28.4 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Tempe Makanan Khas Indonesia Yang Mendunia

PROKALTENG.CO-Tempe,
makanan khas Indonesia yang terbuat dari hasil fermentasi biji kedelai
menggunakan ragi, sangat akrab dengan lidah masyarakat Indonesia sebagai
makanan yang menggoda murah meriah.

Makanan
ini relatif mudah ditemukan di berbagai wilayah Indonesia, khususnya Jawa,
dalam berbagai ragam panganan.

Misalnya
gorengan dan sayur dalam berbagai olahan, bahkan saat ini penggunaan tempe
sudah diinovasikan untuk sejumlah makanan modern.

Maka
di saat produsen tempe ngambek, mogok berproduksi akibat tiigginya harga
kedelai, banyak ibu rumah tangga pecandu tempe dibuat kelimpungan.

Begitu
istimewanya tempe bagi masyarakat Indonesia, sampai didaftarkan sebagai warisan
budaya dunia ke United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (Unesco) pada 2021, supaya tidak diklaim milik negara lain.

Sebelumnya,
tempe diterima sebagai warisan budaya nasional di Indonesia.

Ketua
Forum Tempe Indonesia, Made Astawan mengatakan apabila tempe masuk dalam
UNESCO, diyakini dapat menggairahkan masyarakat Indonesia, terutama kaum muda
yang kreatif dalam mengembangkan produk tempe beserta inovasinya.

Anak
muda pun tidak malu-malu lagi makan tempe, karena tempe diterima di dunia, dan
selalu dihidangkan di setiap sudut tempat seperti hotel, restoran. Bahkan
sekarang ini sudah kerap dijadikan menu makanan di dalam penerbangan, hingga
diekspor dan diterima oleh 20 negara seperti Jepang, Inggris, Amerika Serikat
dan beberapa negara Eropa.

Made
menambahkan, syarat untuk maju ke UNESCO cukup berat, salah satunya dokumen
harus lengkap. Namun dirinya yakin tempe Indonesia bisa diterima meski negara
lain ada juga yang mengajukan tempe.

“Kami
yakin Indonesia yang diterima, karena kami punya bukti yang kuat, ada di buku
serat chentini yang menunjukkan bahwa tempe sudah dikenal sejak abad
ke-16,” katanya.

Ke
depan, lanjutnya, masyarakat Indonesia harus mau mencoba dan belajar
memproduksi tempe dengan cara yang higienis agar mampu memenuhi standar
internasional dan dapat diterima pasar dunia.

Baca Juga :  Rekomendasi Menu Buka Puasa, Rasanya Manis, Asam, Pedas dan Gurih

Dosen
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya (UKWMS), Agustinus Ngadiman pernah mengatakan tempe sudah sangat layak
menjadi warisan budaya dunia karena keberadaannya di Indonesia punya bukti dan
sejarah panjang.

“Di
Jawa Tengah tempe selalu digunakan sebagai simbol sebuah tradisi, misalnya
tumpeng atau makanan untuk kenduri,” katanya.

Selain
Jawa Tengah, di Jawa Timur terutama daerah Matraman seperti Madiun, Ponorogo,
Pacitan dan Trenggalek juga masih kental dengan tradisi yang mengikutkan unsur
tempe.

Meski
hanya sekitar 30 persen bahan baku tempe atau kedelai dihasilkan petani dalam
negeri dan 70 persen diimpor, tapi tidak membedakan rasa tempe. Ngadiman
berharap pemerintah peduli terhadap warisan budaya ini, salah satunya
meningkatkan produksi kedelai lokal agar tidak tergantung dengan kedele
impor. 

Menurut
sejarahnya tempe merupakan bahan makanan yang muncul ketika masyarakat
Indonesia berada di zaman penjajahan, terutama di era tanam paksa.

Sejarawan juga
Budayawan Dr. Onghokham pernah menulis masyarakat Jawa pada era tanam paksa
penjajahan Belanda di abad ke-19, terpaksa mengonsumsi tempe yang tidak sengaja
mereka temukan sebagai penyelamat kesehatan penduduk, karena tempe yang terbuat
dari kedelai ini ternyata mengandung protein nabati yang tinggi.

Meski
diduga diciptakan secara tidak sengaja, namun penemuan yang dilakukan oleh
pihak yang tidak diketahui hingga saat ini, telah membawa pengaruh di dunia
kuliner nasional bahkan internasional.

Dalam
Encyclopedia van Nederlandsch Indie (1992), tempe disebut sebagai kue yang
terbuat dari kacang kedelai dan merupakan makanan rakyat (volk’s voedsel).

