30 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Mendorong Peran Pemuda sebagai Penggerak UMKM Digital

SUDAH genap satu tahun penyebaran virus Covid-19 di Indonesia tidak
kunjung usai. Dampak pandemi merambah ke berbagai aspek, salah satunya pada
bidang perekonomian. Pelemahan perekonomian Indonesia berdampak secara masif
salah satunya menurunnya daya beli masyarakat yang mana juga menyebabkan banyak
usaha mikro, kecil dan menengah atau UMKM rentan gulung tikar.

Meski banyak UMKM yang tengah
jatuh bangun di masa pandemi, hal tersebut tak menyurutkan niat gerak  pemuda Kalimantan Tengah yang berpusat di
Kota Palangka Raya yang mengaku semakin bergairah untuk bangkitkan UMKM saat
ini. Salah satunya kehadiran platform Klinik Bisnis di Palangka Raya.

Kehadiran platform ini tampaknya telah
memberikan efek kejut bagi pegiat UMKM di Kalimantan Tengah. Klinik Bisnis
bertujuan memberdayakan UMKM dengan menjadi pelopor pembinaan UMKM berbasis
startup dari Kalimantan Tengah.

Sekretaris Klinik Bisnis Revorlin
Telaumbanua, seorang dosen muda FISIP Universitas Palangka Raya sekaligus
sebagai pegiat salah satu UMKM ini menuturkan, lewat usaha jualan dari satu
outlet bakwan A’long yang mereka geluti dinilai menguntungkan, karena setiap
hari para penggemar bakwan A’long khas Pontianak ini semakin banyak. Baik dari
kalangan muda maupun tua, bahkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup
sehari-hari.

Baca Juga :  Perokok Berada di Posisi Lebih Berbahaya jika Terserang Covid-19

Menurut Revorlin Telaumbanua,
alasannya memilih menjadi salah satu owner outlet bakwan A’long yang mereka
produksi, adalah bagian dari gerakan peran pemuda dalam membangkitkan UMKM di tengah
pandemi. Bakwan tentunya merupakan jenis makanan ringan ini dianggap cocok
dengan lidah orang Palangka Raya, terutama orang dayak. Artinya, jajanan mudah
diterima semua kalangan, baik pecinta gorengan khas Pontianak sejati atau
peminat jajanan selingan.

Dari serangkaian peristiwa
tersebut, tak berlebihan bila kemudian pemuda, termasuk mahasiswa, mendapat
julukan  agent of change atau agen perubahan.
Bahkan di masa pembangunan ini, pemuda dan juga mahasiswa mendapat julukan agent of development atau agen
pembangunan. Tentu termasuk pembangunan ekonomi.

Kini, pemuda dan mahasiswa
dihadapkan pada tantangan baru di tengah pandemi Covid-19 yang sedang melanda
dunia, termasuk Indonesia. Tantangan tersebut adalah dapatkah pemuda dan
mahasiswa menjadi agen penggerak ekonomi selama masa dan pasca-pandemi Covid-19
yang belum jelas kapan akan berakhir ini?

Pemuda adalah kaum yang identik
dengan imajinasi, kreatif, cepat, instan dan banyak akal. Apalagi mahasiswa
yang sudah mengenal kewirausahaan. Mahasiswa juga kaum yang melek teknologi,
termasuk teknologi informasi. Mahasiswa bisa mendirikan usaha rintisan atau
start-up UMKM ataupun menjual produk konvensional dengan cara digital marketing atau pemasaran
digital. Mahasiswa mampu merancang bentuk promosi untuk membangun brand awareness dan membuat calon
pelanggan tertarik. Media yang digunakan adalah platform digital, misalnya
media sosial, website, marketplace dan sejenisnya.

Baca Juga :  Tak Ada yang Tak Mungkin di Olimpiade

Selain untuk dirinya sendiri yang
membuka usaha start-up UMKM, mahasiswa juga bisa mengedukasi para pelaku UMKM
lainnya. Alhasil, mahasiswa dapat menjadi agen penggerak ekonomi selama masa
dan setelah atau pasca-pandemi Covid-19.

Mahasiswa perlu dukungan,
diperlukan peran dosen yang benar-benar bisa membuka wawasan atau cakrawala
berpikir mahasiswa. Untuk bisa membuka jalan bagi pengusaha muda dalam
penciptaan inovasi-inovasi baru, prediksi kondisi yang akan terjadi di masa
yang akan datang, dan sebagainya.

Selain internal kampus, keberadaan
pemerintah, swasta, serta media dan lain-lain yang menjadi kekuatan kolaborasi
sebagai kunci cepatnya pertumbuhan perekonomian pasca-pandemi Covid-19. Terbilang
bagus, saya harap para kaum muda dapat mengambil hikmah dan asah kreatifitas
dalam membantu pemerintah bangkitkan UMKM di masa pandemi” (**)

(Yariyanto Zendrato. Mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Palangka Raya)

SUDAH genap satu tahun penyebaran virus Covid-19 di Indonesia tidak
kunjung usai. Dampak pandemi merambah ke berbagai aspek, salah satunya pada
bidang perekonomian. Pelemahan perekonomian Indonesia berdampak secara masif
salah satunya menurunnya daya beli masyarakat yang mana juga menyebabkan banyak
usaha mikro, kecil dan menengah atau UMKM rentan gulung tikar.

