Setiap aktivitas upload di media sosial memiliki pengaruh langsung terhadap citra diri yang dibentuk di mata orang lain.Beberapa unggahan yang terlihat biasa saja sebenarnya bisa merusak citra diri jika terlalu sering atau tidak tepat konteksnya.
Citra diri di media sosial tercermin dari apa yang kita pilih untuk diupload, mulai dari foto, status, hingga komentar yang dibagikan.Kesadaran akan efek upload di media sosial penting agar citra diri tetap positif dan dipercaya oleh teman atau pengikut.
Dilansir dari geediting.com pada Rabu (12/11), bahwa ada sepuluh hal yang sering kita upload di media sosial tapi nyatanya merusak citra diri.
Curhat samar tentang orang yang menyakiti
Posting keluhan tanpa menyebut nama secara jelas sering kali menimbulkan tanda tanya di kalangan pengikut.Teman-teman akan berusaha menebak siapa yang dimaksud dan rekan kerja mulai khawatir bahwa mereka yang menjadi sasaran.
Orang yang kamu maksud biasanya sudah tahu bahwa dialah yang dimaksud dalam postingan tersebut.Kebiasaan ini membuat kamu terlihat lebih suka mencari perhatian daripada menyelesaikan masalah secara langsung dan dewasa.
Membagikan kehidupan anak secara detail
Foto dengan logo sekolah dan nama jalan atau rutinitas harian anak terlihat tidak berbahaya padahal sebenarnya berisiko.Kamu tidak bisa mengontrol kemana gambar itu akan tersebar atau bagaimana orang lain menafsirkannya di kemudian hari.
Tanyakan pada diri sendiri apakah anak kamu kelak akan nyaman dengan foto ini saat sudah remaja.Pertimbangkan juga apakah informasi yang dibagikan bisa mengungkap lokasi atau pola kegiatan yang membahayakan keamanan mereka.
Posting saat sedang emosional atau lelah
Konten yang dibuat larut malam setelah minum alkohol memiliki tingkat kepercayaan diri yang sangat khas.Keesokan harinya kamu akan menyesal karena apa yang diposting tidak mewakili diri yang sebenarnya.
Orang mungkin memaafkan satu kesalahan tapi pola posting yang ceroboh akan menjadi ciri khas negatif kamu.Sebaiknya tunggu dua belas jam sebelum mempublikasikan sesuatu yang ditulis dalam kondisi perasaan yang kuat.
Tangkapan layar percakapan pribadi
Membagikan screenshot pesan langsung atau obrolan pribadi mungkin terasa seperti pembuktian yang kuat atas suatu masalah.Namun tindakan ini justru memberitahu orang lain bahwa kamu mungkin akan melakukan hal serupa pada mereka.
Meskipun nama disamarkan hal ini tetap menunjukkan buruknya penilaian tentang menjaga kerahasiaan dan kepercayaan orang lain.Jika perlu mengatasi masalah yang menyakitkan lebih baik rangkum pelajarannya tanpa mengekspos identitas orang yang bersangkutan.
Komentar reaktif tentang berita yang belum dibaca tuntas
Semua orang cenderung membaca sekilas karena informasi di internet bergerak dengan sangat cepat sekali.Membagikan artikel dengan keterangan provokatif tanpa membaca isinya adalah cara cepat menyebarkan informasi yang keliru.
Perilaku ini juga memberi tahu orang-orang yang bijak bahwa kamu lebih menghargai sensasi daripada substansi yang benar.Luangkan waktu untuk membaca artikel secara menyeluruh dan periksa tanggalnya sebelum memutuskan untuk mengomentari atau membagikannya.
Pamer tersembunyi dan mencari pujian
Kalimat seperti tidak percaya dipilih lagi padahal hari ini sangat berantakan terdengar seperti merendah tapi sebenarnya memancing pujian.Orang-orang dapat melihat maksud di baliknya dan menilainya sebagai tanda ketidakamanan atau manipulasi untuk mendapat perhatian.
Rayakan pencapaian tanpa merendahkan diri sendiri dan jangan membuat orang lain harus bekerja keras untuk memberikan pujian.Bagikan kabar gembira dengan jelas disertai rasa syukur atau minta dukungan secara terus terang jika memang membutuhkannya.
Bertengkar di kolom komentar
Berdebat dengan orang asing di bawah postingan viral mungkin terasa seperti tindakan yang benar dan adil.Namun jarang sekali perdebatan semacam ini mengubah pikiran orang lain atau membawa hasil yang positif dan konstruktif.
Yang terjadi justru nama kamu akan dikaitkan dengan konflik sarkasme dan perilaku mencari kesalahan orang lain terus menerus.Tanyakan pada diri sendiri apakah orang ini berdebat dengan itikad baik sebelum memutuskan untuk terlibat dalam diskusi panjang.
Menyalin konten tanpa memberikan kredit
Screenshot resep grafik berisi tips atau paragraf dari penulis yang kamu sukai mudah diposting tapi mudah lupa memberi atribusi.Plagiarisme bukan hanya masalah hukum tetapi juga masalah karakter yang menunjukkan integritas seseorang dalam berkarya.
Orang yang menciptakan konten untuk mencari nafkah akan memperhatikan siapa yang memberi kredit dan siapa yang tidak.Kamu tidak kehilangan apa pun dengan memberikan pengakuan malah justru mendapatkan kepercayaan dari orang lain yang menghargai kejujuran.
Mengeluh tentang pekerja layanan untuk hal sepele
Kiriman terlambat atau kopi datang dingin mungkin terasa menyebalkan dan mengubahnya menjadi konten tampak menghibur bagi sebagian orang.Tapi menyebut nama dan mempermalukan seseorang yang bekerja dengan upah per jam bisa membuat kamu terlihat sangat berhak.
Semua orang membuat kesalahan di tempat kerja dan internet tidak menunjukkan konteks seperti shift sibuk atau karyawan baru.Simpan kritik publik untuk masalah keamanan atau pola berulang dari perusahaan bukan untuk kesalahan individual yang tidak disengaja.
Ucapan terima kasih yang mengungkap drama pribadi
Kalimat seperti suami akhirnya membantu cuci piring hari ini sangat bangga terdengar manis tapi sebenarnya memberitahu dunia bahwa kamu menyimpan dendam.Posting semacam ini meski dibungkus humor justru mengekspos masalah hubungan yang seharusnya diselesaikan secara pribadi saja.
Jika hubungan kamu memerlukan perubahan bicarakan secara langsung dengan pasangan bukan dijadikan bahan lelucon untuk konsumsi publik.Kamu bisa tetap lucu tanpa harus menjadikan seseorang sebagai bahan olok-olokan yang akhirnya melukai perasaan mereka tanpa disadari. (jpc)
