25.6 C
Jakarta
Saturday, November 23, 2024

Industri Farmasi Lokal Belum Berkembang

Di sektor Kesehatan, pemerintah tidak hanya mengundang dokter asing untuk bekerja di Indonesia. Selain itu, pemerintahan juga mengundang industri farmasi atau obat-obatan asing, untuk berproduksi di tanah air. Harapannya Indonesia tidak terus menerus impor bahan baku obat.

Upaya pemerintahan mengundang industri farmasi asing itu, disampaikan Kepala Badan Riset dan Inovasi (BRIN) Laksana Tri Handoko di kantornya pada Kamis (30/5). Dia mengatakan di beberapa negara Eropa yang berpenduduk sedikit, ada industri farmasi yang cukup maju. Dari pada hanya melayani pasar yang sedikit, dia mengajak industri itu untuk beroperasi di Indonesia. Karena jumlah penduduk Indonesia sangat besar.

“Kami undang industri farmasinya. Karena industri farmasi itu adalah industri advance,” kata mantan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu. Khususnya industri farmasi yang bergerak di bidang obat dan vaksin. Handoko mengatakan, upaya tersebut untuk mengatasi persoalan industri farmasi Indonesia. Masalah utama industri farmasi nasional adalah, bahan bakunya hampir seluruhnya impor.

Baca Juga :  Banyak Suara Sah Terbuang jika Parliamentary Threshold 7 Persen

Padahal, kata Handoko, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang bisa dijadikan bahan baku obat. Baik itu berupa tanaman, maupun keragaman hayati di dalam laut. Bahkan biodiversitas Indonesia merupakan yang terbanyak kedua dunia, di bawah Brazil. “Misalnya ada tanaman tertentu, yang berpotensi jadi bahan baku obat parasetamol,” tutur Handoko.

Meskipun mengundang perusahaan farmasi asing ke Indonesia, dalam operasionalnya nanti tetap harus bermitra dengan perusahaan lokal. Selain itu juga melibatkan peneliti-peneliti yang ada di Indonesia. Bahkan paten atau hak kekayaan intelektualnya tetap dipegang oleh bangsa Indonesia sendiri.

Handoko menceritakan industri farmasi tidak hanya urusan ketersediaan bahan baku obatnya saja. Tetapi juga pada teknologi prosesnya. Misalnya dibutuhkan perangkat khusus, yang bisa mengolah tanaman tertentu menjadi bahan baku obat secara berkelanjutan dan dalam takaran yang sama. Sehingga bisa lolos dalam regulasi obat di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Baca Juga :  Jual Beli Data Pribadi Bakal Didenda Rp3 Miliar

Dia juga mengatakan, ketahanan di bidang obat maupun vaksin sangat penting. Sama pentingnya dengan ketahanan di bidang pertahanan atau tempur. Handoko mencontohkan ketika ada pandemi Covid-19 yang lalu. Saat ini negara-negara yang belum mandiri bidang farmasinya, berebut mencari obat dari negara lain.(jpc)

Di sektor Kesehatan, pemerintah tidak hanya mengundang dokter asing untuk bekerja di Indonesia. Selain itu, pemerintahan juga mengundang industri farmasi atau obat-obatan asing, untuk berproduksi di tanah air. Harapannya Indonesia tidak terus menerus impor bahan baku obat.

Upaya pemerintahan mengundang industri farmasi asing itu, disampaikan Kepala Badan Riset dan Inovasi (BRIN) Laksana Tri Handoko di kantornya pada Kamis (30/5). Dia mengatakan di beberapa negara Eropa yang berpenduduk sedikit, ada industri farmasi yang cukup maju. Dari pada hanya melayani pasar yang sedikit, dia mengajak industri itu untuk beroperasi di Indonesia. Karena jumlah penduduk Indonesia sangat besar.

“Kami undang industri farmasinya. Karena industri farmasi itu adalah industri advance,” kata mantan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu. Khususnya industri farmasi yang bergerak di bidang obat dan vaksin. Handoko mengatakan, upaya tersebut untuk mengatasi persoalan industri farmasi Indonesia. Masalah utama industri farmasi nasional adalah, bahan bakunya hampir seluruhnya impor.

Baca Juga :  Banyak Suara Sah Terbuang jika Parliamentary Threshold 7 Persen

Padahal, kata Handoko, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang bisa dijadikan bahan baku obat. Baik itu berupa tanaman, maupun keragaman hayati di dalam laut. Bahkan biodiversitas Indonesia merupakan yang terbanyak kedua dunia, di bawah Brazil. “Misalnya ada tanaman tertentu, yang berpotensi jadi bahan baku obat parasetamol,” tutur Handoko.

Meskipun mengundang perusahaan farmasi asing ke Indonesia, dalam operasionalnya nanti tetap harus bermitra dengan perusahaan lokal. Selain itu juga melibatkan peneliti-peneliti yang ada di Indonesia. Bahkan paten atau hak kekayaan intelektualnya tetap dipegang oleh bangsa Indonesia sendiri.

Handoko menceritakan industri farmasi tidak hanya urusan ketersediaan bahan baku obatnya saja. Tetapi juga pada teknologi prosesnya. Misalnya dibutuhkan perangkat khusus, yang bisa mengolah tanaman tertentu menjadi bahan baku obat secara berkelanjutan dan dalam takaran yang sama. Sehingga bisa lolos dalam regulasi obat di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Baca Juga :  Jual Beli Data Pribadi Bakal Didenda Rp3 Miliar

Dia juga mengatakan, ketahanan di bidang obat maupun vaksin sangat penting. Sama pentingnya dengan ketahanan di bidang pertahanan atau tempur. Handoko mencontohkan ketika ada pandemi Covid-19 yang lalu. Saat ini negara-negara yang belum mandiri bidang farmasinya, berebut mencari obat dari negara lain.(jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru