Insiden ambruknya atap
empat kelas SDN Gentong, Kota Pasuruan, memicu kekhawatiran dari berbagai
daerah. Sebab, tidak sedikit sekolah yang kondisi bangunannya memprihatinkan.
Jika pemerintah tidak
segera mengambil langkah konkret, musibah yang mengakibatkan satu siswa dan
satu pegawai meninggal itu bisa terulang di daerah lain.
Berdasar data
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), tahun ini terdapat 333.645
ruang kelas yang masuk kategori rusak berat dan sedang. Paling banyak adalah
gedung SD, yakni 244.193. Jawa Barat menjadi provinsi dengan kerusakan
terbanyak. Perinciannya, 26.433 ruang kelas SD, 8.281 SMP, dan 1.785 SMA.
Di Banyuwangi,
misalnya, terdapat beberapa gedung sekolah yang kondisinya memprihatinkan.
Salah satunya di SDN 2 Sarongan yang berlokasi di Dusun Sukamade, Kecamatan
Pesanggaran. Pantauan Jawa Pos Radar Banyuwangi, kondisi sekolah yang memiliki
84 siswa itu sangat menyedihkan. Banyak genting, ubin, dan langit-langit kelas
yang rusak.
Kepala SDN 2 Sarongan
Bambang Harianto mengatakan, sudah saatnya gedung sekolah direhab. Sebab, sudah
15 tahun gedung tersebut belum tersentuh perbaikan. Jika tidak segera ada
perbaikan, dia khawatir hal tersebut membahayakan keselamatan para siswa. â€Saya
sudah berkali-kali minta bantuan, tapi masih belum ditanggapi,†ujarnya.
Sekolah di kawasan
Taman Nasional Meru Betiri itu sulit dijangkau karena lokasinya cukup
terpencil. Jalan menuju perkampungan cukup terjal dan sempit. Dengan kondisi
bangunan yang mengenaskan tersebut, sekolah itu juga dipakai untuk gedung SMPN
3 Pesanggaran. â€SDN 2 Sarongan dan SMPN 3 Pesanggaran itu sekolah satu atap.
Satu-satunya sekolah di Sukamade,†terangnya. Menurut Bambang, sebenarnya warga
sepakat membongkar bangunan sekolah dengan dana iuran. â€Warga mau iuran, tapi
saya yang tidak enak,†katanya.
Bambang yang tinggal
di Desa Sarongan itu mengaku saat berangkat sekolah sering membawa material
seperti keramik dan semen untuk menambal lantai yang retak. Bahan bangunan itu
diangkut dengan menggunakan motor Honda Supra X miliknya. â€Kadang keramik yang saya
bawa dari rumah pecah di perjalanan, anak-anak juga sering mengeluh atap
sekolah bocor kalau hujan,†paparnya.
Keluhan juga datang
dari Jember. Insiden di SDN Gentong membuat beberapa guru yang
sekolahnya direhab merasa khawatir. Mereka meminta rehabilitasi tersebut tak
asal-asalan. Salah satu bangunan sekolah yang sedang direhab itu adalah SDN
Curahtakir 03, Kecamatan Tempurejo. Ada tiga ruang kelas rusak yang sedang
diperbaiki. Namun, perbaikan tersebut justru membuat waswas. Sebab, tak
terlihat ada pasangan kerangka besi yang menjadi penguat bangunan. Kondisi itu
tak seperti rehab gedung sekolah pada umumnya yang dipasangi besi kolom.
Siswandi, kepala tukang
yang memimpin proyek tersebut, mengatakan bahwa baru kali ini ada rehab gedung
lama tapi tak dipasang kolom di pojok dan tengah bangunan. Kendati begitu, dia
tak bisa berkomentar banyak. Sebab, dia hanya mengerjakan sesuai petunjuk
penanggung jawab proyek.
