25.2 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

Di Ibu Kota Baru Bakal Dibangun Pabrik Alat Peledak

INDONESIA bekerja sama dengan Australia membangun
pabrik alat peledak, khususnya detonator yang dapat dipenuhi kebutuhan dalam
negeri. Pabrik ini akan dibangun di tanah seluas 25 hektar di Muara Badak,
Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Ada dua perusahaan yang akan mewakili masing-masing negara dalam kerja sama
ini. Trifita Perkasa dari Indonesia akan bekerja sama dengan Orica Mining
Services dari Australia.

Dalam sambutannya, Presiden Direktur Trifita Perkasa Hery Kusnanto
menyatakan, bahwa pabrik akan dibangun di lahan seluas 25 hektar. Lokasinya di
Muara Badak, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, yang merupakan salah satu
lokasi ibu kota baru.

“Untuk mampu produksi bahan peledak dalam hal ini detonator, akan kami
bangun pabrik agar kebutuhan nasional dapat dipenuhi dari pabrik domestik,”
kata Heru, Sabtu (14/12).

Heru menyebutkan, target pabrik kerja sama ini bisa memproduksi 1 juta unit
detonator elektrik dan 3 juta unit detonator non-elektrik. Rencananya,
konstruksi akan dimulai Maret tahun depan, dan bisa beroperasi di bulan
November.

Baca Juga :  Kasus Covid di Indonesia Melonjak, 15 Orang Meninggal per Jam

“Kapasitas pabrik dicanangkan bisa produksi 3 juta non elektrik detonator,
dan 1 juta elektronic detonator. Rencananya Maret 2020 kita mulai konstruksi,
harapannya bisa cepat November dimulai operasi,” terangnya.

Heru menjelaskan, kerja sama yang dilakukannya berupa kerja sama pengalihan
teknologi dari Australia ke dalam negeri. Nantinya, pihaknya membangun pabrik,
mesin dan teknologinya didapatkan dari Orica Mining Service.

Heru juga menyebut, investasi yang dikeluarkan sebesar AUS$ 12 juta atau
sekitar Rp 116 miliar (dalam kurs Rp 9.688).

“Kerja sama dilakukan dengan Orica yang memiliki izin produk Orica. Nanti
teknologi juga dari sana, kita siapkan lahan, pabrik, sama pekerjanya. Nilai
investasinya AUS$ 12 juta,” ujarnya.

Sementara itu, Ditjen Pothan Kementerian Pertahanan Sri Yanto menambahkan,
detonator digunakan sebagai alat pemicu ledakan. Biasanya, detonator digunakan
oleh industri tambang dan konstruksi untuk meledakkan lapisan tanah.

Baca Juga :  Ibu Kota Pindah, Pemerintah Harus Revisi Sembilan UU Lintas Sektor

“Detonator biasanya untuk industri tambang ataupun konstruksi. Jadi alat
ini biasanya dipakai untuk meledakkan lapisan tanah yang akan kita gunakan
areanya,” jelasnya.

Ia mencontohkan, biasanya para penambang akan meledakkan lapisan tanah yang
mau ditambang untuk membuka akses menuju hasil tambang. Setelah hasil tambang
terlihat, pengerukan pun dilakukan.

“Kalau di tambang berarti untuk ledakan lapisan tanah yang mau ditambang.
Dia diledakkan, kemudian sisa tanahnya digeser, hasil tambangnya kita ambil,”
ungkapnya.

Selain itu, kata dia, bisa digunakan pada industri konstruksi, khususnya
dalam pembangunan jalan. Misalnya, sebuah jalan ingin dibuat menembus bukit,
maka bukit itu akan diledakkan setelah itu proses konstruksi dimulai.

“Kalau konstruksi misal mau bikin jalan, nembus bukit. Bukitnya kita
ledakan, setelah itu land clearing areanya baru kita mulai konstruksi,”
pungkasnya. (der/fin/kpc)

INDONESIA bekerja sama dengan Australia membangun
pabrik alat peledak, khususnya detonator yang dapat dipenuhi kebutuhan dalam
negeri. Pabrik ini akan dibangun di tanah seluas 25 hektar di Muara Badak,
Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Ada dua perusahaan yang akan mewakili masing-masing negara dalam kerja sama
ini. Trifita Perkasa dari Indonesia akan bekerja sama dengan Orica Mining
Services dari Australia.

Dalam sambutannya, Presiden Direktur Trifita Perkasa Hery Kusnanto
menyatakan, bahwa pabrik akan dibangun di lahan seluas 25 hektar. Lokasinya di
Muara Badak, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, yang merupakan salah satu
lokasi ibu kota baru.

“Untuk mampu produksi bahan peledak dalam hal ini detonator, akan kami
bangun pabrik agar kebutuhan nasional dapat dipenuhi dari pabrik domestik,”
kata Heru, Sabtu (14/12).

Heru menyebutkan, target pabrik kerja sama ini bisa memproduksi 1 juta unit
detonator elektrik dan 3 juta unit detonator non-elektrik. Rencananya,
konstruksi akan dimulai Maret tahun depan, dan bisa beroperasi di bulan
November.

Baca Juga :  Kasus Covid di Indonesia Melonjak, 15 Orang Meninggal per Jam

“Kapasitas pabrik dicanangkan bisa produksi 3 juta non elektrik detonator,
dan 1 juta elektronic detonator. Rencananya Maret 2020 kita mulai konstruksi,
harapannya bisa cepat November dimulai operasi,” terangnya.

Heru menjelaskan, kerja sama yang dilakukannya berupa kerja sama pengalihan
teknologi dari Australia ke dalam negeri. Nantinya, pihaknya membangun pabrik,
mesin dan teknologinya didapatkan dari Orica Mining Service.

Heru juga menyebut, investasi yang dikeluarkan sebesar AUS$ 12 juta atau
sekitar Rp 116 miliar (dalam kurs Rp 9.688).

“Kerja sama dilakukan dengan Orica yang memiliki izin produk Orica. Nanti
teknologi juga dari sana, kita siapkan lahan, pabrik, sama pekerjanya. Nilai
investasinya AUS$ 12 juta,” ujarnya.

Sementara itu, Ditjen Pothan Kementerian Pertahanan Sri Yanto menambahkan,
detonator digunakan sebagai alat pemicu ledakan. Biasanya, detonator digunakan
oleh industri tambang dan konstruksi untuk meledakkan lapisan tanah.

Baca Juga :  Ibu Kota Pindah, Pemerintah Harus Revisi Sembilan UU Lintas Sektor

“Detonator biasanya untuk industri tambang ataupun konstruksi. Jadi alat
ini biasanya dipakai untuk meledakkan lapisan tanah yang akan kita gunakan
areanya,” jelasnya.

Ia mencontohkan, biasanya para penambang akan meledakkan lapisan tanah yang
mau ditambang untuk membuka akses menuju hasil tambang. Setelah hasil tambang
terlihat, pengerukan pun dilakukan.

“Kalau di tambang berarti untuk ledakan lapisan tanah yang mau ditambang.
Dia diledakkan, kemudian sisa tanahnya digeser, hasil tambangnya kita ambil,”
ungkapnya.

Selain itu, kata dia, bisa digunakan pada industri konstruksi, khususnya
dalam pembangunan jalan. Misalnya, sebuah jalan ingin dibuat menembus bukit,
maka bukit itu akan diledakkan setelah itu proses konstruksi dimulai.

“Kalau konstruksi misal mau bikin jalan, nembus bukit. Bukitnya kita
ledakan, setelah itu land clearing areanya baru kita mulai konstruksi,”
pungkasnya. (der/fin/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru