Video penganiayaan yang diduga terjadi di Tarakan, Kalimantan
Utara (Kaltara) viral di media sosial (medsos). Seorang anak perempuan menjadi
korban penganiayaan seorang perempuan berbaju oranye yang lokasi dan kapan
kejadiannya belum diketahui pasti.
Dalam video
berdurasi 30 detik itu, terlihat keduanya sedang membicarakan sesuatu yang
menjadi pemicu kemarahan perempuan berbaju oranye. Selang beberapa detik,
perempuan berbaju oranye yang diduga usianya lebih tua dari korban, melayangkan
tamparan ke pipi kiri korban.
Tak berselang
lama, korban yang mengenakan baju hitam bermotif, celana training yang juga
berwarna hitam, serta hijab hitam, ditendang. Perempuan berbaju oranye dan
memakai hijab hitam, itu pun kembali melanjutkan aksinya dengan memukul dan
menendang berkali-kali.
Aksi tersebut
direkam oleh rekan-rekannya menggunakan smartphone, tanpa berusaha melerai.
Bahkan, sempat terdengar ucapan di video tersebut yang menantang korban untuk
melaporkan penganiayaan itu.
Kejadian itu
pun menjadi perhatian dari Wali Kota Tarakan Khairul. Menurutnya, kejadian itu
perlu menjadi perhatian semua pihak, terutama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
dalam rangka membentuk karakter anak bangsa.
“Memang kita
juga harus melihat akar masalah. Karena kadang-kadang karakter anak didik ini
bisa dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan
sekolah,†ujar Khairul dikutip dari Harian Rakyat Kaltara (Jawa Pos Group),
Rabu (15/5).
Khairul
meminta kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tarakan untuk mencari tahu kebenaran
video tersebut dan melakukan investigasi apabila terjadi di Tarakan.
“Apalagi
anak-anak masih kecil-kecil begitu, tentu ada yang dia contoh. Mudah-mudahan,
harapan saya tidak di Tarakan. Tapi kalau di Tarakan, saya kira dinas-dinas
terkait, terutama Dinas Pendidikan harus menindaklanjuti, melakukan
investigasi,†ujarnya.
Ditegaskannya,
hal seperti itu tidak boleh dibiarkan. Karena pendidikan karakter menjadi
bagian penting dari pendidikan bangsa Indonesia. “Kita jadi problem adalah
masalah karakter bangsa. Kalau kita punya anak-anak begitu, ya tentu harus
diberikan perhatian serius. Mulai dari bimbingan, dan sebagainya. Tapi kalau
dia terus-menerus, ya saya kira harus ada tindakan-tindakan-lah,†ujarnya.
Jika kejadian
itu dilakukan oleh pelajar, dia pun meminta pihak sekolah memanggil orangtua
siswa. Karena bagaimanapun, kata Khairul, orangtua punya tanggung jawab moral
terhadap anaknya.
“Kita miris
melihat peristiwa-peristiwa seperti itu. Kekerasan anak-anak kita begitu, tapi
sekali lagi biasanya mereka mencontoh. Bisa dari lingkungan tempat tinggal,
bisa juga di sekolah. Sehingga memang itu tentu harus menjadi perhatian kita,â€
ujarnya.(jpc)