27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

3 Pemicu Meluasnya Penularan Covid-19 Klaster Keluarga

Penularan
virus Korona saat ini sudah meluas di dalam keluarga. Beberapa anggota keluarga
bisa tertular virus dari anggota keluarga lainnya yang dibawa dari luar.

Analis
dan Penulis @pandemictalks, Firdza Radiany menjelaskan berbagai data resmi
salah satu klaster kelyuarga terbanyak terdapat di Bogor yakni 48 klaster
keluarga dan Bekasi 155 klaster keluarga.

Menurutnya,
klaster keluarga itu terjadi ketika salah satu anggota keluarga yang biasa
beraktivitas di luar rumah terkena atau terpapar virus lalu menularkan ke
anggota keluarga lainnya. Sehingga anggota keluarga tersebut seluruhnya terkena
Covid-19.

“Dalam
hal ini bisa saja anaknya. Kenapa klaster keluarga berbahaya? Menurut kami
karena setelah klaster kantor, subtransmisi ini akhirnya masuk ke keluarga, di
mana ini unit sosial terkecil keluarga,” katanya dalam diskusi di Graha BNPB
secara daring, Selasa (8/9).

Baca Juga :  Tidur Malam, Sebaiknya Pakai AC atau Tidak?

Paling
bahaya lagi, menurutnya adalah dengan budaya masyarakat Indonesia senang
bersilaturahmi atau berkunjung sesama rumah antarwarga. Kebiasaan ini
mempercepat penularan klaster antarrumah.

“Hal
ini diperburuk lagi karena beberapa warga menolak untuk tes swab, karena
stigma. Stigma dijauhi oleh keluarga, lingkungan dan lain-lain,” imbuhnya.

Dia
mencontoh aktivitas yang membuat klaster keluarga semakin masif. Kebiasaan ini
menjadi pemicu penularan klaster keluarga meluas.

1.
Anak-anak Dibiarkan Bermain

Keluarga
membiarkan anak-anak bermain bersama di dalam kompleks (tanpa protokol). Dalam
jurnal ilmiah, anak terbukti berperan sebagai pembawa virus.

2.
Warga Masih Sering Berkumpul

Warga
masih sering berkumpul sepeti silaturahmi, rapat keluarga, arisan, acara
keluarga, acara agama, acara musik atau bahkan main olahraga bersama seperti
pingpong dan badminton.

Baca Juga :  Ini Cara Menjaga Imunitas Anak di Tengah Pandemi Covid-19

3.
Sering Piknik atau Liburan

Warga
masih melakukan liburan atau piknik. Jadi saat kembali ke lingkungan sosialnya,
mereka tidak tahu bahwa mereka mungkin membawa virus.

Penularan
virus Korona saat ini sudah meluas di dalam keluarga. Beberapa anggota keluarga
bisa tertular virus dari anggota keluarga lainnya yang dibawa dari luar.

Analis
dan Penulis @pandemictalks, Firdza Radiany menjelaskan berbagai data resmi
salah satu klaster kelyuarga terbanyak terdapat di Bogor yakni 48 klaster
keluarga dan Bekasi 155 klaster keluarga.

Menurutnya,
klaster keluarga itu terjadi ketika salah satu anggota keluarga yang biasa
beraktivitas di luar rumah terkena atau terpapar virus lalu menularkan ke
anggota keluarga lainnya. Sehingga anggota keluarga tersebut seluruhnya terkena
Covid-19.

“Dalam
hal ini bisa saja anaknya. Kenapa klaster keluarga berbahaya? Menurut kami
karena setelah klaster kantor, subtransmisi ini akhirnya masuk ke keluarga, di
mana ini unit sosial terkecil keluarga,” katanya dalam diskusi di Graha BNPB
secara daring, Selasa (8/9).

Baca Juga :  Tidur Malam, Sebaiknya Pakai AC atau Tidak?

Paling
bahaya lagi, menurutnya adalah dengan budaya masyarakat Indonesia senang
bersilaturahmi atau berkunjung sesama rumah antarwarga. Kebiasaan ini
mempercepat penularan klaster antarrumah.

“Hal
ini diperburuk lagi karena beberapa warga menolak untuk tes swab, karena
stigma. Stigma dijauhi oleh keluarga, lingkungan dan lain-lain,” imbuhnya.

Dia
mencontoh aktivitas yang membuat klaster keluarga semakin masif. Kebiasaan ini
menjadi pemicu penularan klaster keluarga meluas.

1.
Anak-anak Dibiarkan Bermain

Keluarga
membiarkan anak-anak bermain bersama di dalam kompleks (tanpa protokol). Dalam
jurnal ilmiah, anak terbukti berperan sebagai pembawa virus.

2.
Warga Masih Sering Berkumpul

Warga
masih sering berkumpul sepeti silaturahmi, rapat keluarga, arisan, acara
keluarga, acara agama, acara musik atau bahkan main olahraga bersama seperti
pingpong dan badminton.

Baca Juga :  Ini Cara Menjaga Imunitas Anak di Tengah Pandemi Covid-19

3.
Sering Piknik atau Liburan

Warga
masih melakukan liburan atau piknik. Jadi saat kembali ke lingkungan sosialnya,
mereka tidak tahu bahwa mereka mungkin membawa virus.

Terpopuler

Artikel Terbaru