27.1 C
Jakarta
Thursday, April 10, 2025

“Di Sini Ya Hanya Telkomsel yang Lancar “

Jaringan
telekomunikasi memiliki peran vital penggerak ekonomi di pelosok-pelosok daerah.
Apalagi, daerah itu memiliki potensi yang bisa memberi efek positif bagi perekonomian
dan kesejahteraan masyarakat. Bagaimana peran Telkomsel? Berikut tulisannya.


AGUS PRAMONO, Pulang
Pisau


“HALO Bang, saya sudah
masuk wilayah Pulang Pisau,” ucap saya (Penulis) ketika memberi kabar teman
saya yang tinggal di pusat Kota Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng).

“Oke, nanti sebelum masuk
Desa Basarang, ada pertigaan jalan beraspal, belok kanan. Ikuti aspal saja,” jawabnya.

Saya meneruskan
perjalanan. Jam di layar handphone (HP) menunjukkan pukul 09.23 WIB. 21
kilometer dari pusat Kota Pulang Pisau, saya menjumpai pertigaan. Persis di
pertigaan yang dimaksud, saya berhenti dan turun dari sepeda motor. Saya pun ingin
memastikan apakah benar itu jalan masuk menuju Desa Belanti Siam. Saya bertanya
ke perempuan paruh baya yang duduk sambil memangku balita laki-laki di warung
gorengan.

“Bu, jalan ke Belanti
Siam ke sana ya,” tanya saya sambil menunjuk jalan beraspal lurus itu. Perempuan
itu beranjak berdiri, melangkahkan kaki mendekati aspal, lalu menjawab tanpa
ragu. “Lurus ikuti aspal saja,” jawabnya sambil memicingkan mata lantaran silau
oleh pancaran sinar matahari.

Saya pun melanjutkan
perjalanan. Agar perjalanan lebih nikmat, saya pun memasang pengeras suara di
telinga. Membuka aplikasi musik. Putar. Dengarkan. Lalu, tancap gas.

Perjalanan ke pelosok
Pulang Pisau ini memakan waktu 90 menit. Katanya. Kebun karet, kelapa sawit berdiri
di sisi kanan dan kiri. Daunnya melambai-lambai ditiup angin. Pemandangan
berubah Ketika memasuki desa yang sudah masuk wilayah Kecamatan Maliku. Hamparan
sawah begitu memanjakan mata. Padi sudah mulai menguning. Sebentar lagi bisa panen.
Kecamatan Maliku juga termasuk daerah penghasil beras. Ada 1.557 hektare lahan
produktif.

Saya pun berhenti
sejenak. Mematikan aplikasi musik yang sepanjang perjalanan terus terdengar
tanpa ada gangguan sama sekali. Saya mengabadikan hamparan sawah itu. Saya juga
menghubungi istri, melalui panggilan video. Memamerkan hamparan sawah itu. Yang
menurut istri saya mirip persawahan di kampung halamannya, Martapura.

Saya menunjukkan aktivitas
para petani sedang mengusir burung-burung kecil yang berusaha mencuri
bulir-bulir padi. 15 menit saya tersambung dengan istri saya melalui panggilan
video. Lancar sekali. Gambar dan suara jelas. Hal ini juga menjadi bukti jika
pernyataan Manager Branch Telkomsel Palangka Raya Jefri ES Kamudi, beberapa
hari sebelumnya tidak hanya asal bicara.

 â€œUntuk wilayah lumbung pangan di Kalteng,
terutama di Maliku, Dadahub, dan Pandih Batu, jaringannya Telkomsel sudah 3G
dan 4G,” ucapnya ketika itu di ruang tamu Grapari Telkomsel Palangka Raya.

Baca Juga :  Bank Mandiri Kucurkan Kredit Mencapai Rp1.272,07 Triliun hingga Kuartal II 2023

Di musim pandemi
Covid-19 seperti saat ini, tentu komunikasi melalui sambungan telepon sangat
berarti. Mengurangi intensitas tatap muka. Mengurangi risiko penyebaran Covid-19.

Untuk diketahui, jumlah
Base Transceiver Station (BTS) Telkomsel di Kalteng saat ini ada sebanyak 3.700
BTS. Sumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), per 8 Maret 2018, ada 1.569
desa/kelurahan di Kalteng. Jika diambil rata-rata, ada 2,3 BTS setiap
desa/kelurahan.