Proses
pembuatan tempe hingga saat ini masih berjalan dengan begitu tradisional,
dengan diinjak-injak oleh kaum laki-laki, dan dicuci di air yang mengalir. Maka
dari itu, banyak pabrik tahu atau juga tempe yang terletak di sekitar aliran
sungai.

Baca Juga :  Menu Kelapa Bakar, Jadi Sajian Unik di Palangka Raya

Proses
pembuatan ini begitu serupa dengan proses pembuatan anggur yang juga dilakukan
oleh kaum laki-laki. Hal yang membedakan hanyalah perkembangan pengolahannya di
hari ini.

Anggur
sudah diproduksi dengan cara yang modern dan melibatkan kecanggihan teknologi.

Meskipun
semula menjadi makanan rakyat di bawah masa kolonialisme, namun hari ini
keberadaan tempe telah diakui oleh berbagai kalangan dari belahan dunia lain.

Tempe
dengan kandungan proteinnya kerap kali dimanfaatkan oleh mereka pelaku hidup
vegan untuk menggantikan daging dalam menu makanan mereka.

Tempe
dikenal di masyarakat dengan jangkauan yang luas karena merupakan sumber
protein nabati yang murah.” kata pakar kuliner Sisca Soewitomo pada acara
“Arabian Night” di LaPiazza, Kelapa Gading, Jakarta, baru-baru ini.

Mereka
yang tidak menyukai olahan daging, mungkin melakoni pola makan vegetarian, bisa
menjadikan tempe sebagai pilihan konsumsi yang utama. Belum lagi bila harga
bahan makanan sumber protein hewani melambung, maka tempe bisa menjadi
alternatif terbaik.

“Apalagi
kadar protein tempe tergolong tinggi,” ujarnya.

Sisca
menegaskan, tempe merupakan bahan makanan yang mudah diolah. Banyak variasi
menu yang bisa dihasilkan dari tempe. Olahan sederhana adalah tempe goreng,
tempe mendoan, tempe bacem dan masih banyak lagi.

“Tempe
disukai karena mengandung banyak manfaat untuk tubuh, rasa gurihnya membuat
banyak orang menyukai tempe bisa disandingkan menu apa saja dan satu lagi
harganya murah. Hanya dengan Rp5.000 sudah bisa membawa pulang tempe untuk
dinikmati rame-rame bersama keluarga,” tutupnya. 

PROKALTENG.CO-Tempe,
makanan khas Indonesia yang terbuat dari hasil fermentasi biji kedelai
menggunakan ragi, sangat akrab dengan lidah masyarakat Indonesia sebagai
makanan yang menggoda murah meriah.

Makanan
ini relatif mudah ditemukan di berbagai wilayah Indonesia, khususnya Jawa,
dalam berbagai ragam panganan.

Misalnya
gorengan dan sayur dalam berbagai olahan, bahkan saat ini penggunaan tempe
sudah diinovasikan untuk sejumlah makanan modern.

Maka
di saat produsen tempe ngambek, mogok berproduksi akibat tiigginya harga
kedelai, banyak ibu rumah tangga pecandu tempe dibuat kelimpungan.

Begitu
istimewanya tempe bagi masyarakat Indonesia, sampai didaftarkan sebagai warisan
budaya dunia ke United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (Unesco) pada 2021, supaya tidak diklaim milik negara lain.

Sebelumnya,
tempe diterima sebagai warisan budaya nasional di Indonesia.

Ketua
Forum Tempe Indonesia, Made Astawan mengatakan apabila tempe masuk dalam
UNESCO, diyakini dapat menggairahkan masyarakat Indonesia, terutama kaum muda
yang kreatif dalam mengembangkan produk tempe beserta inovasinya.

Anak
muda pun tidak malu-malu lagi makan tempe, karena tempe diterima di dunia, dan
selalu dihidangkan di setiap sudut tempat seperti hotel, restoran. Bahkan
sekarang ini sudah kerap dijadikan menu makanan di dalam penerbangan, hingga
diekspor dan diterima oleh 20 negara seperti Jepang, Inggris, Amerika Serikat
dan beberapa negara Eropa.

Made
menambahkan, syarat untuk maju ke UNESCO cukup berat, salah satunya dokumen
harus lengkap. Namun dirinya yakin tempe Indonesia bisa diterima meski negara
lain ada juga yang mengajukan tempe.

“Kami
yakin Indonesia yang diterima, karena kami punya bukti yang kuat, ada di buku
serat chentini yang menunjukkan bahwa tempe sudah dikenal sejak abad
ke-16,” katanya.

