26.6 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Latihan Superkeras Ala Pelatih Indonesia Bawa India Mencatat Sejarah

India membuat kejutan dalam Thailand Open 2019.
Mereka merebut satu gelar lewat pasangan ganda putra Satwiksairaj
Rankireddy/Chirag Shetty. Itu rekor. Untuk kali pertama sepanjang sejarah,
pasangan ganda India menjuarai turnamen level super 500 atau lebih.

Hebatnya lagi, gelar kemarin diraih setelah
mengalahkan juara dunia, Li Junhui/Liu Yuchen!

 

====================== 

 

YA, pasangan Tiongkok berjuluk Duo Menara
tersebut dihajar dalam rubber game yang berakhir 21-19, 18-21, 21-18. Padahal,
mereka bukan pemain unggulan. Itu juga final perdana mereka di super 500. Tidak
heran kalau pasangan muda tersebut sangat bahagia.

Setelah pukulan Rankireddy masuk, dia dan
Shetty langsung menjatuhkan diri ke lapangan. Diserbu sang pelatih, Dwi
Kristiawan. Mereka sampai lupa bersalaman dengan umpire.

Shetty tidak percaya bisa mengalahkan juara
dunia. Dia menyatakan bahwa pertahanan lawan sangat bagus. Namun, sebagai
underdog, mereka tampil lepas tanpa beban. ’’Ini final pertama kami. Lawan kami
adalah juara dunia. Mereka sudah biasa tampil dalam final,’’ tutur Shetty
kepada Indian Today.

Baca Juga :  Aji Mundur, Persela Incar Jacksen

“Tapi, waktu masuk lapangan, kami cukup
santai. Tidak tertekan,’’ ucapnya.

Perjalanan pasangan tersebut memang tidak
begitu mulus. Dalam fase kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020, mereka justru
kehilangan pelatih Tan Kim Her para Maret lalu. Padahal, pelatih asal Malaysia
itu dikontrak sampai seusai Olimpiade.

Sebagai ganti, masuklah dua pelatih asal
Indonesia. Yakni, Flandy Limpele dan Namrih Suroto. Dwi juga masuk dalam timnas
India.

Rankireddy dan Shetty menyatakan, metode
pelatihan ala Indonesia sangat keras. Fisik mereka dipoles habis-habisan.
’’Sesi latihan kami lebih panjang dan intens dari semua yang pernah kami
alami,’’ ungkap Rankireddy kepada ESPN. ’’Kami lebih banyak lari, lebih banyak
memukul (shuttlecock). Sebulan pertama, kami punya sesi lari dua atau tiga kali
sepekan,’’ tambahnya.

Baca Juga :  Klub Desak Kepastian Kompetisi agar Segera Diputuskan

Mereka tidak pernah berlatih sekeras itu
sebelumnya. “Kami lebih banyak latihan di lapangan saja. Sekarang kami
harus melakukan sprint 400 meter selama 45 menit,’’ curhat Shetty.

Flandy, cerita dia, juga sangat disiplin. Sulit
diajak kompromi. Dengan pelatih sebelumnya, dia atau Rankireddy bisa saja
mengeluh sakit dan diizinkan istirahat. Kini, dengan Flandy, mereka tidak lagi
bisa seenaknya bolos. ’’Sekarang, kalau sakit, kami tetap disuruh lari sampai
kram dan jatuh-jatuh di lapangan,’’ paparnya.

 

Namun, kini mereka tidak mengeluh lagi. Segala
kerja keras di bawah asuhan Flandy, Namrih, dan Dwi telah terbayar lunas. Fisik
mereka telah meningkat pesat sehingga tak takut lagi bermain dalam tiga game.
’’Di perempat final Jumat lalu, kami main selama sejam, tapi tidak capek-capek
amat,’’ ujarnya riang.(JPC/JPNN)

India membuat kejutan dalam Thailand Open 2019.
Mereka merebut satu gelar lewat pasangan ganda putra Satwiksairaj
Rankireddy/Chirag Shetty. Itu rekor. Untuk kali pertama sepanjang sejarah,
pasangan ganda India menjuarai turnamen level super 500 atau lebih.

Hebatnya lagi, gelar kemarin diraih setelah
mengalahkan juara dunia, Li Junhui/Liu Yuchen!

 

====================== 

 

YA, pasangan Tiongkok berjuluk Duo Menara
tersebut dihajar dalam rubber game yang berakhir 21-19, 18-21, 21-18. Padahal,
mereka bukan pemain unggulan. Itu juga final perdana mereka di super 500. Tidak
heran kalau pasangan muda tersebut sangat bahagia.

Setelah pukulan Rankireddy masuk, dia dan
Shetty langsung menjatuhkan diri ke lapangan. Diserbu sang pelatih, Dwi
Kristiawan. Mereka sampai lupa bersalaman dengan umpire.

Shetty tidak percaya bisa mengalahkan juara
dunia. Dia menyatakan bahwa pertahanan lawan sangat bagus. Namun, sebagai
underdog, mereka tampil lepas tanpa beban. ’’Ini final pertama kami. Lawan kami
adalah juara dunia. Mereka sudah biasa tampil dalam final,’’ tutur Shetty
kepada Indian Today.

Baca Juga :  Aji Mundur, Persela Incar Jacksen

“Tapi, waktu masuk lapangan, kami cukup
santai. Tidak tertekan,’’ ucapnya.

Perjalanan pasangan tersebut memang tidak
begitu mulus. Dalam fase kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020, mereka justru
kehilangan pelatih Tan Kim Her para Maret lalu. Padahal, pelatih asal Malaysia
itu dikontrak sampai seusai Olimpiade.

Sebagai ganti, masuklah dua pelatih asal
Indonesia. Yakni, Flandy Limpele dan Namrih Suroto. Dwi juga masuk dalam timnas
India.

Rankireddy dan Shetty menyatakan, metode
pelatihan ala Indonesia sangat keras. Fisik mereka dipoles habis-habisan.
’’Sesi latihan kami lebih panjang dan intens dari semua yang pernah kami
alami,’’ ungkap Rankireddy kepada ESPN. ’’Kami lebih banyak lari, lebih banyak
memukul (shuttlecock). Sebulan pertama, kami punya sesi lari dua atau tiga kali
sepekan,’’ tambahnya.

Baca Juga :  Klub Desak Kepastian Kompetisi agar Segera Diputuskan

Mereka tidak pernah berlatih sekeras itu
sebelumnya. “Kami lebih banyak latihan di lapangan saja. Sekarang kami
harus melakukan sprint 400 meter selama 45 menit,’’ curhat Shetty.

Flandy, cerita dia, juga sangat disiplin. Sulit
diajak kompromi. Dengan pelatih sebelumnya, dia atau Rankireddy bisa saja
mengeluh sakit dan diizinkan istirahat. Kini, dengan Flandy, mereka tidak lagi
bisa seenaknya bolos. ’’Sekarang, kalau sakit, kami tetap disuruh lari sampai
kram dan jatuh-jatuh di lapangan,’’ paparnya.

 

Namun, kini mereka tidak mengeluh lagi. Segala
kerja keras di bawah asuhan Flandy, Namrih, dan Dwi telah terbayar lunas. Fisik
mereka telah meningkat pesat sehingga tak takut lagi bermain dalam tiga game.
’’Di perempat final Jumat lalu, kami main selama sejam, tapi tidak capek-capek
amat,’’ ujarnya riang.(JPC/JPNN)

Terpopuler

Artikel Terbaru