BTS itu, menurut Jefri,
menjangkau wilayah pelosok. Jaringan 3G dan 4G sudah hadir. Komitmen Telkomsel
untuk menjangkau desa-desa di pelosok tak main-main. Terutama di desa yang memiliki
potensi yang mendukung roda perekonomian masyarakat. Saat ini, Telkomsel juga
sedang fokus membangun jaringan di Desa Jaya Makmur, Kecamatan Katingan Kuala,
Kabupaten Katingan. Desa itu juga menjadi lumbung pangan di kabupaten yang
dipimpin oleh Sakariyas, sebagai bupati.

Desa Jaya Makmur dan
desa lain di Kecamatan Katingan Kuala merupakan daerah penghasil beras. Selain
itu, ada Kecamatan Mendawai. Dalam setahun bisa panen hingga dua sampai tiga
kali. Satu hektare sawah bisa menghasilkan minimal empat ton padi.

“Saat ini kami sedang
membangun jaringan di Desa Jaya Makmur. Itu (Membangun jaringan, red) semata-mata
untuk membantu ruang gerak petani dalam mendapatkan informasi dan memperlancar
perekonomian masyarakat,” tegasnya.

Saya akhirnya
melanjutkan perjalanan. Setengah jam perjalanan, gapura selamat datang di
Kecamatan Pandih Batu terlihat jelas. Meski catnya sudah ada yang memudar. Pemandangan
serupa terlihat sepanjang perjalanan menuju Desa Belanti Siam. Kanan kiri padi.
Beberapa petak sawah sudah mulai dipanen dengan cara modern. Yakni dengan mesin
pemanen padi.

Akhirnya sampai juga di
Desa Belanti Siam. Sesuai petunjuk speedometer, jarak dari pusat Kota Pulang
pisau  ke Desa Belanti Siam, jaraknya 62
kilometer. Saya langsung berhenti di depan rumah Kepala Desa Belanti Siam, Amin
Arifin. Kebetulan sedang nongkrong. Bersama tiga orang. Di bawah pohon rindang.
Di samping kiri rumahnya.

Desa ini dulunya
berwajahkan hutan belantara. Tahun 1983, ratusan bahkan ribuan orang dari Pulau
Jawa bertransmigrasi. Membabat hutan. Membuat petak-petak sawah. Perjuangan
berat yang dilakukan membuahkan hasil. Saat ini, di desa yang berpenduduk 2.484
jiwa ini sudah menjadikan hutan menjadi persawahan seluas 1.687 hektare. 563
hektare lahan sisanya masih belum produktif. Untuk Kecamatan Pandih Batu keseluruhan,
ada 6.943 hektare sawah yang tersebar di 16 desa.

Padi yang diolah
menjadi beras, memiliki merk dagang beras Belanti Siam. Sudah dipasarkan di 14
kabupaten/kota se-Kalteng dan beberapa daerah di Kalimantan Selatan (Kalsel).
Di Desa Belanti Siam, jenis padi unggulan ada Hibrida Supadi. “Satu hektare
bisa menghasilkan enam sampai 10 ton padi. Di sini berasnya enak. Tak kalah
dengan daerah lain, meski jenis padinya sama,” ujar Kepala Desa Belanti Siam,
Amin Arifin, diamini oleh tiga orang itu, yang salah satunya ternyata pembeli
beras yang datang dari Parenggean, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).

Baca Juga :  Dirut PLN Suarakan Kolaborasi Global Wujudkan Transisi Energi

Dengan merendah, Amin
menyebut, kemajuan Desa Belanti Siam ini berkat keuletan warganya. Tidak kenal
menyerah. Puluhan tahun merintis penuh peluh. Sabar hidup dalam serba
kekurangan. Tanpa listrik. Tanpa jaringan telekomunikasi. Tak banyak informasi
yang bisa diserap ketika itu. Kini, dengan masuknya jaringan listrik dan
jaringan telekomunikasi, sangat membantu perekonomian warga. Terutama dalam
membantu memasarkan hasil pertanian, hasil perkebunan, dan peternakan, yang
menjadi penyangga ketahanan pangan.

Saya pun bertanya,
kartu telepon seluler apa yang dipakai warga di sini untuk berkomunikasi? “Di
sini ya hanya Telkomsel yang lancar. Sudah 10 tahun lebih. Dari mulai musim HP poliponik,
sampai saat ini musim HP yang bisa video call,” ungkapnya.

“Saya juga kalau mau
pesan beras, ya tinggal telepon saja,” timpal pembeli beras itu.

Untuk diketahui, 9 Juli
2020 lalu, Presiden Joko Widodo meninjau lokasi yang dijadikan lumbung pangan
nasional atau food estate. Selain Desa Belanti Siam, lokasi lain yang ditinjau
adalah Desa Bentuk Jaya, Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas. Jokowi, sapaan
akrab Joko Widodo didampingi Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, dan Menteri
Pertanian, M Syahrul Yasin Limpo, dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, Basuki Hadimuljono.

Mereka mengecek lahan
eks pengembangan lahan gambut yang nantinya akan “disulap” menjadi lahan
produktif. Lahan yang ke depan bisa mendukung ketahanan pangan nasional. Di
Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas, ada 2.466 hektare lahan yang akan
dikembangkan. Sedangkan untuk seluruh Kabupaten Kapuas, ada 5.840 hektare lahan
yang sudah fungsional dari 20.000 hektare lahan di 12 kecamatan. Sisanya, akan
digarap menjadi lahan produktif.

Jokowi berharap
cadangan pangan bisa dikelola dengan baik. Jika nanti kekurangan pangan, bisa
disediakan dari Kalteng. Jokowi menunjuk Menteri Pertahanan Prabowo Subianto
sebagai penanggung jawab untuk pembangunan food estate 178 ribu hektare di
Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaen Kapuas.

Manager Branch
Telkomsel Palangka Raya Jefri ES Kamudi menegaskan kembali, Telkomsel akan
mendukung pemerintah dalam membangun dan menjalankan proyek-proyek strategis.
Terutama, proyek strategis food estate di Kalteng.

“Kami selalu all
out
dalam mendukung proyek-proyek strategis pemerintah. Salah satunya food
estate,” tegasnya.(*)

Jaringan
telekomunikasi memiliki peran vital penggerak ekonomi di pelosok-pelosok daerah.
Apalagi, daerah itu memiliki potensi yang bisa memberi efek positif bagi perekonomian
dan kesejahteraan masyarakat. Bagaimana peran Telkomsel? Berikut tulisannya.


AGUS PRAMONO, Pulang
Pisau


“HALO Bang, saya sudah
masuk wilayah Pulang Pisau,” ucap saya (Penulis) ketika memberi kabar teman
saya yang tinggal di pusat Kota Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng).

“Oke, nanti sebelum masuk
Desa Basarang, ada pertigaan jalan beraspal, belok kanan. Ikuti aspal saja,” jawabnya.

Saya meneruskan
perjalanan. Jam di layar handphone (HP) menunjukkan pukul 09.23 WIB. 21
kilometer dari pusat Kota Pulang Pisau, saya menjumpai pertigaan. Persis di
pertigaan yang dimaksud, saya berhenti dan turun dari sepeda motor. Saya pun ingin
memastikan apakah benar itu jalan masuk menuju Desa Belanti Siam. Saya bertanya
ke perempuan paruh baya yang duduk sambil memangku balita laki-laki di warung
gorengan.

“Bu, jalan ke Belanti
Siam ke sana ya,” tanya saya sambil menunjuk jalan beraspal lurus itu. Perempuan
itu beranjak berdiri, melangkahkan kaki mendekati aspal, lalu menjawab tanpa
ragu. “Lurus ikuti aspal saja,” jawabnya sambil memicingkan mata lantaran silau
oleh pancaran sinar matahari.

Saya pun melanjutkan
perjalanan. Agar perjalanan lebih nikmat, saya pun memasang pengeras suara di
telinga. Membuka aplikasi musik. Putar. Dengarkan. Lalu, tancap gas.

Perjalanan ke pelosok
Pulang Pisau ini memakan waktu 90 menit. Katanya. Kebun karet, kelapa sawit berdiri
di sisi kanan dan kiri. Daunnya melambai-lambai ditiup angin. Pemandangan
berubah Ketika memasuki desa yang sudah masuk wilayah Kecamatan Maliku. Hamparan
sawah begitu memanjakan mata. Padi sudah mulai menguning. Sebentar lagi bisa panen.
Kecamatan Maliku juga termasuk daerah penghasil beras. Ada 1.557 hektare lahan
produktif.

Saya pun berhenti
sejenak. Mematikan aplikasi musik yang sepanjang perjalanan terus terdengar
tanpa ada gangguan sama sekali. Saya mengabadikan hamparan sawah itu. Saya juga
menghubungi istri, melalui panggilan video. Memamerkan hamparan sawah itu. Yang
menurut istri saya mirip persawahan di kampung halamannya, Martapura.

Saya menunjukkan aktivitas
para petani sedang mengusir burung-burung kecil yang berusaha mencuri
bulir-bulir padi. 15 menit saya tersambung dengan istri saya melalui panggilan
video. Lancar sekali. Gambar dan suara jelas. Hal ini juga menjadi bukti jika
pernyataan Manager Branch Telkomsel Palangka Raya Jefri ES Kamudi, beberapa
hari sebelumnya tidak hanya asal bicara.

 â€œUntuk wilayah lumbung pangan di Kalteng,
terutama di Maliku, Dadahub, dan Pandih Batu, jaringannya Telkomsel sudah 3G
dan 4G,” ucapnya ketika itu di ruang tamu Grapari Telkomsel Palangka Raya.

Baca Juga :  Bank Mandiri Kucurkan Kredit Mencapai Rp1.272,07 Triliun hingga Kuartal II 2023

Di musim pandemi
Covid-19 seperti saat ini, tentu komunikasi melalui sambungan telepon sangat
berarti. Mengurangi intensitas tatap muka. Mengurangi risiko penyebaran Covid-19.

Untuk diketahui, jumlah
Base Transceiver Station (BTS) Telkomsel di Kalteng saat ini ada sebanyak 3.700
BTS. Sumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), per 8 Maret 2018, ada 1.569
desa/kelurahan di Kalteng. Jika diambil rata-rata, ada 2,3 BTS setiap
desa/kelurahan.

BTS itu, menurut Jefri,
menjangkau wilayah pelosok. Jaringan 3G dan 4G sudah hadir. Komitmen Telkomsel
untuk menjangkau desa-desa di pelosok tak main-main. Terutama di desa yang memiliki
potensi yang mendukung roda perekonomian masyarakat. Saat ini, Telkomsel juga
sedang fokus membangun jaringan di Desa Jaya Makmur, Kecamatan Katingan Kuala,
Kabupaten Katingan. Desa itu juga menjadi lumbung pangan di kabupaten yang
dipimpin oleh Sakariyas, sebagai bupati.

Desa Jaya Makmur dan
desa lain di Kecamatan Katingan Kuala merupakan daerah penghasil beras. Selain
itu, ada Kecamatan Mendawai. Dalam setahun bisa panen hingga dua sampai tiga
kali. Satu hektare sawah bisa menghasilkan minimal empat ton padi.

“Saat ini kami sedang
membangun jaringan di Desa Jaya Makmur. Itu (Membangun jaringan, red) semata-mata
untuk membantu ruang gerak petani dalam mendapatkan informasi dan memperlancar
perekonomian masyarakat,” tegasnya.

Saya akhirnya
melanjutkan perjalanan. Setengah jam perjalanan, gapura selamat datang di
Kecamatan Pandih Batu terlihat jelas. Meski catnya sudah ada yang memudar. Pemandangan
serupa terlihat sepanjang perjalanan menuju Desa Belanti Siam. Kanan kiri padi.
Beberapa petak sawah sudah mulai dipanen dengan cara modern. Yakni dengan mesin
pemanen padi.

Akhirnya sampai juga di
Desa Belanti Siam. Sesuai petunjuk speedometer, jarak dari pusat Kota Pulang
pisau  ke Desa Belanti Siam, jaraknya 62
kilometer. Saya langsung berhenti di depan rumah Kepala Desa Belanti Siam, Amin
Arifin. Kebetulan sedang nongkrong. Bersama tiga orang. Di bawah pohon rindang.
Di samping kiri rumahnya.

Desa ini dulunya
berwajahkan hutan belantara. Tahun 1983, ratusan bahkan ribuan orang dari Pulau
Jawa bertransmigrasi. Membabat hutan. Membuat petak-petak sawah. Perjuangan
berat yang dilakukan membuahkan hasil. Saat ini, di desa yang berpenduduk 2.484
jiwa ini sudah menjadikan hutan menjadi persawahan seluas 1.687 hektare. 563
hektare lahan sisanya masih belum produktif. Untuk Kecamatan Pandih Batu keseluruhan,
ada 6.943 hektare sawah yang tersebar di 16 desa.

Padi yang diolah
menjadi beras, memiliki merk dagang beras Belanti Siam. Sudah dipasarkan di 14
kabupaten/kota se-Kalteng dan beberapa daerah di Kalimantan Selatan (Kalsel).
Di Desa Belanti Siam, jenis padi unggulan ada Hibrida Supadi. “Satu hektare
bisa menghasilkan enam sampai 10 ton padi. Di sini berasnya enak. Tak kalah
dengan daerah lain, meski jenis padinya sama,” ujar Kepala Desa Belanti Siam,
Amin Arifin, diamini oleh tiga orang itu, yang salah satunya ternyata pembeli
beras yang datang dari Parenggean, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).

Baca Juga :  Dirut PLN Suarakan Kolaborasi Global Wujudkan Transisi Energi

Dengan merendah, Amin
menyebut, kemajuan Desa Belanti Siam ini berkat keuletan warganya. Tidak kenal
menyerah. Puluhan tahun merintis penuh peluh. Sabar hidup dalam serba
kekurangan. Tanpa listrik. Tanpa jaringan telekomunikasi. Tak banyak informasi
yang bisa diserap ketika itu. Kini, dengan masuknya jaringan listrik dan
jaringan telekomunikasi, sangat membantu perekonomian warga. Terutama dalam
membantu memasarkan hasil pertanian, hasil perkebunan, dan peternakan, yang
menjadi penyangga ketahanan pangan.

Saya pun bertanya,
kartu telepon seluler apa yang dipakai warga di sini untuk berkomunikasi? “Di
sini ya hanya Telkomsel yang lancar. Sudah 10 tahun lebih. Dari mulai musim HP poliponik,
sampai saat ini musim HP yang bisa video call,” ungkapnya.

“Saya juga kalau mau
pesan beras, ya tinggal telepon saja,” timpal pembeli beras itu.

Untuk diketahui, 9 Juli
2020 lalu, Presiden Joko Widodo meninjau lokasi yang dijadikan lumbung pangan
nasional atau food estate. Selain Desa Belanti Siam, lokasi lain yang ditinjau
adalah Desa Bentuk Jaya, Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas. Jokowi, sapaan
akrab Joko Widodo didampingi Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, dan Menteri
Pertanian, M Syahrul Yasin Limpo, dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, Basuki Hadimuljono.

Mereka mengecek lahan
eks pengembangan lahan gambut yang nantinya akan “disulap” menjadi lahan
produktif. Lahan yang ke depan bisa mendukung ketahanan pangan nasional. Di
Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas, ada 2.466 hektare lahan yang akan
dikembangkan. Sedangkan untuk seluruh Kabupaten Kapuas, ada 5.840 hektare lahan
yang sudah fungsional dari 20.000 hektare lahan di 12 kecamatan. Sisanya, akan
digarap menjadi lahan produktif.

Jokowi berharap
cadangan pangan bisa dikelola dengan baik. Jika nanti kekurangan pangan, bisa
disediakan dari Kalteng. Jokowi menunjuk Menteri Pertahanan Prabowo Subianto
sebagai penanggung jawab untuk pembangunan food estate 178 ribu hektare di
Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaen Kapuas.

Manager Branch
Telkomsel Palangka Raya Jefri ES Kamudi menegaskan kembali, Telkomsel akan
mendukung pemerintah dalam membangun dan menjalankan proyek-proyek strategis.
Terutama, proyek strategis food estate di Kalteng.

“Kami selalu all
out
dalam mendukung proyek-proyek strategis pemerintah. Salah satunya food
estate,” tegasnya.(*)

Terpopuler

Artikel Terbaru