27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Penyebabnya Multidimensi, Stunting Harus Ditanggulangi Bersama

PULANG PISAU, KALTENGPOS.CO Dinas Kesehatan Pulang
Pisau (Pulpis) menggelar konvergensi, koordinasi lintas program sektor untuk
percepatan penurunan stunting di Aula Dinas Kesehatan setempat, Selasa (3/11).

Pj Sekda Pulpis
Ir H Saripudin mengungkapkan, di Kabupaten Pulpis pada 2018 memiliki angka
stunting sebesar 32,07 persen. Itu berdasarkan riset kesehatan dasar.

“Pada 2019
mengalami peningkatan menjadi 33,72 persen berdasarkan data SSGBI (studi status
gizi balita Indonesia, 2019),” kata Saripudin dalam sambutannya dalam kegiatan
tersebut.

Dia menegaskan,
peningkatan stunting perlu ditanggulangi bersama seluruh instansi terkait. “Kita
mengharapkan pada 2020 dapat turun,” harap Saripudin.

Menurutnya,
penyebab stunting bersifat multidimensional. Penyebab tidak hanya kemiskinan
dan akses terhadap pangan, namun juga pola pemberian makan pada balita. “Periode
paling kritis dalam penanggulangan stunting dimulai dari janin dalam kandungan
sampai anak berusia dua tahun atau yang biasa disebut dengan 1.000 hari pertama
kehidupan,” ungkap dia.

Baca Juga :  22 Juli, Taty Narang Akan Dilantik sebagai Bupati Pulang Pisau

Karena itu,
lanjut Saripudin, perbaikan gizi perlu diprioritaskan pada periode emas. Pada
balita stunting, selain mengalami gangguan pertumbuhan, memiliki kecerdasan
lebih rendah dari balita normal.
“Selain itu, balita stunting ketika dewasa lebih
mudah menderita penyakit tidak menular dan produktivitas kerja yang lebih
rendah,” beber dia.

Sementara itu,
Kepala Dinas Kesehatan Pulpis, dr Muliyanto Budihardjo, optimistis target
stunting turun di bawah 20 persen bisa tercapai. “Harapan kami, 2020 bisa lebih
baik. Karena pada 2020 kami lebih optimal,” kata Mul.

Dia mengaku,
pemerintah daerah bersama perangkat daerah lintas sektor memiliki komitmen kuat
dalam membantu menurunkan stunting. “Anak-anak yang terkena stunting masih bisa
diperbaiki. Makanya untuk usia 1.000 hari pertama kehidupan menjadi andalan
kami dalam melakukan perbaikan,” ujar Mul.

Baca Juga :  Edy Pratowo: Awali Tahun Baru dengan Peningkatan Iman dan Takwa

Hal senada
disampaikan Ketua Komisi I DPRD Pulpid, Tandean Indra Bela. Dia tergelitik
dengan tingginya angka stunting pada wilayah perkotaan di Kecamatan Kahayan
Hilir. “Kenapa di perkotaan angka stunting jelek. Apa masalahnya? Ini semua
perlu dikaji,” kata Tandaen.

Sementara itu,
Kepala Bappedalitbang Pulpis, Ir Juman mengaku dalam penanganan stunting perlu
dipahami dua intervensi yakni spesifik dan sensitif.

Intervensi
spesifik sudah ada pada Dinas Kesehatan. Baik itu masalah anggaran dan urusan
wajib program di puskesmas hingga posyandu.

“Untuk
intervensi sensitif yang harus dibangun komitmen bersama, karena menyangkut
lintas sektor,” kata Juman.

Dia
mencontohkan, stunting terjadi karena adanya permasalahan gizi yang kurang
terpenuhi dengan baik. “Ini tidak hanya urusan dinas kesehatan. Tetapi harus
ada intervensi dari Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, Dinas Perikanan dan
lain-lain,” tandasnya.

PULANG PISAU, KALTENGPOS.CO Dinas Kesehatan Pulang
Pisau (Pulpis) menggelar konvergensi, koordinasi lintas program sektor untuk
percepatan penurunan stunting di Aula Dinas Kesehatan setempat, Selasa (3/11).

Pj Sekda Pulpis
Ir H Saripudin mengungkapkan, di Kabupaten Pulpis pada 2018 memiliki angka
stunting sebesar 32,07 persen. Itu berdasarkan riset kesehatan dasar.

“Pada 2019
mengalami peningkatan menjadi 33,72 persen berdasarkan data SSGBI (studi status
gizi balita Indonesia, 2019),” kata Saripudin dalam sambutannya dalam kegiatan
tersebut.

Dia menegaskan,
peningkatan stunting perlu ditanggulangi bersama seluruh instansi terkait. “Kita
mengharapkan pada 2020 dapat turun,” harap Saripudin.

Menurutnya,
penyebab stunting bersifat multidimensional. Penyebab tidak hanya kemiskinan
dan akses terhadap pangan, namun juga pola pemberian makan pada balita. “Periode
paling kritis dalam penanggulangan stunting dimulai dari janin dalam kandungan
sampai anak berusia dua tahun atau yang biasa disebut dengan 1.000 hari pertama
kehidupan,” ungkap dia.

Baca Juga :  22 Juli, Taty Narang Akan Dilantik sebagai Bupati Pulang Pisau

Karena itu,
lanjut Saripudin, perbaikan gizi perlu diprioritaskan pada periode emas. Pada
balita stunting, selain mengalami gangguan pertumbuhan, memiliki kecerdasan
lebih rendah dari balita normal.
“Selain itu, balita stunting ketika dewasa lebih
mudah menderita penyakit tidak menular dan produktivitas kerja yang lebih
rendah,” beber dia.

Sementara itu,
Kepala Dinas Kesehatan Pulpis, dr Muliyanto Budihardjo, optimistis target
stunting turun di bawah 20 persen bisa tercapai. “Harapan kami, 2020 bisa lebih
baik. Karena pada 2020 kami lebih optimal,” kata Mul.

Dia mengaku,
pemerintah daerah bersama perangkat daerah lintas sektor memiliki komitmen kuat
dalam membantu menurunkan stunting. “Anak-anak yang terkena stunting masih bisa
diperbaiki. Makanya untuk usia 1.000 hari pertama kehidupan menjadi andalan
kami dalam melakukan perbaikan,” ujar Mul.

Baca Juga :  Edy Pratowo: Awali Tahun Baru dengan Peningkatan Iman dan Takwa

Hal senada
disampaikan Ketua Komisi I DPRD Pulpid, Tandean Indra Bela. Dia tergelitik
dengan tingginya angka stunting pada wilayah perkotaan di Kecamatan Kahayan
Hilir. “Kenapa di perkotaan angka stunting jelek. Apa masalahnya? Ini semua
perlu dikaji,” kata Tandaen.

Sementara itu,
Kepala Bappedalitbang Pulpis, Ir Juman mengaku dalam penanganan stunting perlu
dipahami dua intervensi yakni spesifik dan sensitif.

Intervensi
spesifik sudah ada pada Dinas Kesehatan. Baik itu masalah anggaran dan urusan
wajib program di puskesmas hingga posyandu.

“Untuk
intervensi sensitif yang harus dibangun komitmen bersama, karena menyangkut
lintas sektor,” kata Juman.

Dia
mencontohkan, stunting terjadi karena adanya permasalahan gizi yang kurang
terpenuhi dengan baik. “Ini tidak hanya urusan dinas kesehatan. Tetapi harus
ada intervensi dari Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, Dinas Perikanan dan
lain-lain,” tandasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru