26.3 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Fenomena Bediding Tak Berdampak di Kalteng, Ini Penjelasan BMKG

PROKALTENG.CO, PROKALTENG.CO – Beredarnya pesan di grup-grup WhatsApps terkait penomena Bediding, mendapat tanggapan dari BMKG Stasion Palangka Raya. Bediding merupakan suhu dingin yang hampir setiap musim kemarau terjadi dan itu hampir setiap tahun terjadi di Pulau Jawa atau bagian Selatan Indonesia.

"Untuk bediding biasa terjadi di Pulau Jawa atau bagian selatan indonesia. Di daerah Jawa setiap musim kemarau hampir pasti terjadi, dikarenakan posisi matahari saat ini yang berada di Belahan Bumi Utara (BBU). Sehingga wilayah selatan (pulau jawa dan sekitarnya) yang posisinya lebih jauh berpengaruh. Dan ditambah lagi saat ini sedang terjadi monsun Australia (pergerakan angin dari australia menuju asia)," kata Prakirawan BMKG Palangka Raya Renianata, Kamis (15/7).

Dia mengatakan, mengenai aphelion yang berdampak pada suhu udara saat malam. Sebab, posisi Matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari bumi (aphelion). 

Baca Juga :  Jangan Euforia dengan Penurunan Kasus Covid-19

"Namun, kondisi tersebut tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer permukaan. Aphelion merupakan fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran Juli," ucapnya.

Sementara itu, pada waktu yang sama, secara umum wilayah Indonesia berada pada periode musim kemarau. Hal ini menyebabkan seolah aphelion memiliki dampak yang ekstrem terhadap penurunan suhu di Indonesia. 

"Fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi pada bulan-bulan puncak musim kemarau, yakni Juli-September. Saat ini wilayah Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara Timur menuju periode puncak musim kemarau. Periode ini ditandai pergerakan angin dari arah timur, yang berasal dari Benua Australia, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia, menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia," ujarnya.

Baca Juga :  TNI Turut Mengamankan Pemilihan BPD

Dijelaskannya lagi, Angin Monsun Australia memiliki suhu permukaan laut relatif lebih dingin, sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin. Selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari.

"Untuk Kalteng penomena ini tidak begitu dirasakan. Bisa dikatakan, Kalteng aman," pungkasnya.

PROKALTENG.CO, PROKALTENG.CO – Beredarnya pesan di grup-grup WhatsApps terkait penomena Bediding, mendapat tanggapan dari BMKG Stasion Palangka Raya. Bediding merupakan suhu dingin yang hampir setiap musim kemarau terjadi dan itu hampir setiap tahun terjadi di Pulau Jawa atau bagian Selatan Indonesia.

"Untuk bediding biasa terjadi di Pulau Jawa atau bagian selatan indonesia. Di daerah Jawa setiap musim kemarau hampir pasti terjadi, dikarenakan posisi matahari saat ini yang berada di Belahan Bumi Utara (BBU). Sehingga wilayah selatan (pulau jawa dan sekitarnya) yang posisinya lebih jauh berpengaruh. Dan ditambah lagi saat ini sedang terjadi monsun Australia (pergerakan angin dari australia menuju asia)," kata Prakirawan BMKG Palangka Raya Renianata, Kamis (15/7).

Dia mengatakan, mengenai aphelion yang berdampak pada suhu udara saat malam. Sebab, posisi Matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari bumi (aphelion). 

Baca Juga :  Jangan Euforia dengan Penurunan Kasus Covid-19

"Namun, kondisi tersebut tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer permukaan. Aphelion merupakan fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran Juli," ucapnya.

Sementara itu, pada waktu yang sama, secara umum wilayah Indonesia berada pada periode musim kemarau. Hal ini menyebabkan seolah aphelion memiliki dampak yang ekstrem terhadap penurunan suhu di Indonesia. 

"Fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi pada bulan-bulan puncak musim kemarau, yakni Juli-September. Saat ini wilayah Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara Timur menuju periode puncak musim kemarau. Periode ini ditandai pergerakan angin dari arah timur, yang berasal dari Benua Australia, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia, menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia," ujarnya.

Baca Juga :  TNI Turut Mengamankan Pemilihan BPD

Dijelaskannya lagi, Angin Monsun Australia memiliki suhu permukaan laut relatif lebih dingin, sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin. Selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari.

"Untuk Kalteng penomena ini tidak begitu dirasakan. Bisa dikatakan, Kalteng aman," pungkasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru