31.7 C
Jakarta
Saturday, December 20, 2025

Pemprov Dukung Sekolah Lapang Iklim, Dorong Literasi Cuaca untuk Ketahanan Pangan

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO — Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Tengah (Kalteng) mendukung terhadap pelaksanaan Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tematik 2025 yang digelar di Aula Bapperida Provinsi Kalteng, Senin (27/10/2025).

Kegiatan ini mengangkat tema “Informasi Cuaca dan Iklim: Kunci Swasembada Pangan dan Tangguh Bencana” dan merupakan hasil kolaborasi antara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Anggota Komisi V DPR RI, Muhammad Syauqie.

Gubernur Kalteng Agustiar Sabran, melalui Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Kalteng, Herson B. Aden, menyampaikan bahwa pemerintah daerah menilai kegiatan ini memiliki peran strategis dalam meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai dinamika cuaca dan iklim.

“Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, khususnya Bapak Gubernur, sangat mengapresiasi kegiatan Sekolah Lapang Iklim Tematik ini karena memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang bagaimana memahami kondisi cuaca dan iklim yang terjadi di wilayah kita,” ucap Herson.

Menurutnya, peningkatan literasi iklim menjadi kebutuhan mendesak, terutama bagi sektor yang bergantung pada kondisi alam seperti pertanian dan perikanan. Pemprov mendorong agar ke depan jumlah peserta dapat diperluas sehingga manfaatnya menjangkau lebih banyak kelompok masyarakat.

Baca Juga :  MUI Harus Senantiasa Eksis di Masyarakat

“Kami berharap peserta kegiatan ini ke depan bisa lebih banyak, tidak hanya 60 orang. Dengan demikian, semakin banyak pelaku usaha di bidang pertanian dan perikanan yang lebih peka terhadap dinamika iklim di Kalimantan Tengah seperti potensi kebakaran hutan, banjir, maupun kekeringan,” tambahnya.

Ia menegaskan, kemampuan membaca situasi iklim akan membantu masyarakat dalam melakukan antisipasi dan mitigasi risiko bencana yang semakin sering terjadi akibat perubahan iklim.

Electronic money exchangers listing

“Pengetahuan iklim yang baik akan membuat kita lebih siap menghadapi potensi bencana. Terima kasih kepada BMKG serta Anggota Komisi V DPR RI Muhammad Syauqie yang telah memfasilitasi kegiatan penting ini,” lanjutnya.

Sementara itu, Kepala BMKG Kalteng, Agung Sudiono Abadi, menilai SLI Tematik menjadi wadah pembelajaran bersama untuk memperkuat ketahanan pangan melalui pemahaman ilmiah terhadap fenomena iklim.

Baca Juga :  Pelabuhan Perikanan Bukan Hanya Tempat Sandar, Tapi Pusat Peningkatan Kapasitas Nelayan

“Sekolah Lapang Iklim ini menjadi wadah interaksi dan edukasi iklim bagi masyarakat, khususnya petani, agar mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim ekstrem,” tuturnya.

BMKG, kata Agung, berkomitmen memperkuat kolaborasi lintas sektor untuk memastikan informasi iklim dapat dipahami dan dimanfaatkan secara praktis oleh masyarakat.

“Kami berharap para peserta dapat memanfaatkan ilmu yang didapat, termasuk dalam penggunaan aplikasi dan alat-alat pengamatan iklim, agar dapat membaca data dan tanda-tanda alam secara tepat. Dengan begitu, keputusan di sektor pertanian dan pangan dapat lebih bijak dan produktif,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya penyelarasan antara kearifan lokal dengan pengetahuan ilmiah modern.

“Jika kita mampu memahami tanda-tanda alam dengan benar, kita bisa meminimalkan dampak bencana dan meningkatkan hasil pertanian secara berkelanjutan,” ungkapnya.(hfz)

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO — Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Tengah (Kalteng) mendukung terhadap pelaksanaan Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tematik 2025 yang digelar di Aula Bapperida Provinsi Kalteng, Senin (27/10/2025).

Kegiatan ini mengangkat tema “Informasi Cuaca dan Iklim: Kunci Swasembada Pangan dan Tangguh Bencana” dan merupakan hasil kolaborasi antara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Anggota Komisi V DPR RI, Muhammad Syauqie.

Gubernur Kalteng Agustiar Sabran, melalui Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Kalteng, Herson B. Aden, menyampaikan bahwa pemerintah daerah menilai kegiatan ini memiliki peran strategis dalam meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai dinamika cuaca dan iklim.

Electronic money exchangers listing

“Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, khususnya Bapak Gubernur, sangat mengapresiasi kegiatan Sekolah Lapang Iklim Tematik ini karena memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang bagaimana memahami kondisi cuaca dan iklim yang terjadi di wilayah kita,” ucap Herson.

Menurutnya, peningkatan literasi iklim menjadi kebutuhan mendesak, terutama bagi sektor yang bergantung pada kondisi alam seperti pertanian dan perikanan. Pemprov mendorong agar ke depan jumlah peserta dapat diperluas sehingga manfaatnya menjangkau lebih banyak kelompok masyarakat.

Baca Juga :  MUI Harus Senantiasa Eksis di Masyarakat

“Kami berharap peserta kegiatan ini ke depan bisa lebih banyak, tidak hanya 60 orang. Dengan demikian, semakin banyak pelaku usaha di bidang pertanian dan perikanan yang lebih peka terhadap dinamika iklim di Kalimantan Tengah seperti potensi kebakaran hutan, banjir, maupun kekeringan,” tambahnya.

Ia menegaskan, kemampuan membaca situasi iklim akan membantu masyarakat dalam melakukan antisipasi dan mitigasi risiko bencana yang semakin sering terjadi akibat perubahan iklim.

“Pengetahuan iklim yang baik akan membuat kita lebih siap menghadapi potensi bencana. Terima kasih kepada BMKG serta Anggota Komisi V DPR RI Muhammad Syauqie yang telah memfasilitasi kegiatan penting ini,” lanjutnya.

Sementara itu, Kepala BMKG Kalteng, Agung Sudiono Abadi, menilai SLI Tematik menjadi wadah pembelajaran bersama untuk memperkuat ketahanan pangan melalui pemahaman ilmiah terhadap fenomena iklim.

Baca Juga :  Pelabuhan Perikanan Bukan Hanya Tempat Sandar, Tapi Pusat Peningkatan Kapasitas Nelayan

“Sekolah Lapang Iklim ini menjadi wadah interaksi dan edukasi iklim bagi masyarakat, khususnya petani, agar mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim ekstrem,” tuturnya.

BMKG, kata Agung, berkomitmen memperkuat kolaborasi lintas sektor untuk memastikan informasi iklim dapat dipahami dan dimanfaatkan secara praktis oleh masyarakat.

“Kami berharap para peserta dapat memanfaatkan ilmu yang didapat, termasuk dalam penggunaan aplikasi dan alat-alat pengamatan iklim, agar dapat membaca data dan tanda-tanda alam secara tepat. Dengan begitu, keputusan di sektor pertanian dan pangan dapat lebih bijak dan produktif,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya penyelarasan antara kearifan lokal dengan pengetahuan ilmiah modern.

“Jika kita mampu memahami tanda-tanda alam dengan benar, kita bisa meminimalkan dampak bencana dan meningkatkan hasil pertanian secara berkelanjutan,” ungkapnya.(hfz)

Terpopuler

Artikel Terbaru