Ustaz Awad Ahmad Seff MA, dari Martapura. Menyampaikan khotbahnya dihadapan jamaah Salat Idul Fitri 2025 yang memadati Kompleks Stadion Panunjung Tarung, Kuala Kapuas. (FOTO : IST)
Ustaz Awad : Hawa Nafsu Mengaburkan Hati Dalam Melihat Cahaya Kebenaran
PROKALTENG.CO– Salat Idul Fitri 1 syawal 1446 hijriah, yang diselenggarakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kapuas dan Pimpinan Cabang Muhamamadiyah (PCM) Selat, digelar di Kompleks Stadion Panunjung Tarung Kuala Kapuas, Senin (31/3/2025) pagi.
Dalam momen di hari kemenangan tersebut. Juga diikuti jajaran pengurus PDM Kapuas beserta Organisasi Otonom(Ortom) Muhammadiyah, keluarga besar Muhammadyah, simpatisan serta sejumlah kaum muslimin dan muslimat.
Dalam khotbahnya. Ustaz Awad Ahmad Seff MA, dari Martapura menyampaikan. Dalam Islam, hawa nafsu dalam bahasa Arab lebih dekat dengan makna hawa bukan Siti Hawa, tetapi adalah kecenderungan batin yang menarik manusia pada sesuatu. Hawa berarti dorongan yang menggerakkan hati, baik menuju kebaikan maupun keburukan.
Allah menciptakan hawa nafsu bukan tanpa tujuan. Ia adalah bahan bakar kehidupan tanpanya, manusia tidak akan makan, minum, atau berusaha memiliki keturunan. Hawa nafsu-lah yang membuat manusia mencintai harta dan bekerja keras untuknya. Ia memberi daya hidup,”kata Ustaz Awad Ahmad Seff.
Akan tetapi urai Ustaz Awad Ahmad Seff. Hawa nafsu juga memiliki sisi yang lain. Yaitu dia akan menguasai akal, hati, dan seluruh panca indra manusia, untuk mengikutinya, dan mengaburkan akal dan hati dalam melihat cahaya kebenaran.
Dalam khotbahnya Idul Fitri 1 syawal 1446 H, dengan tema “ Ramadan Berlalu, Menjadi Pribadi yang Baru dan Terlepas dari Tipu Daya Hawa Nafsu, “. Ustaz Awad Ahmad Seff mengatakan. Ibnu Taimiyyah pernah mengatakan. Bahwa hawa nafsu bergerak dalam dua ranah, syahwat dan syubhat.
Dikatakannya. Fitnah syubhat jauh lebih berbahaya daripada fitnah syahwat. Syahwat adalah godaan duniawi yang membuai, sedangkan syubhat (keadaan samar tetang kehalalan atau keharaman sesuatu) adalah kabut yang mengaburkan kebenaran dan menyesatkan hati dari jalan yang lurus.
Dalam Shahih Bukhari, diceritakan bagaimana Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wasallam memperingatkan tentang dampak hawa nafsu terhadap amanah dan kejujuran.
Hakikat Berpuasa adalah pola latihan pengendalian diri. Jika manusia belajar pengendalaian diri, maka dia tidak bisa diperbudak manusia lain, karena dia sudah terbebas dari perbudakan hawa nafsunya sendiri.
“Maka dari itu, kita berhari raya hari ini, yang kita rayakan adalah terbebasnya kita dari belenggu hawa nafsu yang dulu menguasai kita .Kita bukan lagi hamba keinginan, bukan lagi budak syahwat. Kita telah belajar mengendalikan diri, dan dengan itu, kita benar-benar Merdeka,”jelasnya.
Ustaz Awad Ahmad Seff menuturkan. Sejak dahulu, syubhat, kehalalan satelah menjelma dalam berbagai rupa. Salah satu bentuknya yang paling licik adalah gratifikasi yang disamarkan sebagai hadiah bernuansa religius.
Lebih jauh, praktik suap dan politik uang kian menggerogoti jiwa umat, menghancurkan moral dan membutakan nurani. Perlahan, masyarakat pun sampai pada kesimpulan pahit: segala sesuatu bermuara pada uang. Integritas terkikis, moralitas terabaikan, dan intelektualitas terpinggirkan.
Mari kita memohon kepada Allah, agar meneguhkan langkah kita di atas kebenaran dan menjauhkan dari tipu daya dunia,” ajak Ustaz Awad. (ind).