27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

BI Pertahankan Suku Bunga di Level 4,5 Persen

BANK Indonesia (BI) belum ada rencana untuk kembali menurunkan suku
bunga acuan. Hasil Rapat Dewan Gubernur BI pada 18-19 diputuskan tetap
mempertahankan suku bunga acuan pada level 4,5 persen.

Demikian juga dengan suku bunga
deposit facility dan lending facility masih tetap sama, yakni pada 2,75 persen
dan 5,25 persen. “Keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas
nilai tukar di tengah ketidakpastian global,” ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo,
kemarin (19/5).

Sebetulnya, lanjut Perry, ada
ruang untuk terjadi penurunan suku bunga. Namun karena mempertimbangkan
kebijakan eksternal di tengah pandemi corona atau Covid-19 akhirnya
dipertahankan di posisi 4,5 persen. “Meskipun Bank Indonesia ada ruang
penurunan suku bunga karena melihat rendahnya inflasi untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi,” katanya.

Sampai saat ini, BI terus
berupaya melakukan sejumlah kebijakan guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi
dengan berkoordinasi pihak terkait, termasuk pemerintah dan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) di tengah wabah corona. Dengan harapan, stabilitas makroekonomi
dan sistem keuangan tetap terjaga sehingga ekonomi nasional tak melemah.

Baca Juga :  New Normal, Pasar Tradisional Dapat Anggaran

Sejauh ini, dalam mengani
Covid-19, pemerintah telah menggelontorkan sejumlah stimulus fiskal dan
stimulus ekonomi untuk meringankan beban masyarakat dan perusahaan dari dampak
virus corona serta menjaga tetap kondusifnya berbagai aktivitas perekonomian.
OJK sendiri telah melakukan langkah-langkah untuk menjaga kesehatan perbankan,
lembaga keuangan non-bank, dan pasar modal.

“Koordinasi, dan monitor terus
masih kami lakukan untuk memonitor dinamika penyebaran Covid-19 dan dampatknya
terhadap Indonesia. Kami, pemerintah, BI, maupun OJK komitmen untuk menjaga
stabilitas makroeonomi dan sistem keuangan, serta mempertahankan momentum
pertumbuhan ekonomi,” paparnya.

Terpisah, ekonom dari Institute
for Development of Economics and Finance (INDEF) Ariyo Irhamna mengatakan, saat
ini posisi bunga acuan masih terbilang tinggi. Ini karena mengingat situasi
seperti ini. “Suku bunga acuan di level 4,5 persen masih terlalu tinggi
mengingat sekarang dalam kondisi krisis. Seharusnya, BI mengurangi suku bunga
acuan. Sehingga sektor riil dapat tertolong,” katanya kepada Fajar Indonesia
Network (FIN), kemarin (19/5).

Baca Juga :  Regulasi Tiket Pesawat Murah Bakal Dihapus

Divisi makroekonomi Lembaga
Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Indonesia atau LPEM FEB UI sebelumnya menyarankan kepada BI untuk menahan suku
bunga acuan. “Menimbang segala tren positif yang terjadi belakangan, kami
melihat BI sebaiknya menahan suku bunga kebijakan di 4,5 bulan ini,” kata
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky.

Berdasarkan konsensus Bloomberg,
11 ekonom memprediksi bank sentral akan memangkas BI 7 Day Reverse Rate dari
4,5 persen menjadi 4,25 persen, dan 4 ekonom yang memprediksi BI mempertahankan
suku bunga acuan.

BANK Indonesia (BI) belum ada rencana untuk kembali menurunkan suku
bunga acuan. Hasil Rapat Dewan Gubernur BI pada 18-19 diputuskan tetap
mempertahankan suku bunga acuan pada level 4,5 persen.

Demikian juga dengan suku bunga
deposit facility dan lending facility masih tetap sama, yakni pada 2,75 persen
dan 5,25 persen. “Keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas
nilai tukar di tengah ketidakpastian global,” ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo,
kemarin (19/5).

Sebetulnya, lanjut Perry, ada
ruang untuk terjadi penurunan suku bunga. Namun karena mempertimbangkan
kebijakan eksternal di tengah pandemi corona atau Covid-19 akhirnya
dipertahankan di posisi 4,5 persen. “Meskipun Bank Indonesia ada ruang
penurunan suku bunga karena melihat rendahnya inflasi untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi,” katanya.

Sampai saat ini, BI terus
berupaya melakukan sejumlah kebijakan guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi
dengan berkoordinasi pihak terkait, termasuk pemerintah dan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) di tengah wabah corona. Dengan harapan, stabilitas makroekonomi
dan sistem keuangan tetap terjaga sehingga ekonomi nasional tak melemah.

Baca Juga :  New Normal, Pasar Tradisional Dapat Anggaran

Sejauh ini, dalam mengani
Covid-19, pemerintah telah menggelontorkan sejumlah stimulus fiskal dan
stimulus ekonomi untuk meringankan beban masyarakat dan perusahaan dari dampak
virus corona serta menjaga tetap kondusifnya berbagai aktivitas perekonomian.
OJK sendiri telah melakukan langkah-langkah untuk menjaga kesehatan perbankan,
lembaga keuangan non-bank, dan pasar modal.

“Koordinasi, dan monitor terus
masih kami lakukan untuk memonitor dinamika penyebaran Covid-19 dan dampatknya
terhadap Indonesia. Kami, pemerintah, BI, maupun OJK komitmen untuk menjaga
stabilitas makroeonomi dan sistem keuangan, serta mempertahankan momentum
pertumbuhan ekonomi,” paparnya.

Terpisah, ekonom dari Institute
for Development of Economics and Finance (INDEF) Ariyo Irhamna mengatakan, saat
ini posisi bunga acuan masih terbilang tinggi. Ini karena mengingat situasi
seperti ini. “Suku bunga acuan di level 4,5 persen masih terlalu tinggi
mengingat sekarang dalam kondisi krisis. Seharusnya, BI mengurangi suku bunga
acuan. Sehingga sektor riil dapat tertolong,” katanya kepada Fajar Indonesia
Network (FIN), kemarin (19/5).

Baca Juga :  Regulasi Tiket Pesawat Murah Bakal Dihapus

Divisi makroekonomi Lembaga
Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Indonesia atau LPEM FEB UI sebelumnya menyarankan kepada BI untuk menahan suku
bunga acuan. “Menimbang segala tren positif yang terjadi belakangan, kami
melihat BI sebaiknya menahan suku bunga kebijakan di 4,5 bulan ini,” kata
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky.

Berdasarkan konsensus Bloomberg,
11 ekonom memprediksi bank sentral akan memangkas BI 7 Day Reverse Rate dari
4,5 persen menjadi 4,25 persen, dan 4 ekonom yang memprediksi BI mempertahankan
suku bunga acuan.

Terpopuler

Artikel Terbaru