Badan kesehatan dunia, WHO menghentikan
sementara seluruh uji klinis obat malaria hydroxychloroquine sebagai obat yang
berpotensi untuk menyembuhkan pasien covid-19.
Penghentian dilakukan setelah adanya penelitian
yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet.
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan
obat malaria malah berpotensi meningkatkan risiko kematian pasien Covid-19.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom
Ghebreyesus mengatakan sebuah kelompok Solidarity Trial yang terdiri dari
ratusan rumah sakit rujukan covid-19 di seluruh dunia juga telah
mendaftarkan pasiennya untuk uji menggunakan hydroxychloroquine.
“Menetapkan menghentikan sementara
hydroxychloroquine dalam uji coba. Sementara data keselamatan ditinjau oleh
Dewan Pemantau Keamanan Data,” kata Tedros.
Sekadar diketahui hydroxychloroquine selama ini
digunakan untuk pengobatan pasien malaria serta radang sendi.
Namun, banyak pihak termasuk Presiden Amerika
Donald Trump menggunakan obat itu untuk mencegah dan mengobati corona.
Bahkan Trump mendorong pemerintah agar membeli
obat ini dalam jumlah besar.
Tak hanya Amerika, Menteri Kesehatan Brasil juga merekomendasikan
penggunaan obat ini.
Sementara itu, dari hasil penelitian yang
diterbitkan di jurnal medis The Lancet disebutkan bahwa penggunaan obat ini
memiliki efek samping yang serius terutama aritmia jantung atau ritme jantung
yang tak beraturan yang menyebabkan kematian.
Studi ini dilakukan kepada 96 ribu pasien
Covid-19 di 671 rumah sakit yang tersebar di enam benua.
Pasien yang diteliti merupakan pasien yang
dirawat sejak akhir Desember 2019 hingga pertengahan April 2020.
Dari sekian pasien, yang
diterapi dengan hydroxychloroquine tidak sampai 15 ribu pasien. Dari jumlah ini
diketahui 1 dari 6 pasien meninggal. Sedangkan pasien yang tidak mendapatkan
obat ini, resiko meninggalnya 11 banding 1.