Site icon Prokalteng

Takut Beraktivitas di Sungai, Warga Luwuk Bunter Dukung Gelar Ritual

takut-beraktivitas-di-sungai-warga-luwuk-bunter-dukung-gelar-ritual

SAMPIT – Penemuan jenazah Joel penuh dengan luka di paha dan tangan
yang diduga karena diserang buaya, Rabu (18/9) lalu, menimbulkan keresahan di
Desa Luwuk Bunter, Kecamatan Cempaga. Warga sekitar kampung bayi 20 bulan itu,
takut menjadi korban berikutnya dari serangan buaya. Karena ketakutan, ada
warga yang terpaksa berhenti bekerja ke seberang Sungai Cempaga.

Salah satu tokoh masyarakat, Idel
(74) menyebutkan, saat penemuan mayat Joel pekan lalu, sempat membuat masyarakat
sekitarnya takut untuk bekerja. “Warga ini kan bekerja di seberang sungai. Bahkan
warga ini sering melihat kemunculan buaya. Kondisinya pun tidak bisa ditebak.
Warga resah dan takut akan kondisi seperti ini. Satu minggu setelah kejadian
tersebut, ada beberapa orang yang meninggal. Tapi tidak karena buaya, tapi meninggal karena sakit.
Makanya kami bersama warga lainnya akan mengadakan ritual untuk membersihkan
kampung kami dari marabahaya ini,” ungkap Idel kepada Kalteng Pos, Rabu (25/9)
lalu.

Dijelaskannya, serangan buaya yang
menewaskan Joel yang baru berumur 20 bulan itu merupakan tanda. Apakah karena
faktor alam atau ada hal lain lagi. Hal ini yang menjadi misteri bagi warga kampung
sekitar Sungai Cempaga. “Semakin hebohnya, mandi di sungai pun sudah tidak
dilakukan warga. Jika mandi pun tentu harus lebih hati-hati lagi. Sebab buaya
ini muncul mirip seperti kayu dan agak coklat. Ini yang membuat warga bingung
jadinya,” akuinya.

Salah satu warga yang mogok kerja,
Andi mengatakan, dirinya mogok kerja karena takut diserang buaya. “Saya kan
kerja di seberang Desa Luwuk Bunter ini menggunakan perahu kecil. Apalagi saya
pernah melihat buaya ini dengan ukuran 2 sampai 4 meter. Ini yang membuat saya
takut. Buaya ini kan bisa menghantam menggunakan ekornya,” ungkapnya kepada
Kalteng Pos, Selasa (24/9) lalu.

Untuk mengurangi rasa takut
sekitar Desa Luwuk Bunter, warga setempat sangat mendukung diadakan ritual
pemanggilan buaya yang akan dilakukan pawang. “Ini sangat penting. Sebab sampai
saat ini warga sangat takut sekaligus khawatir akan kemunculan buaya. Buaya ini
kan makhluk kanibal, bisa hidup di dua alam. Bisa di air dan tanah. Ini yang
membuat kami khawatir. Apalagi kondisi desa kami ini dekat Sungai Cempaga,”
akuinya.

Keresahan ini jangan sampai
berlarut-larut, bahkan dalam waktu dekat ini penggalangan dana juga akan
dilakukan untuk menyiapkan kegiatan mampapas lewu dan membersihkan kampung dari
serangan buaya. “Sebab warga saat ini masih takut untuk beraktivitas dan mandi
di Sungai Cempaga,” katanya. (rif/ens/ctk/nto)

Exit mobile version