Ke
depan, lanjutnya, masyarakat Indonesia harus mau mencoba dan belajar
memproduksi tempe dengan cara yang higienis agar mampu memenuhi standar
internasional dan dapat diterima pasar dunia.

Baca Juga :  Rekomendasi Menu Buka Puasa, Rasanya Manis, Asam, Pedas dan Gurih

Dosen
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya (UKWMS), Agustinus Ngadiman pernah mengatakan tempe sudah sangat layak
menjadi warisan budaya dunia karena keberadaannya di Indonesia punya bukti dan
sejarah panjang.

“Di
Jawa Tengah tempe selalu digunakan sebagai simbol sebuah tradisi, misalnya
tumpeng atau makanan untuk kenduri,” katanya.

Selain
Jawa Tengah, di Jawa Timur terutama daerah Matraman seperti Madiun, Ponorogo,
Pacitan dan Trenggalek juga masih kental dengan tradisi yang mengikutkan unsur
tempe.

Meski
hanya sekitar 30 persen bahan baku tempe atau kedelai dihasilkan petani dalam
negeri dan 70 persen diimpor, tapi tidak membedakan rasa tempe. Ngadiman
berharap pemerintah peduli terhadap warisan budaya ini, salah satunya
meningkatkan produksi kedelai lokal agar tidak tergantung dengan kedele
impor. 

Menurut
sejarahnya tempe merupakan bahan makanan yang muncul ketika masyarakat
Indonesia berada di zaman penjajahan, terutama di era tanam paksa.

Sejarawan juga
Budayawan Dr. Onghokham pernah menulis masyarakat Jawa pada era tanam paksa
penjajahan Belanda di abad ke-19, terpaksa mengonsumsi tempe yang tidak sengaja
mereka temukan sebagai penyelamat kesehatan penduduk, karena tempe yang terbuat
dari kedelai ini ternyata mengandung protein nabati yang tinggi.

Meski
diduga diciptakan secara tidak sengaja, namun penemuan yang dilakukan oleh
pihak yang tidak diketahui hingga saat ini, telah membawa pengaruh di dunia
kuliner nasional bahkan internasional.

Dalam
Encyclopedia van Nederlandsch Indie (1992), tempe disebut sebagai kue yang
terbuat dari kacang kedelai dan merupakan makanan rakyat (volk’s voedsel).

Proses
pembuatan tempe hingga saat ini masih berjalan dengan begitu tradisional,
dengan diinjak-injak oleh kaum laki-laki, dan dicuci di air yang mengalir. Maka
dari itu, banyak pabrik tahu atau juga tempe yang terletak di sekitar aliran
sungai.

Baca Juga :  Menu Kelapa Bakar, Jadi Sajian Unik di Palangka Raya

Proses
pembuatan ini begitu serupa dengan proses pembuatan anggur yang juga dilakukan
oleh kaum laki-laki. Hal yang membedakan hanyalah perkembangan pengolahannya di
hari ini.

Anggur
sudah diproduksi dengan cara yang modern dan melibatkan kecanggihan teknologi.

Meskipun
semula menjadi makanan rakyat di bawah masa kolonialisme, namun hari ini
keberadaan tempe telah diakui oleh berbagai kalangan dari belahan dunia lain.

Tempe
dengan kandungan proteinnya kerap kali dimanfaatkan oleh mereka pelaku hidup
vegan untuk menggantikan daging dalam menu makanan mereka.

Tempe
dikenal di masyarakat dengan jangkauan yang luas karena merupakan sumber
protein nabati yang murah.” kata pakar kuliner Sisca Soewitomo pada acara
“Arabian Night” di LaPiazza, Kelapa Gading, Jakarta, baru-baru ini.

Mereka
yang tidak menyukai olahan daging, mungkin melakoni pola makan vegetarian, bisa
menjadikan tempe sebagai pilihan konsumsi yang utama. Belum lagi bila harga
bahan makanan sumber protein hewani melambung, maka tempe bisa menjadi
alternatif terbaik.

“Apalagi
kadar protein tempe tergolong tinggi,” ujarnya.

Sisca
menegaskan, tempe merupakan bahan makanan yang mudah diolah. Banyak variasi
menu yang bisa dihasilkan dari tempe. Olahan sederhana adalah tempe goreng,
tempe mendoan, tempe bacem dan masih banyak lagi.

“Tempe
disukai karena mengandung banyak manfaat untuk tubuh, rasa gurihnya membuat
banyak orang menyukai tempe bisa disandingkan menu apa saja dan satu lagi
harganya murah. Hanya dengan Rp5.000 sudah bisa membawa pulang tempe untuk
dinikmati rame-rame bersama keluarga,” tutupnya. 

Terpopuler

Artikel Terbaru