NANGA BULIK, PROKALTENG.CO – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lamandau, mulai melakukan pemantauan daerah rawan bencana banjir ke sejumlah wilayah. Awal tahun 2024 ini, hampir setiap hari turun hujan dengan intensitas cukup deras dan merata.
Pemantauan dilakukan di sebagian wilayah Kecamatan Bulik yang rawan banjir, yakni Desa Batu Kotam, Desa Guci dan Kelurahan Nanga Bulik, terutama di lingkungan SDN 5 Nanga Bulik Seberang dan RT 10A.
“Hasil pemantauan, luapan air sungai memang mulai masuk area pemukiman warga. Tapi belum ada yang sampai merendam lantai, karena rata-rata rumah panggung,” ujar Kepala BPBD Lamandau, Hendikel, Senin 8 Januari 2023.
Ia mengatakan, di Desa Batu Kotam, ada rendaman air dengan ketinggian kurang lebih 30-50 centimeter yang merupakan luapan Sungai Lamandau, dan telah menggenang wilayah pemukiman warga, termasuk fasilitas umum dan fasilitas sosial.
Menurut Hendikel, daerah pemukiman yang tergenang air tidak memiliki saluran pembuangan ke Sei Lamandau karena permukaannya lebih rendah dari jalan terhalang betonisasi jalan. Sementara jumlah yang terdampak banjir ada 15 unit rumah, satu taman kanak-kanak, satu PAUD, dan satu kantor desa.
Kemudian lanjutnya di Desa Guci, air dari Sungai Guci kemarin mulai menggenangi poros jalan masuk ke wilayah desa tersebut dengan ketinggian 70-90 sentimeter sepanjang 800 meter. Menurut Hendikel, jalan menuju desa ini memang merupakan daerah rawan banjir, meskipun sudah ditimbun tanah cukup tinggi tetap tergenang air saat curah hujan tinggi.
“Genangan air di jalan Desa Guci telah mengganggu aktivitas mobilitas warga keluar masuk desa. Kendaraan kecil, baik roda dua maupun roda empat tidak bisa lewat. Warga terpaksa melalui jalur alternatif melewati jalan Batu Kotam atau jalan perusahaan, sehingga memutar cukup jauh untuk keluar dan masuk Desa Guci,” bebernya.
Selain itu diungkapkannya pula, di Kelurahan Nanga Bulik, dan SDN 5 Nanga Bulik Sebarang, RT 09, air menggenang di lingkungan bangunan sekolah dengan ketinggian 50-60 sentimeter yang berasal dari luapan air sungai. Namun aktivitas belajar mengajar masih berjalan normal.
Lalu papar Hendikel, di RT 10 A Kelurahan Nanga Bulik, juga ada luapan Sei Samaliba yang tumpah ke pemukiman warga dengan ketinggian air 80-90 sentimeter. Jumlah rumah terdampak sementara 7 unit, walau belum sampai merendam rumah. Menurutnya karena pemukiman warga berada di atas dataran rendah/rawa.
“Sehari sebelumnya, kita juga sudah cek di Desa Bintang Mengalih Kecamatan Belantikan Raya, karena ada laporan banjir pada tanggal 3 Januari,” tambahnya.
Banjir terjadi akibat intensitas hujan tinggi di wilayah Kecamatan Belantikan Raya yang mengakibatkan debit air Sei Belantikan meluap, hingga masuk ke pemukiman warga. Lantaran, mayoritas pemukiman warga berada di bantaran sungai dan dataran rendah yang mengakibatkan 40 rumah terdampak.
“Meskipun ketinggian air ada yang sampai 1 meter, tapi belum sampai merendam rumah karena umumnya rumah warga adalah rumah panggung dan banjir hanya berlangsung 2 hari , langsung berangsur surut,” imbuh Hendikel.
Dengan prakiraan cuaca yang masih akan terus hujan hingga beberapa hari ke depan, pihaknya tetap menghimbau kepada warga yang bermukim di wilayah rawan banjir untuk terus waspada. Dengan mengamankan barang berharga dan peralatan elektronik serta kelistrikan di rumah masing-masing, untuk meminimalisir dampak kerugian akibat banjir. (bib/pri)