Sesuai papan proyek
yang dipasang di depan gedung SD, anggaran rehabilitasi tiga ruang kelas itu
mencapai Rp 179 juta. Sumbernya dari APBD 2019. Hanya, pengerjaan molor dari
tenggat. Seharusnya dimulai 4 Oktober dan berakhir 27 Desember 2019. â€Tapi,
pengerjaannya baru dimulai 11 Oktober,†ungkap Siswandi kepada Jawa Pos
Radar Jember.
Syaiful Bahri, guru
kelas di sekolah tersebut, mengaku khawatir setelah melihat rehab yang tidak
terpasang kerangka besi. â€Awalnya saya memang tidak tahu, yang penting ruang kelas
yang rusak parah ini direhab,†terangnya. Syaiful meminta pelaksana proyek
kembali memperhitungkan spesifikasi bangunan tersebut. Apalagi, tanah di
kawasan sekolah tergolong labil.
Menurut dia, pernah
suatu ketika, beberapa saat setelah direhab, tanah yang di atasnya ada bangunan
itu bergerak hingga mengakibatkan tembok retak-retak. Padahal, saat itu sudah
dipasang kolom besi yang menjadi penguat bangunan. â€Rehab sekarang kok malah
tidak dipasang. Terus kekuatannya dari mana,†ujar Syaiful yang saat itu
bersama Agus Wahyudi, guru lainnya. Hingga berita ini ditulis tadi malam,
Kepala Dinas Pendidikan Jember Edy Budi Susilo belum menjawab telepon maupun
pesan yang dikirim Jawa Pos Radar Jember.
Sebagaimana
diberitakan, insiden memilukan terjadi di UPT SDN Gentong, Kota Pasuruan, Selasa (5/11).
Di tengah kegiatan belajar-mengajar, atap empat ruang kelas mendadak runtuh.
Puluhan siswa tertimpa atap yang terbuat dari besi galvalum dan asbes itu. Dua
nyawa melayang.
Empat ruang kelas yang
atapnya ambruk tersebut adalah kelas II-A, II-B, V-A, dan V-B. Keempatnya
berada di satu lokal. Terletak di bagian depan sekolah, berjejer dari selatan
ke utara. Posisi lokal ruangan menghadap ke barat atau Jalan Raya KH Sepuh.
Sementara itu, tim
teknis dari Balai Prasarana Permukiman Wilayah Jawa Timur Kementerian PUPR
kemarin meneliti penyebab insiden tersebut. Hasilnya, konstruksi atap empat
kelas yang ambruk itu dipastikan tidak sesuai standar. Bentang galvalum yang
digunakan dalam renovasi atap empat kelas tersebut lebih lebar dari seharusnya.
Hal itu disampaikan
Dardjat Wigunarso, kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Jawa Timur
Kementerian PUPR. Berdasar hasil pengecekan, bentang galvalum di empat ruang
kelas tersebut sekitar 1,2 meter. Idealnya, menurut Dardjat, bentang galvalum
hanya 80 sentimeter sampai 1 meter.
Ketidaksesuaian
bentang itu berpengaruh pada tinggi bangunan. Dardjat mengatakan, pelaksana
proyek menambah tinggi bangunan empat ruang kelas tersebut. Bangunan lama
ditinggikan sekitar 1 meter. Baru kemudian dipasang galvalum. Kondisi itu
diperkirakan membuat bangunan lama tidak sanggup menahan beban. â€Dengan bentang
galvalum yang tak sesuai, bangunan di bawahnya tidak mampu menahan beban,â€
jelasnya kepada Jawa Pos Radar Bromo.
Di sisi lain, menurut
Dardjat, galvalum dipasang sejajar di empat ruang kelas yang ambruk. Seharusnya
galvalum dipasang zig-zag. Dengan begitu, posisinya lebih kuat. â€Kami belum
bisa memastikan konstruksi bangunan sekolah secara keseluruhan. Cuma, yang
ambruk ini memang konstruksinya buruk,†terang Dardjat.
Karena itu, pihaknya
ingin bangunan tersebut dihancurkan saja semua. Kemudian dibangun kembali dari
awal. Sebab, jika hanya direnovasi, kondisinya tidak kuat.
Kasus di Kota Pasuruan
juga direspons Pemkab Probolinggo. Dinas pendidikan (dispendik) menerbitkan
surat edaran (SE) kepada semua kepala SD/SMP. Mereka diminta memeriksa kondisi
fisik bangunan dan sekitarnya. Hal itu disampaikan Kepala Dispendik Kabupaten
Probolinggo Dewi Korina.
Dewi meminta para
kepala sekolah lebih waspada. Jika ada pohon atau ranting yang mengenai
bangunan sekolah, dia meminta segera ditebang. â€Musim yang mulai masuk hujan
ini perlu perhatian kepala sekolah. Mereka harus mengambil langkah antisipasi
terjadinya bencana,†tuturnya.
Sekolah Roboh Tanggung
Jawab Pemda
.
Karena itu, harus
dipikirkan secara terstruktur langkah-langkah untuk mengantisipasi kejadian
serupa terulang. â€Fokus kami ke depan itu bagaimana Kemendikbud bisa membantu
pemda maupun semua instansi terkait,†imbuh Nadiem.
Sementara itu,
Sekretaris Jenderal Kemendikbud Didik Suhardi menjelaskan, upaya pembangunan
kembali empat ruang kelas SDN Gentong merupakan tanggung jawab pemda. Sebab,
dana untuk pendidikan sudah diserahkan ke daerah pada awal masa anggaran
tahunan. â€Sumbernya bisa melalui APBN maupun DAK,†ucap dia.
Ada juga anggaran dari
Kementerian PUPR untuk rehabilitasi dan pembangunan sarana pendidikan.
â€Harapannya, itu menjadi salah satu yang bisa dipakai untuk menyelesaikan
sekolah-sekolah yang perlu rehab berat,†jelas pria asal Nganjuk tersebut.
Meski demikian, Didik
mengakui bahwa pendataan di daerah belum akurat sehingga harus diteliti lagi.
â€Urusan data ini yang paling serius lho,†tuturnya. Saat ini Kemendikbud menata
kembali sistem data pokok pendidikan (dapodik). Mengenai kejadian sekolah roboh
di Pasuruan, kepala sekolah dapat mengajukan permohonan ke pemda setempat.
Dalam hal ini dinas pendidikan.
Dirjen Cipta Karya
Kementerian PUPR Danis H. Sumadilaga mengatakan, pihaknya telah menugaskan
Balai Cipta Karya Wilayah Jawa Timur untuk segera mengecek lokasi. Meski
demikian, jelas dia, gedung SDN Gentong tidak termasuk bagian dari penugasan
yang diberikan kepada PUPR.
Selama ini Kementerian
PUPR menerima tugas 1.900 paket pekerjaan untuk merehabilitasi gedung SD, SMP,
SMA, dan madrasah di seluruh Indonesia. Paket pekerjaan tersebut ditentukan
pada awal tahun anggaran berdasar dapodik. â€Tugas kami hanya sebagian (sekolah,
Red). Itu (SDN, Red) di luar yang kami kerjakan,†jelasnya.
Menteri Koordinator
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy angkat
bicara soal tragedi robohnya atap SDN Gentong. Menurut dia, dalam kondisi
seperti itu, satuan reaksi cepat di Kemendikbud akan langsung turun ke
lapangan. â€Tim akan melakukan afirmasi,†ujar mantan menteri pendidikan dan
kebudayaan tersebut.
Tim akan berkoordinasi
dengan pemkab untuk perbaikan sekolah. Sebab, tanggung jawab SD dan SMP berada
di pemkab. â€Sedangkan SMA/SMK di provinsi,†katanya singkat.
Sementara itu,
Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menyatakan, tim laboratorium
forensik telah dikirim ke tempat kejadian perkara untuk mengecek standar
bangunan. Dengan demikian, akan diketahui apakah dalam pembangunan gedung itu
terjadi pelanggaran spesifikasi atau pelanggaran lain. â€Setelah itu baru bisa
diketahui adakah pelanggaran hukum di sana,†ucapnya.(jpc)