SAMPIT, PROKALTENG.CO– Ratusan warga Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), tumpah ruah memadati acara Festival Bubur Asyura yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah pada hari Minggu (21/7). Festival ini menampilkan proses pembuatan bubur Asyura secara langsung oleh puluhan tim dari berbagai persatuan dan organisasi di lokasi acara.
Wakil Bupati (Wabup) Kotim, Irawati. Menyampaikan bahwa acara ini tidak hanya menjaga tradisi tetapi juga menyelipkan makna religius yang dalam bagi masyarakat. Bubur Asyura hidangan tradisional, yang umumnya disajikan oleh masyarakat Muslim pada hari Asyura setiap tahunnya, menjadi pusat perhatian dalam festival ini
“Kegiatan ini melambangkan kebersamaan dan solidaritas dalam masyarakat, sesuai dengan nilai-nilai Habaring Hurung yang kita junjung tinggi,” ujar Irawati dalam sambutannya
Bulan Muharram menjadi momen penting bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Kabupaten Kotim. Sebab, berbagai peristiwa penting yang di alami para nabi terjadi pada bulan pertama dalam kalender hijriah tersebut. Sehingga bulan tersebut menjadi sarat akan pembelajaran.
Dalam bulan Muharram, kita diingatkan akan berbagai peristiwa penting seperti kisah Nabi Nuh yang bersama pengikutnya mengumpulkan sisa-sisa bekal dan menyantapnya bersama-sama pada hari Asyura,” terangnya.
Tradisi membuat dan menyantap Bubur Asyura juga turut memperkaya nilai-nilai sosial dan kebersamaan di masyarakat Kotim. Bubur ini tidak hanya sebagai makanan khas pada tanggal 10 Muharram, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan gotong royong. Ia menekankan pentingnya mempertahankan tradisi ini sebagai bagian dari warisan budaya yang harus dijaga dan dikembangkan.
“Kami mengapresiasi partisipasi semua pihak dalam Festival Bubur Asyura hari ini. Semoga kegiatan ini tidak hanya mempererat tali silaturahmi di antara kita tetapi juga memberikan dampak positif bagi pariwisata dan ekonomi kreatif di Kotim,” tambahnya.
Diharapkan, kegiatan Festival Bubur Asyura akan terus dilaksanakan setiap tahunnya dengan lebih meriah, sehingga dapat menjadi daya tarik wisata religius di Kotim. Ini tidak hanya sebagai perayaan kuliner, tetapi juga sebagai peringatan akan makna kebersamaan dan rasa syukur di tengah masyarakat Muslim.
“Kita harap tahun depan bisa lebih meriah lagi dengan di informasikan ke masyarakat luas jauh-jauh hari. Sehingga mereka yang berada di luar kota punya kesempatan menikmati perayaan ini,” tandasnya.(sli/jpg)