karena tidak membersihkan saluran
udara. Kondisi ini menyebabkan iritasi dan batuk hebat yang dapat merusak
saluran udara lebih jauh. Batuk yang berkepanjangan dan kuat dapat menyebabkan
patah tulang rusuk atau robekan otot. (*)

Terpopuler

Artikel Terbaru