PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Tragedi meninggalnya seorang driver ojek online (ojol) akibat ditabrak aparat kepolisian dengan mobil, saat aksi demonstrasi di Jakarta menuai respon keras dari berbagai kalangan.
Salah satunya datang dari Muhammad Nasir. Anggota Kaderisasi PMII Cabang Kota Palangka Raya ini menyampaikan sikap tegas mengutuk segala bentuk kekerasan aparat terhadap rakyat.
Menurut Nasir, peristiwa tersebut bukanlah insiden biasa, melainkan tragedi kemanusiaan yang memperlihatkan wajah represif negara dalam merespon aspirasi rakyat.
Baginya, kejadian itu menunjukkan bahwa aparat yang seharusnya melindungi dan mengayomi masyarakat justru berubah menjadi ancaman nyata bagi keselamatan warga sipil.
“Tidak ada alasan apapun yang bisa membenarkan tindakan brutal, apalagi sampai merenggut nyawa rakyat kecil yang sedang memperjuangkan haknya. Ini bukan hanya soal hukum, tapi juga soal nurani dan kemanusiaan,” tegas Nasir dalam keterangan resminya, Jumat (29/8).
Ia menambahkan, setiap warga negara dijamin oleh konstitusi untuk menyampaikan pendapat di muka umum. Namun, hak itu seolah menjadi ilusi ketika aparat lebih mengedepankan tindakan represif dibandingkan pendekatan humanis.
“Negara seharusnya hadir untuk rakyat, bukan malah menakut-nakuti dan menindas. Bila aparat dibiarkan terus bertindak brutal, maka yang hancur adalah kepercayaan rakyat terhadap negara,” ujarnya.
Dalam rilis sikap yang ia sampaikan, Nasir menuntut agar Kapolri segera bertindak tegas dengan mengusut tuntas kasus tersebut. Ia menekankan pentingnya proses hukum yang transparan terhadap pelaku penabrakan.
“Jangan ada lagi upaya melindungi aparat bersalah dengan dalih kedinasan. Pelaku harus segera ditangkap dan diadili seterang-terangnya,” kata Nasir.
Selain itu, ia juga mendesak evaluasi menyeluruh terhadap tubuh kepolisian agar tragedi serupa tidak kembali terjadi. Menurutnya, aparat harus dibekali dengan perspektif hak asasi manusia serta standar operasional prosedur yang berorientasi pada perlindungan rakyat, bukan sebaliknya.
“Selama ini kekerasan aparat selalu berulang. Hari ini driver ojol, besok bisa jadi siapa saja. Kalau pola represif ini dibiarkan, rakyat akan selalu menjadi korban. Evaluasi mendalam mutlak diperlukan,” tegasnya.
Tragedi yang menewaskan driver ojol ini telah memicu gelombang duka dan kemarahan di berbagai kalangan. Rekan-rekan sesama ojol dan masyarakat luas menilai kejadian tersebut sebagai bukti bahwa negara gagal melindungi rakyat kecil. Banyak pihak mendesak agar kasus ini tidak berakhir dengan impunitas seperti banyak kasus kekerasan aparat sebelumnya.
Sebagai penutup, Muhammad Nasir menyerukan agar seluruh elemen masyarakat sipil bersatu mengawal proses hukum tragedi ini. Ia meyakini bahwa suara publik adalah kunci untuk memastikan keadilan benar-benar ditegakkan.
“Kita tidak boleh diam. Darah rakyat sudah tumpah, dan kita wajib terus bersuara sampai keadilan ditegakkan,” tandasnya.
Dengan sikap tegasnya, Nasir berharap tragedi ini bisa menjadi momentum koreksi besar bagi kepolisian dan pemerintah, agar fungsi negara benar-benar kembali pada esensinya: melindungi, mengayomi, dan melayani rakyat.(hfz)