Meski banyak UMKM yang tengah
jatuh bangun di masa pandemi, hal tersebut tak menyurutkan niat gerak  pemuda Kalimantan Tengah yang berpusat di
Kota Palangka Raya yang mengaku semakin bergairah untuk bangkitkan UMKM saat
ini. Salah satunya kehadiran platform Klinik Bisnis di Palangka Raya.

Kehadiran platform ini tampaknya telah
memberikan efek kejut bagi pegiat UMKM di Kalimantan Tengah. Klinik Bisnis
bertujuan memberdayakan UMKM dengan menjadi pelopor pembinaan UMKM berbasis
startup dari Kalimantan Tengah.

Sekretaris Klinik Bisnis Revorlin
Telaumbanua, seorang dosen muda FISIP Universitas Palangka Raya sekaligus
sebagai pegiat salah satu UMKM ini menuturkan, lewat usaha jualan dari satu
outlet bakwan A’long yang mereka geluti dinilai menguntungkan, karena setiap
hari para penggemar bakwan A’long khas Pontianak ini semakin banyak. Baik dari
kalangan muda maupun tua, bahkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup
sehari-hari.

Baca Juga :  Perokok Berada di Posisi Lebih Berbahaya jika Terserang Covid-19

Menurut Revorlin Telaumbanua,
alasannya memilih menjadi salah satu owner outlet bakwan A’long yang mereka
produksi, adalah bagian dari gerakan peran pemuda dalam membangkitkan UMKM di tengah
pandemi. Bakwan tentunya merupakan jenis makanan ringan ini dianggap cocok
dengan lidah orang Palangka Raya, terutama orang dayak. Artinya, jajanan mudah
diterima semua kalangan, baik pecinta gorengan khas Pontianak sejati atau
peminat jajanan selingan.

Dari serangkaian peristiwa
tersebut, tak berlebihan bila kemudian pemuda, termasuk mahasiswa, mendapat
julukan  agent of change atau agen perubahan.
Bahkan di masa pembangunan ini, pemuda dan juga mahasiswa mendapat julukan agent of development atau agen
pembangunan. Tentu termasuk pembangunan ekonomi.

Kini, pemuda dan mahasiswa
dihadapkan pada tantangan baru di tengah pandemi Covid-19 yang sedang melanda
dunia, termasuk Indonesia. Tantangan tersebut adalah dapatkah pemuda dan
mahasiswa menjadi agen penggerak ekonomi selama masa dan pasca-pandemi Covid-19
yang belum jelas kapan akan berakhir ini?

Pemuda adalah kaum yang identik
dengan imajinasi, kreatif, cepat, instan dan banyak akal. Apalagi mahasiswa
yang sudah mengenal kewirausahaan. Mahasiswa juga kaum yang melek teknologi,
termasuk teknologi informasi. Mahasiswa bisa mendirikan usaha rintisan atau
start-up UMKM ataupun menjual produk konvensional dengan cara digital marketing atau pemasaran
digital. Mahasiswa mampu merancang bentuk promosi untuk membangun brand awareness dan membuat calon
pelanggan tertarik. Media yang digunakan adalah platform digital, misalnya
media sosial, website, marketplace dan sejenisnya.

Baca Juga :  Tak Ada yang Tak Mungkin di Olimpiade

Selain untuk dirinya sendiri yang
membuka usaha start-up UMKM, mahasiswa juga bisa mengedukasi para pelaku UMKM
lainnya. Alhasil, mahasiswa dapat menjadi agen penggerak ekonomi selama masa
dan setelah atau pasca-pandemi Covid-19.

Mahasiswa perlu dukungan,
diperlukan peran dosen yang benar-benar bisa membuka wawasan atau cakrawala
berpikir mahasiswa. Untuk bisa membuka jalan bagi pengusaha muda dalam
penciptaan inovasi-inovasi baru, prediksi kondisi yang akan terjadi di masa
yang akan datang, dan sebagainya.

Selain internal kampus, keberadaan
pemerintah, swasta, serta media dan lain-lain yang menjadi kekuatan kolaborasi
sebagai kunci cepatnya pertumbuhan perekonomian pasca-pandemi Covid-19. Terbilang
bagus, saya harap para kaum muda dapat mengambil hikmah dan asah kreatifitas
dalam membantu pemerintah bangkitkan UMKM di masa pandemi” (**)

(Yariyanto Zendrato. Mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Palangka Raya)

Terpopuler

Artikel Terbaru